Kamis, 12 Desember 2019

(Hikmah of the Day) Ketika Mbah Dullah Salam ‘Mengingatkan’ KH Sahal Mahfudh


Ketika Mbah Dullah Salam ‘Mengingatkan’ KH Sahal Mahfudh

Salah satu sikap yang melekat kuat pada sosok KH Abdullah Zain Salam atau Mbah Dullah Salam Kajen, Pati adalah selalu berharap kepada Allah. Mbah Dullah selalu menghindari sifat thama’ (mengharap bantuan orang lain), entah itu pemberian harta benda ataupun kedudukan dari orang lain. Ia begitu memperhatikan betul agar dirinya terbebas dari sifat thama’.

Ada satu kisah masyhur tentang bagaimana Mbah Dullah menghindari sifat thama’. Dikisahkan, setiap kali menghadiri acara pernikahan, Mbah Dullah selalu mampir ke warung terlebih dahulu sebelum tiba di tempat acara. Maklum, orang biasanya berharap mendapatkan makan atau sesuatu yang lain tiap kali menghadiri acara-acara seperti itu. Namun demikian tidak dengan Mbah Dullah. Ia ‘membunuh’ perasaan thama’nya itu dengan cara makan di warung sebelum tiba ke rumah yang empunya acara.

Dalam hal menghindari sifat thama’ Mbah Dullah tidak hanya tegas kepada dirinya tapi juga kepada keluarga dan murid-muridnya. Ia selalu menanamkan dan mengingatkan agar mereka menjauhi sifat thama’. Sebuah sifat tercela dan membinasakan. Karena bagaimanapun juga, manusia tidak boleh berharap kecuali hanya kepada Allah swt semata.

Karena saking hati-hatinya menjaga hati dari perasaan thama’, Mbah Dullah pernah ‘mengingatkan’ KH Sahal Mahfudh. Pada saat itu, Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) Kajen, Pati sedang dalam proses pembangunan. Dalam sebuah acara, Kiai Sahal berpidato di hadapan Mbah Dullah dan insan PIM. Kiai Sahal menjelaskan perkembangan pembangunan gedung PIM. Kata Kiai Sahal, hingga dirinya berdiri dan berpidato tersebut pembangunan PIM belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. Mendengar kalimat seperti itu, Mbah Dullah langsung ‘mengingatkan’ Kiai Sahal. Ia kemudia dawuh:

“Kok durung, ora ngunu Hal (Kok belum mendapatkan bantuan, yang benar tidak mendapatkan bantuan pemerintah gitu Hal),” kata Mbah Dullah mengingatkan Kiai Sahal, seperti dikutip dari buku Keteladanan KH Abdullah Zain Salam (Jamal Ma’mur Asmani, 2018).

Bagi Mbah Dullah, kata ‘belum’ dalam pidato Kiai Sahal tersebut mengindikasikan bahwa keponakannya itu masih berharap akan mendapatkan bantuan pemerintah. Sementara kata ‘tidak’ berarti tidak mengharapkan bantuan dari pemerintah.

Kegigihan menghindari sifat thama’ menjadikan Mbah Dullah menolak amplop atau bantuan yang dialamatkan untuknya. Ia menyarankan agar amplop-amplop atau bantuan untuk beliau diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Mbah Dullah bekerja sendiri untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, tidak mengharapkan bantuan dari orang lain. Sehingga tidak ada sifat thama’ di dalam hatinya. []

(Muchlishon)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar