Saat Abu
Ishaq Masuk Islam dan Ibunya 'Mogok' Makan
Abu Ishaq adalah nama panggilan dari Sa’ad. Ia adalah putra dari Abi Waqqash. Sehingga ia biasa dikenal Sa’ad bin Abi Waqqash atau Abu Ishaq bin Abi Waqqash. Sebagaimana hadits riwayat Ahmad dari Sa’id bin Zaid, Sa’ad merupakan satu dari sepuluh sahabat yang dijamin Rasulullah masuk surga.
Bagaimanapun Sa’ad
bin Abi Waqqash memiliki peran dan kontribusi yang tidak sedikit dalam dakwah
Islam. Bersama Rasulullah, dia hampir mengikuti semua peperangan untuk
menegakkan Islam. Diceritakan bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash adalah orang pertama
yang melepaskan anak panah dalam peperangan membela Islam. Begitu pun menjadi
orang pertama yang terkena anak panah.
Sa’ad memeluk Islam
ketika usianya baru 17 tahun. Ia termasuk golongan yang pertama masuk Islam
(assabiqunal awwalun) bersama dengan Khadijah, Abu Bakar, dan Ali. Saat Sa’ad
masuk Islam, ada kejadian menarik yang menyertainya. Sebagaimana dikisahkan buku
Ash-Shuffah (Yakhsyallah Mansur, 2015), ibunda Sa’ad ‘mogok makan’ manakala
mengetahui anaknya masuk Islam, dan berpaling dari agama nenek moyangnya yang
dipeluknya dan keluarganya.
“Hai Sa’ad, kalau
engkau tidak meninggalkan agamamu (Islam) maka aku tidak akan makan dan minum
sampai mati sehingga engkau akan dikenal sebagai pembunuh ibu,” gertak ibunda
Sa’ad.
Memang, urusan agama
adalah ‘urusan hidup dan mati.’ Banyak orang yang hubungan dengan keluarga,
kerabat, atau temannya rusak ketika dia pindah agama baru dan meninggalkan
agama lamanya. Orang yang pindah agama tersebut sudah barang tentu dianggap
‘kafir’, minimal oleh para pemeluk agama yang ditinggalkan orang tersebut.
Umumnya, orang tersebut akan dicegah agar tidak jadi pindah agama. Apapun caranya.
Begitu pun dengan
yang dialami Sa’ad bin Abi Waqqash. Ibunya tidak rela kalau anaknya berpaling
dari agama nenek moyangnya, menyembah berhala. Ia mengancam anaknya tidak makan
dan minum sampai mati sehingga anaknya keluar dari Islam.
Sa’ad bin Abi Waqqash
tidak gentar dengan ancaman dari ibunya itu. Dia bahkan membiarkan ibunya tidak
makan untuk beberap hari. Hal ini membuat kondisi ibunya semakin lemah. Sebagai
anak yang baik, sebetulnya sejak hari pertama Sa’ad terus membujuk ibunya agar
mau makan. Namun ibunya tetap menolak.
Ibunya berulang kali
mengatakan kalau dia akan makan kembali kalau Sa’ad keluar Islam. Kesal dengan
keadaan seperti itu, Sa’ad akhirnya ‘mengancam’ balik ibunya. Ia menegaskan
tidak akan keluar Islam apapun yang terjadi. Meski ibunya meninggal sekalipun
karena tidak mau makan. Keyakinan Sa’ad terhadap Islam begitu bulat dan kuat.
“Maka terserah ibu,
apakah ibu mau makan atau tidak,” kata Sa’ad. Rupanya gertakan Sa’ad ini
membuat ibundanya luluh. Sang ibunda akhirnya ‘kalah’ dan akhirnya mau makan
kembali.
Kejadian ini ternyata
menjadi sebab turunnya (asbabun nuzul) Al-Qur’an Surat Luqman ayat 15. Di situ
disebutkan, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuan mu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Demikian lah cara
Allah menguji keyakinan dan keimanan seseorang terhadap agama yang dibawa
Rasulullah ini. Hanya orang yang memiliki keyakinan penuh dan mencari kebenaran
–hingga kemudian Allah memberinya hidayah lah- yang tetap mempertahankan Islam.
Meskipun ‘keadaan tidak berpihak’ kepadanya. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar