Senin, 16 Desember 2019

(Ngaji of the Day) Saat Abu Ishaq Masuk Islam dan Ibunya 'Mogok' Makan


Saat Abu Ishaq Masuk Islam dan Ibunya 'Mogok' Makan

Abu Ishaq adalah nama panggilan dari Sa’ad. Ia adalah putra dari Abi Waqqash. Sehingga ia biasa dikenal Sa’ad bin Abi Waqqash atau Abu Ishaq bin Abi Waqqash. Sebagaimana hadits riwayat Ahmad dari Sa’id bin Zaid, Sa’ad merupakan satu dari sepuluh sahabat yang dijamin Rasulullah masuk surga.

Bagaimanapun Sa’ad bin Abi Waqqash memiliki peran dan kontribusi yang tidak sedikit dalam dakwah Islam. Bersama Rasulullah, dia hampir mengikuti semua peperangan untuk menegakkan Islam. Diceritakan bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash adalah orang pertama yang melepaskan anak panah dalam peperangan membela Islam. Begitu pun menjadi orang pertama yang terkena anak panah.

Sa’ad memeluk Islam ketika usianya baru 17 tahun. Ia termasuk golongan yang pertama masuk Islam (assabiqunal awwalun) bersama dengan Khadijah, Abu Bakar, dan Ali. Saat Sa’ad masuk Islam, ada kejadian menarik yang menyertainya. Sebagaimana dikisahkan buku Ash-Shuffah (Yakhsyallah Mansur, 2015), ibunda Sa’ad ‘mogok makan’ manakala mengetahui anaknya masuk Islam, dan berpaling dari agama nenek moyangnya yang dipeluknya dan keluarganya.

“Hai Sa’ad, kalau engkau tidak meninggalkan agamamu (Islam) maka aku tidak akan makan dan minum sampai mati sehingga engkau akan dikenal sebagai pembunuh ibu,” gertak ibunda Sa’ad.

Memang, urusan agama adalah ‘urusan hidup dan mati.’ Banyak orang yang hubungan dengan keluarga, kerabat, atau temannya rusak ketika dia pindah agama baru dan meninggalkan agama lamanya. Orang yang pindah agama tersebut sudah barang tentu dianggap ‘kafir’, minimal oleh para pemeluk agama yang ditinggalkan orang tersebut. Umumnya, orang tersebut akan dicegah agar tidak jadi pindah agama. Apapun caranya.

Begitu pun dengan yang dialami Sa’ad bin Abi Waqqash. Ibunya tidak rela kalau anaknya berpaling dari agama nenek moyangnya, menyembah berhala. Ia mengancam anaknya tidak makan dan minum sampai mati sehingga anaknya keluar dari Islam.

Sa’ad bin Abi Waqqash tidak gentar dengan ancaman dari ibunya itu. Dia bahkan membiarkan ibunya tidak makan untuk beberap hari. Hal ini membuat kondisi ibunya semakin lemah. Sebagai anak yang baik, sebetulnya sejak hari pertama Sa’ad terus membujuk ibunya agar mau makan. Namun ibunya tetap menolak.

Ibunya berulang kali mengatakan kalau dia akan makan kembali kalau Sa’ad keluar Islam. Kesal dengan keadaan seperti itu, Sa’ad akhirnya ‘mengancam’ balik ibunya. Ia menegaskan tidak akan keluar Islam apapun yang terjadi. Meski ibunya meninggal sekalipun karena tidak mau makan. Keyakinan Sa’ad terhadap Islam begitu bulat dan kuat.

“Maka terserah ibu, apakah ibu mau makan atau tidak,” kata Sa’ad. Rupanya gertakan Sa’ad ini membuat ibundanya luluh. Sang ibunda akhirnya ‘kalah’ dan akhirnya mau makan kembali.

Kejadian ini ternyata menjadi sebab turunnya (asbabun nuzul) Al-Qur’an Surat Luqman ayat 15. Di situ disebutkan, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan mu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Demikian lah cara Allah menguji keyakinan dan keimanan seseorang terhadap agama yang dibawa Rasulullah ini. Hanya orang yang memiliki keyakinan penuh dan mencari kebenaran –hingga kemudian Allah memberinya hidayah lah- yang tetap mempertahankan Islam. Meskipun ‘keadaan tidak berpihak’ kepadanya. []

(A Muchlishon Rochmat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar