KHUTBAH IDUL ADLHA
Resep Nabi Ibrahim
Lulus dari Ujian Allah
Khutbah I
اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
اْلحَمْدُ
للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ
النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك
لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى
سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى
يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي
اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال
تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ
اللهُ العَظِيمْ
Kaum Muslimin-Muslimat jamaah Îd al-Adhâ yang
berbahagia..!
Pertama marilah kita bertakwa kepada Allah ﷻ, yaitu menjauhi segala
larangan Allah dan melaksanakan segala perintahnya. Hal tersebut kita lakukan
karena takwa merupakan nilai esensial dalam berkurban, Allah tidak akan menerima
daging atau darah dari hewan kurban, namun yang diterima Allah adalah ketakwaan
dari orang yang berqurban. Takwa bagi generasi muda juga bisa dimaknai dengan
meningkatkan belajar, meraih prestasi, disiplin, unggul, rajin shalat lima
waktu dan beribadah kepada Allah ﷻ. Sebaliknya menjauhi larangan Allah, seperti menjauhi Narkoba,
menghindari hoaks dan ujarna kebencian, menjauhi radikalisme dan terorisme,
menjauhi permusuhan demi membangun dan membela NKRI yang bermartabat.
Alhamdulillah, pagi hari ini kita semua berbahagia, karena kita dapat
melaksanakan shalat Idul Adha bersama-sama dan merayakan 'Îdul Adhâ dengan
selamat dan sejahtera. Karena itu, mari kita bersama merenungi makna dan
hakikat yang terdalam dari Idul Adha.
Kaum Muslimin-Muslimat jamaah Îd al-Adhâ yang
berbahagia!
Apa makna dari Idul Adha? Secara bahasa, ‘îd
memiliki makna hari raya, adhâ bermakna hewan sembelihan, artinya pada hari ini
kita diperintahkan Allah untuk berqurban dengan menyembelih binatang qurban
untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ, hari ini juga dapat dinamakan dengan hari raya haji, karena
sehari sebelumnya umat Muslim yang berhaji melaksanakan wukuf di arafah. Hari
raya Idul Adha juga dinamakan dengan hari raya besar, idul kabir, karena
mengingat peristiwa penting sejarah nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
Pada hari raya Idul Adha ini, mari kita
bersama-sama belajar dari kesuksesan Nabi Ibrahim AS. Imam Nawawi bin Umar Al
Bantani Al Jawi dalam Kitab Nashoihul Ibad, halaman 10 mengisahkan tentang Nabi
Ibrahim ketika ditanya, apa alasan utama Allah ﷻ mengangkat Nabi Ibrahim menjadi Kholilullah
(kekasih Allah)? Nabi Ibrahim menjawab dengan tiga alasan, pertama, Nabi
Ibrahim selalu mendahulukan perintah Allah. Kedua, Nabi Ibrahim selalu tawakkal
kepada Allah. Dan Ketiga, Nabi Ibrahim adalah pribadi yang peduli terhadap
orang lain.
Rahasia pertama Nabi Ibrahim menjadi
Khalilullah (kekasih Allah) adalah mendahulukan perintah Allah. Hal tersebut
mengingatkan kita tentang kisah Nabi Ibrahim AS ketika diperintahkan Allah
untuk menyembelih Nabi Ismail AS. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat
as-Shaffat 102-111
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي
إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ. فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ
لِلْجَبِينِ. وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ
نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ
بِذِبْحٍ عَظِيمٍ. وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ. سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّهُ مِنْ
عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ
Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada
umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: ‘Hai
Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu’, sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian
yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan
dilimpahkan atas Ibrahim’. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Munir li
Zuhaili juz 23 halaman 117 menjelaskan bahwa ketika usia Nabi Ismail
menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam
tarwiyah, hari ke-8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS bermimpi ada seruan,
“Hai Ibrahim! Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk menyembelih anakmu.”
Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah
mimpi itu dari Allah ﷻ atau dari
setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah
yang artinya, berpikir/merenung.
Pada malam ke-9 di bulan Dzulhijjah, beliau
bermimpi sama dengan sebelumnya. Pagi harinya, beliau tahu dengan yakin
mimpinya itu berasal dari Allah ﷻ. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah,
yang artinya mengetahui, dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di
tanah Arafah. Malam berikutnya lagi, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang
serupa. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan
penyembelihan Ismail. Karena itulah, hari itu disebut denga hari menyembelih
kurban (yaumun nahr). Nabi Ibrahim AS berterus terang kepada putranya,
“Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi, aku diperintahkan Allah
untuk menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu “Ia (Ismail) menjawab,
‘Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau, Insya Allah,
engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Ahmad Ghalwas dalam kitab Da’watur Rusul halaman
112 menjelaskan, ketika Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS telah bersiap diri
untuk penyembelihan, Nabi Ibrahim bertakbir dengan menjalankan pisau pada
tenggorokan Ismail, kemudian Allah ﷻ menyelamatkan Nabi Ismail AS. Allah tidak
memperkenankan pisau yang dibawa Nabi Ibrahim melukai sedikit pun Nabi Ismail
AS. Allah ﷻ memanggil
Ibrahim bahwa Ibrahim telah lulus ujian dengan ketaatan Ibrahim dalam
mendahulukan perintah Allah ﷻ. Ibrahim melihat di
depannya seekor domba putih yang besar yang dikirim Allah untuk mengganti
Ismail sebagai sembelihan. Kemudian Ibrahim menyembelih domba tersebut untuk
melaksanakan perintah Allah ﷻ.
Dari perjalanannya yang panjang, dengan
rentetan perjuangan dan ujian demi ujian, pada akhirnya Nabi Ibrâhim
mendapatkan kemenangan, kelulusan, dan kesuksesan yang gemilang. Lulus dari
ujian yang berat dari Allah ﷻ. Hingga kini
peristiwa tersebut dikenang oleh Muslim sedunia agar ajaran Nabi Ibrahim
menjadi teladan dan diamalkan oleh generasi masa depan.
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar wa Li
Allâh al-Hamd
Saudara-saudara sidang Idul Adha yang
berbahagia..!
Rahasia kedua kesuksesan Nabi Ibrahim adalah,
Nabi Ibrahim selalu bertawakkal kepada Allah ﷻ. Maksudnya, Nabi Ibrahim adalah Nabi yang selalu berusaha
keras, Nabi yang cerdas, Nabi yang ikhlas, dan selalu mengerjakan perintah
Allah dengan tuntas. Nabi Ibrahim selalu berikhtiar dan berusaha dalam
melaksanakan perintah Allah, berdoa kepada Allah, dan menyerahkan segala urusan
kepada Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman
dalam Surat Ar Ra’d, ayat 11:
إِنَّ
اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri.”
Dalam ajaran Islam, kita diperintahkan untuk
selalu berusaha, berdoa, dan tawakkal kepada Allah ﷻ. Dalam konteks hari raya
Idul Adha, Nabi Ibrahim selalu bekerja keras untuk melaksanakan perintah Allah,
Nabi Ibrahim bekerja cerdas dengan mengklarifikasi mimpi hingga tiga kali, Nabi
Ibrahim juga mendiskusikannya dengan Nabi Ismali AS. Nabi Ibrahim juga menerima
perintah Allah tersebut dan mengerjakannya dengan ikhlas, tujuannya hanya
kepada Allah ﷻ dan
akhirnya perintah Allah beliau laksanakan dengan sukses dan tuntas. Nabi
Ibrahim adalah pribadi yang arif bijaksana, Nabi yang cerdas dan pintar, Ketika
beliau berdakwah pada masyarakat, beliau menguasai berbagai bahasa mereka,
faham ajaran mereka, beliau mengerti sosiologi, dialektika dan adat istiadat
mereka. Sehingga masyarakat yang didakwahi Nabi Ibrahim tidak dapat membantah
hujjah dan dalil Nabi Ibrahim.
Keteladanan Nabi Ibrahim di atas penting untuk
diamalkan generasi bangsa dengan selalu rajin dan giat belajar dalam
menguasai ilmu pengetahuan. Setiap Muslim wajib untuk mempelajari berbagai ilmu
yang menjadi kebutuhan hidupnya, seperti ilmu agama, ilmu kedirgantaraan,
militer, sosial, kedokteran, maupun ilmu yang menjadi kebutuhan masyarakat,
agar tercipta masyarakat yang sejahtera, maju, dan bermartabat. Barang siapa
tekun, ia akan akan dapat, barang siapa bersabar, ia akan dapat, siapa menanam,
pasti menuai, di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan. Pemuda harus
bangkit dan bergerak demi meneladani perjuangan Nabi Ibrahim AS.
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar wa Li
Allâh al-Hamd
Saudara-saudara sidang Idul Adha yang
berbahagia..!
Rahasia kesuksesan Nabi Ibrahim yang ketiga
adalah Nabi Ibrahim adalah sosok Nabi yang dermawan dan peduli sosial. Nabi
Ibrahim tidak pernah makan pagi dan makan sore, kecuali disertai oleh kawan,
walaupun beliau harus berjalan jauh untuk mencari kawan yang mau makan bersama
Nabi Ibrahim AS. Dalam konteks hari raya Idul Adha, kita diperintahkan Allah
untuk meneladani Nabi Ibrahim AS, jangankan harta, tenaga, maupun fikiran,
bahkan putra yang sholih pun akan beliau korbankan demi menjalankan perintah
Allah ﷻ. Kita tidak diperintahkan
menyembelih putra kita, namun kita hanya diperintahkan untuk menyembelih hewan
Qurban dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah ﷻ.
Selain itu, kita juga diperintahkan Allah
untuk menjadi seorang yang peduli sosial, membantu sesama yang membutuhkan.
Terutama bagi saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah di Lombok NTB.
Mari dalam rangkaian hari raya Idul Adha ini, kita menyisihkan sebagian harta
kita untuk membantu saudara-saudara kita di Lombok yang sedang tertimpa
musibah. Semoga mereka diberi ketabahan, kesabaran, dan kemudahan dalam
menghadapi penderitaan. Serta semakin menambah keimanan kita kepada Allah ﷻ agar
musibah ini segera berakhir dengan baik. Aamiin. Ya Allah Ya Rahman, Ampunilah
umat Nabi-Mu, Nabi Muhammad SAW, kasihanilah mereka, bimbinglah mereka,
sayangilah mereka, sebagaimana Nabi Muhammad menyayangi mereka. Aamiin Ya
Rabbal Alamiin.
بَارَكَ الله
لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ
مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ
وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ
اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ
وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ
اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Rustam Ibrahim, Dosen UNU Surakarta, Wakil
Katib Syuriah PCNU Boyolali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar