Anak Kampung dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Oleh: Ahmad Syafii Maarif
Sudah genap 74 tahun usia kemerdekaan Indonesia, sebuah peristiwa
sejarah mahapenting dan mahadahsyat bagi sebuah bangsa yang pernah ditindas di
bawah sistem kolonialisme yang serakah dan zalim. Didahului oleh PD (Perang
Dunia) II, 1939-1945, bangsa-bangsa terjajajah di Asia dan Afrika, mulai satu
per satu melepaskan dirinya dari cengkeraman penjajahan asing dalam rentang
waktu yang bervariasi. Untuk bangsa-bangsa di Asia Tenggara, kecuali Thailand,
telah mengalami penjajahan ganda: Eropa dan Jepang, sekalipun yang kedua ini
hanya berlangsung sekitar tiga setengah tahun.
Indonesia yang sebelumnya oleh penjajah disebut Hindia Timur
Belanda merebut kemerdekaannya dari pihak Belanda dan Jepang melalui cara
revolusi yang heroik, sebagaimana yang juga dilakukan Vietnam dan Aljazair.
Banyak korban anak bangsa dalam upaya mengusir penjajahan yang ingin
mengekalkan sistem kolonialnya untuk tempo yang tanpa batas. Di seluruh
nusantara bertebaranlah makam-makam pahlawan yang sebagian tidak dikenal
namanya, tetapi mereka adalah pejuang sejati.
Penyair Chairil Anwar (1922- 1949) dalam puisi sadurannya
"Kerawang-Bekasi" dengan sangat indah tetapi perih dan pilu
melukiskan nasib para pejuang kemerdekaan itu berikut ini: Kami yang kini
terbaring antara Kerawang-Bekasi tidak bisa teriak "Merdeka" dan
angkat senjata lagi. Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa
dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi
debu. Kenang-kenanglah kami… Kami sekarang mayat Berilah kami arti Berjagalah
terus di garis batas pernyataan dan impian (Lih. H.B. Jassin, Chairil Anwar,
Pelopor Angkatan 45. Jakarta: Gunung Agung 1959, hlm. 66, ejaan disesuaikan).
Sekalipun puisi ini adalah sadur an dari karya penyair Archibald
Mac Leish "The Young Dead Soldiers", nuansa keindonesiaan sajak
"Kerawang-Bekasi" ini terasa kuat sekali karena Chairil Anwar memang
seorang patriot sejati yang wafat dalam usia 27 tahun disebabkan bermacam
penyakit yang telah menggerogoti tubuhnya yang kurus itu. Bait-bait di atas
dengan tajam menghadirkan mayat-mayat pejuang kemerdekaan yang "tidak bisa
teriak 'Merdeka' dan angkat senjata lagi." Bagi saya, nilai puisi ini sungguh
menyayat hati dan mestinya mengabadikan kepekaan nurani kita untuk tidak
berkhianat kepada proklamasi kemerdekaan.
Sebagai seorang anak kampung yang tersuruk di lembah Bukit
Barisan, kemerdekaan bagi saya punya makna segala-galanya. Tidak terbayangkan,
sekiranya Indonesia masih tetap berada di bawah sistem penjajahan, nasib anak
kampung tidak akan mengalami perubahan apa pun: bodoh, miskin, dan terbela
kang.
Jenjang pendidikan paling banter hanyalah sampai setingkat SR
(Sekolah Rakyat). Maka berkat kemerdekaan, anak-anak kampung yang gigih bisa
menjadi siapa saja dan punya peluang untuk melanjutkan pendidikan sampai ke
ujung dunia manapun. Allah Maha Pengasih terhadap bangsa ini. Melalui
pengorbanan para pejuangnya, Indonesia mendapatkan kemerdekaannya pada 17
Agustus 1945.
Inilah kalimat sakti dalam Pembukaan UUD 1945 tentang makna
kemerdekaan dan kebebasan sejati bagi sebuah bangsa: "Atas ber kat rahmat
Allah yang Maha kuas a dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya." Aduh, ya Allah, begini besar rahamat yang telah Engkau
berikan kepada bangsa Indonesia, sebuah bangsa kepulauan yang amat permai.
Namun, hati ini masih sering menjerit dan menangis, ya Allah,
karena sebagian anak bangsa ini telah mengkhianati cita-cita luhur kemerdekaan
itu dengan kelakuan yang tidak beradab: korupsi, penyalahgunaan kekuasaan,
keadilan sosial yang diabaikan dan dilecehkan! Ujungnya, masih puluhan ribu jumlah
kampung dan desa yang belum terjamah sepenuhnya oleh limpahan berkat rahmat
kemerdekaan tanah air itu.
Akhirnya, dalam menyambut ulang tahun kemerdekaan ke-74, dirgahayu
Indonesia jaya! Semoga keadilan, kesejahteraan, dan kemak muran akan menjadi milik
semua anak bangsa, tanpa kecuali, amin! []
REPUBLIKA, 20 Agustus 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar