Selasa, 27 Agustus 2019

(Ngaji of the Day) Makna ‘al-Baqiyat ash-Shalihat’ dalam Al-Qur’an dan Keutamaannya


Makna ‘al-Baqiyat ash-Shalihat’ dalam Al-Qur’an dan Keutamaannya

Ketika membaca Surat Al-Kahfi ayat ke-46, kita menemukan di sana disebutkan suatu amalan yang ganjarannya lebih utama dibanding perhiasan dunia yang berupa anak dan harta. Ya, amalan itu adalah al-bâqiyat ash-shâlihât, adapun ayatnya adalah:

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

Artinya:  “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh (al-bâqiyat ash-shâlihât) adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

Apa sebenarnya makna dimaksud al-bâqiyat ash-shâlihât dalam ayat ini? Jika menelaah dalam kitab tafsir Jalalain, di sana disebutkan:

)وَالبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ (هي سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر زاد بعضهم ولا حول ولا قوة إلا بالله) خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا (أي ما يأمله الإنسان ويرجوه عند الله تعالى

Artinya: “Dan al-bâqiyat ash-shâlihât—yaitu subhânallâh, wal hamdulillâh, wa lâ Ilâha illallâh, wa Allâhu akbar, sebagian ulama menambahkan: wa lâ hawla walâ quwwata illâ billâh—adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan—tegasnya: sesuatu yang mana manusia mencita-citakan dan mengharapkannya di sisi Allah ta’ala. (Imam Jalaluddin as-Suyuthi dan Imam Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Jalâlain, Kairo, Daarul Hadits, halaman 386)

Jika melihat dalam tafsir ini, kita dapat menyimpulkan bahwa al-bâqiyat ash-shâlihât adalah dzikir yang sering kita baca selepas shalat, yaitu tasbih (subhânallâh), tahmid (alhamdulillâh), takbir (Allâhu akbar), hawqalah (lâ hawla walâ quwwata illâ billâh), dan tahlil (lâ Ilâha illallâh).

Selain itu, terdapat juga dalam sabda baginda Nabi Muhammad shallalllahu ‘alaihi wasallam:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم اَلْبَاقِيَاتُ اَلصَّالِحَاتُ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَسُبْحَانَ اَللَّهِ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاَللَّهِ) أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ(

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radliyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wasallam bersabda: “al-bâqiyat ash-shâlihât adalah lâ Ilâha illallâh, wa subhânallâh, wa Allâhu akbar, wal hamdulillâh, wa lâ hawla walâ quwwata illâ billâh.” (Hadits ini ditakhrij oleh Imam Nasai, dan Imam Ibnu Hibban serta Al-Hakim telah menshasihkannya)

Jika melihat hadits ini, kita dapat menyimpulkan bahwa al-bâqiyat ash-shâlihât adalah sebagaimana yang telah diterangkan oleh Nabi, yaitu beberapa wiridan yang telah beliau terangkan dalam sabdanya.

Hadits ini diterangkan dalam kitab Ibânatul Ahkâm Syarh Bulûghul Marâm, karya As-Sayyid ‘Alawiy Al-Malikiy (Maktabah al-Buhuts wa ad-Dirasat fi Daarul Fikr, Juz. 4, bagian Muamalah, halaman 425-426) bahwa Ibnu ‘Abbas berpendapat bahwa yang dimaksud al-bâqiyat ash-shâlihât adalah salat lima waktu, dan dikatakan dalam suatu pendapat bahwa ia adalah semua amal saleh.

Namun jumhur ulama berpendapat bahwa al-bâqiyat ash-shâlihât adalah tasbih, tahmid, takbir, hawqalah, dan tahlil, dan keterangan ini pun diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas juga. Dengan demikian, apa sebenarnya keunggulan amalan ini sehingga disebutkan secara istimewa dalam Al-Qur’an?

Kita dapat melihat dalam hadits lainnya, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Samroh bin Jundab radliyallahu ‘anh yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim:

وَعَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَحَبُّ اَلْكَلَامِ إِلَى اَللَّهِ أَرْبَعٌ لَا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ سُبْحَانَ اَللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ(

Dari Samurah bin Jundab dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Ucapan yang paling utama itu ada empat, tidak akan membahayakanmu dengan mana saja kamu memulainya, yaitu subhânallah (Mahasuci Allah), alhamdulillâh (segala puji bagi Allah), Lâ ilâha illallâh (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah), dan Allâhu akbar (Allah Mahabesar. (HR Imam Muslim) 

Terkait hadits ini, kitab Ibânatul Ahkâm Syarh Bulûghul Marâm menjelaskan:

بيان كلمات يحبّها الله تبارك وتعالى، ويحبّ أن يسمعها من عباده لعظيم شأنها، وما اشتملت عليه من أركان التوحيد. ففيها التوحيد، وفيها الأكبرية، وفيها التنزيه، وفيها التمجيد والتعظيم.

Menjelaskan kalimat-kalimat yang disukai Allah, dan Allah suka mendengar kalimat-kalimat ini dari hamba-hambanya karena agungnya kedudukan kalimat itu, serta rukun-rukun tauhid yang terkandung di dalamnya. Dalam kalimat ini terdapat pula makna tauhid (mengesakan), membesarkan, menyucikan, memuliakan, dan mengagungkan Allah.

Demikianlah makna al-bâqiyat ash-shâlihât serta keutamaannya. Jika kita ingin dicintai oleh Allah Swt, maka ucapkanlah kalimat yang dapat membuatNya mencintai kita. Wallahu a’lam. []

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar