Apakah Nabi Muhammad Ambil
Manfaat dari Bacaan Shalawat Kita?
Allah memerintahkan manusia untuk membaca
shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Allah dan malaikat juga mengucapkan shalawat.
Tetapi untuk apa manfaat shalawat yang bermakna rahmat bagi Allah dan doa bagi
malaikat dan manusia untuk Nabi Muhammad SAW, padahal ia sudah tidak lagi
memerlukannya karena sudah sempurna?
Syekh Ihsan M Dahlan Jampes Kediri
menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah makhluk yang sempurna. Meskipun
demikian, ia tetap menerima manfaat atas bacaan shalawat untuknya. Hanya saja,
orang yang bershalawat tidak selayaknya bermaksud demikian terhadap Nabi
Muhammad SAW.
واعلم
أن النبي ينتفع بصلاتنا عليه لكن لا ينبغي للمصلي أن يقصد ذلك وإنما يقصد نفع نفسه
كما يزداد نفعه بتكرر العمل بالأحكام الشرعية الواردة عنه وكذلك الشيخ إذا علم
إنسانا حكما فصار يعمل به ويعلمه للناس فإنه يزداد نفعه بتكرر العمل به كما قاله
القطب الدسوقي وغيره
Artinya, “Ketahuilah bahwa Nabi Muhammad SAW
menerima manfaat atas bacaan shalawat kita, tetapi orang yang bershalawat tidak
boleh meniatkan shalawatnya untuk itu. Yang ia niatkan adalah manfaat yang
berpulang untuk dirinya sendiri sebagaimana manfaat untuk dirinya bertambah
dengan memperbanyak amal-ibadah yang sesuai dengan hukum syariat. Hal serupa
adalah ketika seorang guru mengajarkan sebuah hokum kepada seseorang, lalu ia
mengamalkan dan mengajarkannya, maka manfaat untuknya akan semakin bertambah dengan
memperbanyak pengamalan ilmu tersebut sebagaimana dikatakan oleh Al-Quthub
Ad-Dasuqi dan ulama lain,” (Lihat Syekh Ihsan M Dahlan Jampes, Sirajut Thalibin
ala Minhajil Abidin, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan
tahun], juz I, halaman 14).
Dengan maksud memberikan manfaat, bisa jadi
kita menggunakan logika “perhitungan” terhadap Nabi Muhammad SAW. Oleh karena
itu, maksud demikian dalam membaca shalawat sebaiknya dihindari.
Orang yang bershalawat sebaiknya meniatkan
shalawat sebagai ibadah seperti perintah Allah yang bernilai ibadah sebagamana
Surat Al-Ahzab ayat 33 berikut ini:
إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيما
Artinya, “Sungguh Allah dan Malaikat-Nya
bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawat salamlah
kepadanya,” (Surat Al-Ahzab ayat 33).
Sebagaimana diketahui bahwa shalawat dari
Allah bermakna rahmat, shalawat dari malaikat atau manusia bermakna doa.
Syekh Ismail Al-Hamidi juga menegaskan soal
manfaat shalawat bagi Nabi Muhammad SAW dan orang yang membaca shalawat
sebagaimana dikutip oleh Syekh M Nawawi Banten berikut ini:
فالجواب
أن المقصود بصلاتنا عليه طلب رحمة لم تكن فإنه ما من وقت إلا وهناك رحمة لم تحصل
له فلا يزال يترقى في الكمالات إلى ما لا نهاية له فهو ينتفع بصلاتنا عليه على
الصحيح لكن لا ينبغي أن يقصد المصلي ذلك بل يقصد التوسل إلى ربه في نيل مقصوده
Artinya, “Jawabannya, tujuan shalawat (doa)
kita untuk Nabi Muhammad SAW adalah permohonan rahmat baru yang belum ada
karena tiada satu waktu yang berlalu kecuali di situ terdapat rahmat Allah yang
belum didapat oleh Rasulullah. Dengan shalawat, derajat Nabi Muhammad SAW
selalu naik dalam kesempurnaan tak terhingga. Jadi, Rasulullah SAW jelas
menerima manfaat atas shalawat kita kepadanya, menurut pendapat ulama yang
shahih. Tetapi orang yang bershalawat tidak seharusnya bermaksud demikian,
tetapi bermaksud tawasul kepada Allah (melalui shalawat) dalam mewujudkan
harapannya,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru
Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 4).
Dari penjelasan ini, kita dapat menarik
simpulan bahwa benar adanya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sosok sempurna yang
kesempurnaannya terus meningkat. Ia tetap mendapat manfaat atas bacaan shalawat
kita.
Namun, kita sebaiknya tidak meniatkan lafal
shalawat dengan maksud kesempurnaan Nabi Muhammad SAW, tetapi meniatkannya
sebagai ibadah, doa, tawasul atas hajat kita, atau puncaknya (adab) adalah rasa
syukur kita atas kehadiran Nabi Muhammad SAW sebagai asal penciptaan alam
semesta. Wallahu a‘lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar