Bolehkah Memberikan Zakat
Fitrah kepada Non-Muslim?
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang
wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang mampu. Peranannya tidak hanya berkaitan
dengan ubudiyyah murni, namun juga berfungsi untuk membangun kesejahteraan
sesama, karena itu zakat disebut dengan ibadah ghairu mahdlah.
Zakat secara garis besar ada dua, zakat mal
dan zakat fitrah atau bisa juga disebut zakat badan. Baru-baru ini banyak
bermunculan pertanyaan dan diskusi tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan
zakat fitrah. Di antaranya adalah berkaitan dengan penerima zakat fitrah. Salah
satu pertanyaan yang muncul adalah, bolehkah zakat fitrah diberikan kepada
non-Muslim? Dalam hal ini, para ulama mazhab berbeda pendapat.
Dalam mazhab Syafi’i, zakat fitrah tidak
diperbolehkan diberikan kepada non-Muslim, baik kaya atau miskin, dzimmi (yang
berdamai) atau harbi (yang memerangi). Larangan tersebut juga
berlaku untuk zakat mal.
Larangan tersebut berlandaskan dalil hadits
Nabi saat mengutus sahabat Mu’adz bin Jabal:
صدقة
تؤخذ من أغنيائهم فترد على فقرائهم
“Sedekah yang diambil dari orang kaya mereka
(Muslimin), kemudian diberikan kepada orang faqir mereka (Muslimin). (HR
al-Bukhari dan Muslim)
Namun, boleh memberikan bagian dari harta
zakat kepada non-Muslim yang menjabat sebagai petugas penimbang, humasi atau
penjaga harta zakat. Kebolehan tersebut bukan pemberian atas nama zakat, namun
atas nama upah dari pekerjaan mereka (dari bagian amil zakat).
Dalam kitab al-iqna’ dijelaskan:
و
) الخامس (لا تصح للكافر) لخبر الصحيحين صدقة تؤخذ من أغنيائهم فترد على فقرائهم ،
نعم الكيال والحمال والحافظ ونحوهم يجوز كونهم كفارا مستأجرين من سهم العامل لأن
ذلك أجرة لا زكاة .
وإنما
جاز في الحمال والكيال ومن ذكر معهما أن يكون كافرا أو هاشميا أو مطلبيا لأن ما
يأخذه العامل أجرة لا زكاة ؛ لأن الاستئجار أخرجه عن كونه زكاة حقيقة كما ذكره
الشارح
“Yang kelima, tidak sah zakat kepada
non-Muslim karena hadits al-Bukhari dan Muslim ‘Sedekah yang diambil dari orang
kaya mereka (Muslimin)’, kemudian diberikan kepada orang faqir mereka
(Muslimin). Namun, penakar, pembawa, penjaga dan sesamanya boleh dari seorang
non-Muslim yang disewa dari bagian amil, sebab hal tersebut adalah upah, bukan
zakat.” (Syekh al-Khathib al-Syarbini, al-Iqna’ Hamisy Hasyiyah
al-Bujairami, juz 6, halaman 394)
Dalam komentarnya atas keterangan di atas,
Syekh Sulaiman al-Bujairimi menegaskan:
وإنما
جاز في الحمال والكيال ومن ذكر معهما أن يكون كافرا أو هاشميا أو مطلبيا لأن ما
يأخذه العامل أجرة لا زكاة ؛ لأن الاستئجار أخرجه عن كونه زكاة حقيقة كما ذكره
الشارح
“Dibolehkannya petugas distribusi dan penakar
serta yang disebutkan bersama keduanya dari non-Muslim, Bani Hasyim dan Bani
Muthallib, sebab harta yang diambil oleh amil adalah upah, bukan zakat, sebab
penyewaan jasa mengeluarkan harta tersebut dari zakat secara hakikat,
sebagaimana yang disebutkan pensyarah.” (Sulaiman al-Bujairimi, Hasyiyah
al-Bujairimi ‘ala al-Iqna’, juz.6, hal.394).
Menurut pandangan Imam Abu Hanifah dan
muridnya Muhammad, dibolehkan memberikan zakat fitrah kepada non-Muslim dzimmi
yang fakir. Landasan mereka adalah ayat:
إِن
تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا
الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu
adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada
orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu.” (QS al-Baqarah: 271)
Ayat tersebut tidak membedakan fakir yang
Muslim dan non-Muslim, kecuali dalam masalah zakat mal, karena ada larangan
khusus dalam haditsnya sahabat Mu’adz, yang kedudukannya men-takhsish ayat ini.
Alasan lainnya, memberikan zakat kepada kafir
dzimmi yang fakir adalah termasuk mendatangkan kebaikan kepada mereka, dan hal
tersebut bukan merupakan larangan dalam syari’at.
Syekh Wahbah al-Zuhaili mengatakan:
وهل
يجوز صرفها إلى أهل الذمة؟ قال أبو حنيفة ومحمد يجوز، لقوله تعالى: (إن تبدوا
الصدقات فنعما هي، وإن تخفوها وتؤتوها الفقراء، فهو خير لكم، ويكفر عنكم من
سيئاتكم) من غير تفرقة بين فقير وفقير، وعموم هذا النص يقتضي جواز صرف الزكاة
إليهم، إلا أنه خص منه الزكاة لحديث معاذ، وقوله تعالى في الكفارات (فكفارته إطعام
عشرة مساكين) من غير تفرقة بين مسكين ومسكين، إلا أنه خص منه الحربي بدليل حتى لا
يكون ذلك إعانة لهم على قتالنا، ولأن صرف الصدقة إلى أهل الذمة من باب إيصال البر
إليهم، وما نهينا عن ذلك
“Apakah boleh memberikan zakat fitrah,
kafarat dan nadzar kepada ahli dzimmah? Abu Hanifah dan Muhammad
menyatakan boleh, karena firman Allah, ‘Jika kamu menampakkan sedekah(mu), Maka
itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada
orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu’ (QS. Al-Baqarah: 271).
Ayat ini tidak membedakan status agama fakir yang menerima zakat, keumuman nash
ini menuntut dibolehkannya berzakat kepada non-Muslim, hanya dari dalil
tersebut dikecualikan zakat mal karena haditsnya sahabat Mu’adz, dan
berdasarkan ayat tentang kafarah, maka kaffarat (melanggar)
sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang
biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau
memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian,
maka kaffaratnya puasa selama tiga hari (QS al-Maidah: 89). Ayat ini tidak
membedakan status agama miskin, kecuali kafir harbi yang ada
larangan khusus sehingga pemberian zakat tidak menolong mereka untuk memerangi
kita. Argumen lain, pemberian zakat fitrah kepada ahli dzimmah tergolong
memberikan kebaikan kepada mereka dan kita tidak dicegah untuk hal tersebut.”
(Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 3, halaman
310)
Dalam pandangan mazhab Hanbali ditegaskan,
boleh memberi zakat (termasuk zakat fitrah) kepada non-Muslim yang menjadi
panutan di kelompoknya ketika terdapat salah satu dari dua alasan. Pertama,
diharapkan keislamannya. Kedua, ketika dikhawatirkan aksinya dapat menyerang
orang Islam. Pemberian zakat kepada non-Muslim dengan ketentuan di atas
diambilkan dari bagian muallaf qulubuhum.
Syekh Ibnu Quddamah mengatakan:
المؤلفة
قلوبهم قسمان: كفار ومسلمون، وهم جميعا السادة المطاعون في عشائرهم كما ذكرنا
فالكفار
ضربان (أحدهما) من يرجى إسلامه فيعطى لتقوى نيته في الاسلام وتميل نفسه إليه فيسلم
فان النبي صلى الله عليه وسلم يوم فتح مكة أعطى صفوان بن أمية الامان واستصبره
صفوان أربعة أشهر لينظر في أمره وخرج معه إلى حنين، فلما أعطي النبي صلى الله عليه
وسلم العطايا قال صفوان: مالي؟ فأومأ النبي صلى الله عليه وسلم إلى واد فيه إبل
محملة فقال " هذا لك " فقال صفوان هذا عطاء من لا يخشى الفقر (والضرب
الثاني) من يخشى شره فيرجى بعطيته كف شره وكف شر غيره معه.
فروى
ابن عباس أن قوما كانوا يأتون النبي صلى الله عليه وسلم فان أعطاهم مدحوا الاسلام
وقالوا هذا دين حسن، وإن منعهم ذموا وعابوا
“Muallaf qulubuhum ada dua,
Muslim dan non-Muslim, mereka semua adalah tuan yang menjadi panutan di
kelompoknya seperti yang telah kami sampaikan. Non-Muslim ada dua. Pertama,
orang yang diharapkan keislamannya, maka diberikan zakat agar niatnya memeluk
islam kuat dan dapat mencondongkan hatinya untuk memeluk islam, sesungguhnya
Nabi saat pembebasan kota Mekah memberikan jaminan keamanan kepada Shofwan bin
Umayyah, dan Shofwan menguji Nabi selama empat bulan untuk melihat sikap beliau
dan keluar bersama Nabi di perang Hunain. Saat Nabi memberinya beberapa
pemberian, Shofwan mengatakan, apa ini?. Lalu Nabi berisyarah menuju bukit yang
terdapat unta di dalamnya, Nabi mengatakan, ini untukmu. Shofwan menjawab, ini
adalah pemberian orang yang tidak takut faqir. Kedua, non-Muslim yang
dikhawatirkan keburukannya, maka diharapkan pemberian zakat kepadanya dapat
mencegah keburukannya dan para pengikutnya. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa suatu
kelompok datang kepada Nabi, bila Nabi memberi mereka, maka mereka memuji islam
dan berkata, ini adalah agama yang baik. Bila Nabi tidak memberi, mereka
mencela.” (Ibnu Quddamah al-Maqdisi, al-Syarh al-Kabir, juz 2, hal
697)
Meski ada celah pembenaran memberikan zakat
fitrah kepada non-Muslim, dalam kondisi normal dan masih banyaknya umat Islam
yang miskin, sebaiknya hal tersebut tidak dilakukan. Dalam konteks ini lebih
utama memberikan zakat fitrah kepada seorang Muslim, sebab zakat dapat membantu
mereka untuk melakukan ketaatan.
Syekh Wahbah al-Zuhaili mengatakan:
وأما
ما سوى الزكاة من صدقة الفطر والكفارات والنذور، فلا شك في أن صرفها إلى فقراء
المسلمين أفضل؛ لأن الصرف إليهم يقع إعانة لهم على الطاعة
“Adapun selain zakat dari sedekah fitri,
kafarat dan nadzar, tidak diragukan lagi mengalokasikannya kepada orang Islam
yang fakir lebih utama, sebab memberikan kepada mereka dapat membantu mereka
melakukan ketaatan.” (Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuhu, juz 3, halaman 310)
Wallahu a‘lam.
[]
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar