Nasib
Palestina di Tengah Wabah Corona
Oleh:
Zuhairi Misrawi
Palestina
menjadi salah satu negara yang tidak bebas dari wabah Covid-19. Menteri
Kesehatan Palestina Mai al-Kaila mencatat ada 261 warga positif Covid-19 dan 42
dinyatakan sembuh. Warga yang dinyatakan positif langsung dikarantina di rumah
masing-masing dengan pengawasan khusus dari Otoritas Palestina. Hingga saat ini
ada 15.000 rapid test
terhadap warga Palestina yang diduga mempunyai hubungan langsung dengan pasien positif.
Membayangkan
Palestina menghadapi wabah Covid-19 pasti terasa menyayat hati. Bayangkan,
tanpa wabah Covid-19 pun Palestina sudah tertatih-tatih menjalani kehidupan
sosial, ekonomi, dan politik tanpa ketidakpastian. Kondisi geopolitik yang
menimpa negara-negara Timur-Tengah lainnya menyebabkan nasib Palestina sama
sekali tak tersentuh, bahkan kondisinya makin terpuruk di tengah tekanan
bertubi-tubi dari Amerika Serikat, Israel, dan beberapa negara di Timur-Tengah,
seperti Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab.
Di tengah
pandemi Covid-19, Palestina termasuk di antara negara yang tidak mempunyai
pilihan kebijakan, sebagaimana negara-negara lainnya yang berlomba-lomba
memberikan insentif perlindungan finansial. Palestina akan menghadapi dampak
wabah ini dengan serentetan masalah yang tidak bisa diramal di masa mendatang.
Kondisi ekonomi yang terus memburuk dan tekanan dari Israel yang kian kuat.
Yang
pasti, negara-negara di kawasan Timur-Tengah saat ini sedang fokus untuk
menghadapi dampak Covid-19, yang membuktikan bahwa mereka tidak akan
mengalihkan perhatian pada isu-isu regional, khususnya Palestina. Krisis
ekonomi akan menjadi pukulan yang telak bagi setiap negara di kawasan. Tidak
mudah untuk bangkit, karena ekonomi benar-benar lumpuh, apalagi harga minyak
terus merosok akibat perseteruan antara Arab Saudi dan Rusia.
Palestina
akan semakin terpinggirkan, karena setiap negara lebih memfokuskan perhatiannya
terhadap isu-isu domestik yang tidak kalah rumit. Apalagi jika upaya melawan
Covid-19 yang bisa berlangsung lama, maka secara otomatis Palestina akan
menanggung beban yang lumayan berat. Sebab selama ini, Palestina mempunyai
ketergantungan pada negara-negara lain, seperti Qatar, Iran, dan Turki.
Negara-negara tersebut saat ini sedang menghadapi masalah yang serius dalam
upaya mengantisipasi dampak ekonomi dari Covid-19.
Semua
negara, termasuk negara-negara Timur-Tengah saat ini sedang memikirkan dampak
yang terburuk dari Covid-19. Sebab negara-negara yang selama ini relatif maju
dan modern dalam pelayanan medis pun terseok-seok dalam menghadapi dampak
Covid-19. AS, Prancis, Italia, Spanyol, dan Inggris adalah negara-negara yang
sempoyongan dalam menghadapi dampak Covid-19, karena penyebaran virus yang
meluas dengan korban yang lumayan besar melebihi China.
Selain
itu, posisi Netanyahu yang semakin kuat di Israel juga menjadi tantangan serius
yang lain bagi Palestina. Covid-19 menjadi berkah bagi Netanyahu yang secara
politik sebenarnya sedang rapuh akibat perolehan suara yang cenderung statis
dan kasus korupsi yang menimpa dirinya dan keluarganya.
Covid-19
yang meluas di Israel, telah menyebabkan posisi Netanyahu semakin kuat karena
ia mendapatkan dukungan politik dari Partai Biru dan Putih yang selama ini
menentangnya. Belum lagi kasus korupsinya ditangguhkan dengan alasan agar
Netanyahu lebih fokus dalam mengatasi masalah Covid-19 yang melanda dunia saat
ini. Netanyahu sekarang memimpin Israel dengan mandat yang lebih kuat.
Tentu
saja, kuatnya posisi Netanyahu akan menjadi masalah serius bagi Palestina. Sebab
Netanyahu selama ini dikenal sebagai pemimpin yang membawa agenda-agenda
politik yang sangat merugikan Palestina, khususnya dalam masalah pembangunan
ilegal di Tepi Barat. Bukan hanya itu saja, Netanyahu ingin mengusir Palestina
dari Jerusalem dan menjadikan Jerusalem di bawah kekuasaan Israel.
Yang
dikhawatirkan banyak pihak, Netanyahu justru menjadikan situasi yang penuh
ketidakpastian untuk terus mengambil langkah-langkah yang semakin menjerat
Palestina. Di tengah negara-negara lain yang sedang fokus pada masalah domestik
masing-masing, Netanyahu bisa saja mengambil langkah di luar dugaan. Sebab itu,
nasib Palestina di tengah pandemi Covid-19 menjadi semakin tidak menentu.
Otoritas
Palestina sudah menyatakan, masalah ekonomi akan menjadi dampak yang paling
buruk, karena jika situasinya semakin tidak baik dalam beberapa hari mendatang,
maka Palestina akan mengalami kelumpuhan total. Selama ini, sebelum meluasnya
wabah Covid-19, Palestina sudah berdarah-darah dalam mengatasi masalah ekonomi,
khususnya di Jalur Gaza yang terus mendapatkan tekanan dari Israel.
Tidak
terbayangkan jika wabah Covid-19 bisa menyebar luas di Jalur Gaza. Situasinya
pasti akan sangat sulit dan tragis. Populasi penduduk yang sangat padat dengan
minimnya pelayanan kesehatan, dan situasi ekonomi yang sangat tidak menentu
akan menjadi pukulan telak. Apalagi dalam beberapa hari yang akan datang mereka
akan menunaikan ibadah Ramadhan.
Pandemi
Covid-19 akan menjadi momen yang sangat tidak menguntungkan bagi Palestina.
Mereka memerlukan perhatian khusus dari dunia agar tidak menjadi target
diskriminasi dan ekstremisme Israel. Sebab Israel tidak akan pernah berhenti
mengganggu Palestina, khususnya Netanyahu yang mendapatkan dukungan dari sayap
Yahudi fundamentalis di Israel.
Diperlukan
sebuah komitmen dan perhatian yang serius dari beberapa negara di Timur-Tengah
dan dunia Islam agar Palestina tidak sendirian dalam menghadapi situasi yang
sulit ini. Masih ada sedikit asa agar Palestina terus dipikirkan bersama, bahwa
di tengah pandemi Covid-19 masih ada Palestina yang terus dijajah oleh Israel,
dan bisa saja Israel terus melakukan tekanan dan penindasan, baik secara
terbuka maupun secara diam-diam. []
DETIK, 09
April 2020
Zuhairi Misrawi | Cendekiawan Nahdlatul Ulama, analis
pemikiran dan politik Timur-Tengah di The Middle East Institute, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar