Lebih Utama Mana, Shalat
Qabliyah Jumat di Rumah atau Masjid?
Di antara yang disunnahkan dalam pelaksanaan
Jumat adalah shalat sunnah qabliyah Jumat, yaitu shalat sunnah sebelum Jumat,
yang umum di Indonesia, biasanya dilakukan sebelum khatib menyampaikan khutbah.
Shalat Qabliyah Jumat hukumnya sunnah, sebagaimana qabliyah zuhur, demikian
pula ba’diyyah Jumat, disunnahkan sebagaimana sunnahnya ba’diyah zuhur.
Anjuran qabliyah Jumat berdasarkan dua teori
pengambilan dalil, pertama menggunakan nash hadits, kedua, menganalogikan
dengan shalat zuhur. Di antara hadits yang menegaskan kesunnahan Qabliyah Jumat
adalah:
ما
من صلاة مفروضة إلا وبين يديها ركعتان
“Tidaklah shalat fardlu kecuali sebelumnya
terdapat dua rakaat sunnah qabliyah.” (HR. Ibnu Hibban)
Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam
kitab Asna al-Mathalib sebagai berikut:
ـ
(والجمعة كالظهر) في
الرواتب قبلها وبعدها من المؤكد وغيره قياسا على الظهر وللأخبار الواردة في ذلك
كخبر الصحيحين أنه صلى الله عليه وسلم كان يصلي ركعتين بعد الجمعة وخبر بين كل
أذانين صلاة
“Jumat seperti zuhur dalam hal kesunnahan
shalat rawatib sebelum dan sesudahnya, dari shalat sunnah yang dikukuhkan dan
selainnya, hal ini disamakan dengan zuhur dan karena beberapa hadits tentang
hal tersebut, seperti hadits Imam Buhari dan Muslim, bahwa sesungguhnya Nabi
shalat dua rakaat setelah Jumat, dan hadits Nabi, di antara dua azan dianjurkan
shalat.” (Syekh Zakariyya al-Anshari, Asna al-Mathalib, juz 1, hal. 220)
Dalam komentarnya atas referensi di atas,
Syekh Ahmad bin Hamzah al-Ramli mengatakan:
ـ
(قوله : وخبر بين كل أذانين صلاة) وخبر ابن حبان في صحيحه ما من صلاة مفروضة إلا
وبين يديها ركعتان
“Ucapan Syekh Zakariyya, dan hadits di antara
dua azan dianjurkan shalat, dan juga terdapat pula haditsnya Imam Ibnu Hibban
dalam kitab shahihnya, tiada shalat fardlu kecuali sebelumnya terdapat dua
rakaat qabliyah.” (Syekh Ahmad bin Hamzah al-Ramli, Hasyiyah ‘ala Asna
al-Mathalib, juz 1, hal. 220).
Berkaitan dengan pelaksanaan qabliyah Jumat
di rumah, pada dasarnya hal tersebut dibolehkan, bahkan dianjurkan. Menurut
mazhab Syafi’i, pelaksanaan shalat sunnah rawatib, hukumnya sunnah dilakukan di
rumah. Berbeda dengan shalat fardlu, lebih utama dilakukan di masjid. Ketentuan
ini berlaku umum untuk seluruh shalat sunnah rawatib, baik shalat sunnah di
siang atau di malam hari. Sedangkan menurut pendapat Malikiyyah diperinci,
shalat sunnah rawatib di siang hari sunnah dilakukan di rumah, sedangkan shalat
sunnah rawatib malam hari dianjurkan di dalam masjid. Berpijak dari pendapat
Malikiyyah ini, qabliyah Jumat lebih baik dilakukan di rumah, karena
pelaksanaannya dilakukan di siang hari.
Keterangan ini sebagaimana ditegaskan oleh
Imam al-Nawawi al-Damasyqi berikut ini:
حدثنا
عبيد الله عن نافع عن ابن عمر قال صليت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم قبل الظهر
سجدتين وبعدها سجدتين وبعد المغرب سجدتين وبعد العشاء سجدتين وبعد الجمعة سجدتين
فأما المغرب والعشاء والجمعة فصليت مع النبي صلى الله عليه وسلم في بيته
“Menceritakan kepada kami Ubaidillah dari
Nafi’ dari Ibnu Umar, beliau berkata, aku shalat bersama Rasulullah sebelum dan
setelah zuhur dengan dua kali sujud, setelah Maghrib dengan dua kali sujud,
setelah Isya’ dengan dua kali sujud dan setelah Jum’at dengan dua kali sujud.
Adapun maghrib, Isya’ dan Jumat, aku shalat bersama Nabi di rumahnya.”
فيه
استحباب النوافل الراتبة في البيت كما يستحب فيه غيرها ولا خلاف في هذا عندنا وبه
قال الجمهور وسواء عندنا وعندهم راتبة فرائض النهار والليل قال جماعة من السلف
الاختيار فعلها في المسجد كلها وقال مالك والثوري الأفضل فعل نوافل النهار الراتبة
في المسجد وراتبة الليل في البيت
“Dalam hadits tersebut menyimpulkan
kesunnahan shalat sunnah rawatib di rumah sebagaimana disunnahkannya selain
rawatib di rumah. Dan tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mazhab
Syafi’i dalam masalah ini. Juga berpendapat demikian, mayoritas ulama. Menurut
kalangan kami, ulama Syafi’iyyah, tidak dibedakan antara shalat rawatib siang
dan malam hari. Berkata sekelompok ulama salaf, idealnya seluruh shalat rawatib
dilakukan di masjid. Imam Malik dan al-Tsauri berkata, yang lebih utama adalah
melakukan shalat sunnah rawatib siang di masjid dan shalat sunnah rawatib malam
di rumah.”
ودليلنا
هذه الأحاديث الصحيحة وفيها التصريح بأنه صلى الله عليه و سلم يصلي سنة الصبح
والجمعة في بيته وهما صلاتا نهار مع قوله صلى الله عليه و سلم أفضل الصلاة صلاة
المرء في بيته إلا المكتوبة وهذا عام صحيح صريح لا معارض له فليس لأحد العدول عنه
والله أعلم
“Dalil kami adalah beberapa hadits shahih
ini, dan di dalamnya menyebutkan jelas bahwa Nabi shalat sunnah Subuh dan Jumat
di rumahnya, keduanya adalah shalat di siang hari, demikian pula ada hadits
Nabi, lebih utamanya shalat adalah shalatnya seseorang di rumahnya kecuali
shalat fardlu. Hadits ini tergolong umum, shahih dan jelas, tidak ada yang
dapat menentangnya, maka tidak boleh bagi siapapun untuk berpindah darinya.”
(Syekh Abu Zakariyya Yahya Bin Syaraf al-Nawawi, Syarh al-Nawawi ‘ala Muslim,
juz 6, hal. 9).
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa
melakukan shalat sunnah qabliyah Jumat di rumah adalah hal yang diperbolehkan.
Sedangkan mengenai sisi keutamaannya terdapat ikhtilaf (perbedaan
pendapat) di kalangan ulama.
Namun bila melihat pertimbangan
kemashlahatan, pendapat yang menganjurkan dilakukan di masjid adalah hal yang
paling ideal untuk diterapkan. Sebab bila dilakukan di rumah, besar kemungkinan
masyarakat terlambat datang menyimak khutbah, mengingat pelaksanaan khutbah
umumnya dilakukan langsung setelah jamaah menyelasaikan qabliyah Jumatnya.
Sebenarnya bisa saja khatib menunggu kedatangan jamaah sebelum ia maju ke
mimbar, namun hal tersebut biasanya tidak efektif, justru mengakibatkan
masyarakat tidak sabar dan bubar, mereka harus segera melanjutkan aktivitas dan
kesibukan setelah shalat Jumat. Kaidah fiqih menegaskan, Dar’ul mafasid
muqaddamun ‘ala Jalb al-Mashalih, mengindari kemudaratan lebih didahulukan dari
pada menggapai kemaslahatan. Demikian semoga bermanfaat. Wallahu a'lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar