Hukum Qadha Puasa Ramadhan
Digabung dengan Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah
Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Redaksi Bahtsul Masail NU Online, orang ramai
banyak mengamalkan puasa sunnah tarwiyah dan Arafah karena besarnya keutamaan
puasa tersebut. Pertanyaan saya begini, bolehkah orang yang utang puasa
Ramadhan mengqadha utang puasanya pada hari Arafah? Mohon penjelasan. Terima
kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb. (Suwardi/Kebumen)
Jawaban:
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah SWT
menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Puasa tarwiyah jatuh pada 8 Dzulhijjah.
Puasa Arafah jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari ini, jamaah haji
melaksanakan wukuf di Arafah. Muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji
dianjurkan untuk berpuasa Arafah.
Puasa Arafah memiliki keutamaan begitu besar.
Oleh karenanya para ulama memasukkan puasa Arafah ini ke dalam puasa sunnah
yang sangat dianjurkan (muakkad). Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat Muslim:
صوم
يوم عرفة يكفر سنتين ماضية ومستقبلة وصوم يوم عاشوراء يكفر سنة ماضية
Artinya, “Puasa hari Arafah dapat menghapus
dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10
Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu,” (HR Muslim).
Lalu bagaimana dengan mereka memiliki utang
puasa Ramadhan, lalu ingin mengqadha utang puasanya pada hari Arafah?
Pertama, qadha puasa Ramadhannya tetap sah.
Sedangkan ia sendiri tetap mendapatkan keutamaan yang didapat oleh mereka yang
berpuasa dengan niat puasa sunnah Arafah. Demikian disampaikan Syekh Zakariya
Al-Anshari berikut ini:
قَوْلُهُ
وَصَوْمُ عَاشُورَاءَ) أَفْتَى الْبَارِزِيُّ بِأَنَّ مَنْ صَامَ عَاشُورَاءَ
مَثَلًا عَنْ قَضَاءٍ أَوْ نَذْرٍ حَصَلَ لَهُ ثَوَابُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ
وَوَافَقَهُ الْأَصْفُونِيُّ وَالْفَقِيهُ عَبْدُ اللَّهِ النَّاشِرِيُّ
وَالْفَقِيهُ عَلِيُّ بْنُ إبْرَاهِيمَ بْنِ صَالِحٍ الْحَضْرَمِيُّ وَهُوَ
الْمُعْتَمَدُ (قَوْلُهُ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ اُحْتُسِبَ عَلَى اللَّهِ
إلَخْ) الْحِكْمَةُ فِي كَوْنِ صَوْمِ عَرَفَةَ بِسَنَتَيْنِ وَعَاشُورَاءَ
بِسَنَةٍ أَنَّ عَرَفَةَ يَوْمٌ مُحَمَّدِيٌّ يَعْنِي أَنَّ صَوْمَهُ مُخْتَصٌّ
بِأُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَاشُورَاءَ يَوْمٌ
مُوسَوِيٌّ
Artinya, “(Puasa Asyura). Al-Barizi berfatwa
bahwa orang yang berpuasa pada hari Asyura misalnya untuk qadha atau nazar
puasa, maka ia juga mendapat pahala puasa sunnah hari Asyura. Pandangan ini
disepakati oleh Al-Ushfuwani, Al-Faqih Abdullah An-Nasyiri, Al-Faqih Ali bin
Ibrahim bin Shalih Al-Hadhrami. Ini pandangan yang muktamad. (Puasa hari Asyura
dihitung oleh Allah) Hikmah di balik ganjaran penghapusan dosa dua tahun untuk
puasa sunnah Arafah dan penghapusan dosa setahun untuk puasa Asyura adalah
karena Arafah adalah harinya umat Nabi Muhammad SAW, yakni puasa sunnah Arafah
bersifat khusus untuk umat Nabi Muhammad SAW. Sementara Asyura adalah harinya
umat Nabi Musa AS,” (Lihat Syekh Zakariya Al-Anshari, Asnal Mathalib, juz V, halaman
388).
Hal serupa Sayyid Bakri dalam Kitab I‘anatut
Thalibin. Menurutnya, orang yang berpuasa pada hari-hari tertentu yang sangat
dianjurkan untuk dipuasakan akan mendapatkan keutamaan sebagai mereka yang
berpuasa sunnah pada hari tersebut, meskipun niatnya adalah qadha puasa atau
puasa nazar.
وفي
الكردي ما نصه في الأسنى ونحوه الخطيب الشربيني والجمال و الرملي الصوم في الأيام
المتأكد صومها منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت إلخ زاد في الإيعاب ومن ثم
أفتى البارزي بأنه لو صام فيه قضاء أو نحوه حصلا نواه معه أو لا
Artinya, “Di dalam Al-Kurdi terdapat nash
yang tertulis pada Asnal Mathalib dan sejenisnya yaitu Al-Khatib As-Syarbini,
Syekh Sulaiman Al-Jamal, Syekh Ar-Ramli bahwa puasa sunnah pada hari-hari yang
sangat dianjurkan untuk puasa memang dimaksudkan untuk hari-hari tersebut.
Tetapi orang yang berpuasa dengan niat lain pada hari-hari tersebut, maka
dapatlah baginya keutamaan… Ia menambahkan dalam Kitab Al-I‘ab. Dari sana,
Al-Barizi berfatwa bahwa seandainya seseorang berpuasa pada hari tersebut dengan
niat qadha atau sejenisnya, maka dapatlah keduanya, baik ia meniatkan keduanya
atau tidak,” (Lihat Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi,
I‘anatut Thalibin, [Kota Baharu-Penang-Singapura, Sulaiman Mar‘i: tanpa catatan
tahun], juz II, halaman 224).
Saran kami, mereka yang memiliki utang puasa
Ramadhan baiknya mengqadha utang puasanya terlebih dahulu. Setelah itu mereka
baru boleh mengamalkan puasa sunnah Arafah. Tetapi kalau utang puasa Ramadhan
itu baru teringat jelang hari Arafah, sebaiknya ia membayar qadha puasanya di
hari Arafah.
Demikian jawaban singkat kami. Semoga bisa
dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam menerima kritik dan saran dari
para pembaca.
Wallahul muwaffiq ila aqwathih thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.
Alhafiz Kurniawan
Tim Bahtsul Masail NU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar