Wadah Persatuan Itu
Bernama Liga Muslimin Indonesia
Akhir Agustus, 66
tahun silam. Tak lama usai menarik diri dari Masyumi, Nahdlatul Ulama (NU)
bersama Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Partai Sarekat Islm Indonesia
(PSII) membentuk sebuah badan federasi antarorganisasi dan partai Islam yang
diberi nama Liga Muslimin Indonesia.
KH Abu Bakar Aceh
dalam buku Sejarah Hidup KH A. Wahid Hasyim memaparkan ihwal proses berdirinya
Liga Muslimin Indonesia pada tanggal 30 Agustus 1952 atau bertepatan dengan
tanggal 9 Dzulhijjah 1371 H.
Pada acara peresmian
pembentukan Liga Muslimin Indonesia, di hadapan para tokoh yang hadir, KH A.
Wahid Hasyim dari NU terlebih dahulu mendapatkan kesempatan pertama untuk
berpidato.
Dalam pidatonya
tersebut Kiai Wahid menekankan pentingnya persatuan bangsa, khususnya di
kalangan umat Islam yang kala itu terkotak-kotak karena perbedaan pemahaman dan
bahkan pilihan politik.
“... Pada hari Arafah
seperti pada hari Arafah sekarang, 1360 tahun yang lalu, junjungan besar kita,
Nabi Muhammad SAW, berdiri di Padang Arafah, di dalam pertemuan sedunia oleh
umat Islam kala itu ...”
“... Maka
sesungguhnya, merupakan nikmat dan rahmat dari Allah SWT yang besar sekali bagi
kita, bahwa pada hari yang bersejarah seperti hari Arafah ini, kita sekalian
berkumpul di sini mengeratkan persaudaraan Islam yang telah ada dalam jiwa
kita, dengan ikatan lahir berupa organisasi, ialah Liga Muslimin Indonesia!”
tegas Kiai Wahid.
“... Dalam keadaan
hidup perseorangan yang tidak mempunyai ikatan sesama jamaahnya demikian itu,
tidaklah heran apabila tiap-tiap orang Islam lalu tenggelam dan terseret oleh
aliran-aliran dan golongan-golongan lain dengan tidak sadar dan insaf ...“
“... dan bukanlah
pada suatu hal yang tidak masuk di akal, kalau propaganda penjajahan yang pada
suatu masa pernah dijalankan oleh golongan yang berkepentingan, kadang-kadang
masih mendapatkan telinga yang suka mendengarkannya, disebabkan hilangnya
ikatan sesama jamaah itu.” lanjut Kiai Wahid.
Kemudian, setelah
Kiai Wahid selesai berpidato, menyusul pidato selanjutnya yang disampaikan
perwakilan dari Perti KH Sirajuddin Abbas dan PSII Abikusno Tjokrosuroso, yang
keduanya juga kembali menegaskan pentingnya untuk mempererat persatuan
antarumat Islam. []
Sumber pustaka: Abu
Bakar Aceh, Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasyim, Pustaka Tebuireng; Jombang,
2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar