Senin, 08 Juli 2019

Wadah Persatuan Itu Bernama Liga Muslimin Indonesia


Wadah Persatuan Itu Bernama Liga Muslimin Indonesia

Akhir Agustus, 66 tahun silam. Tak lama usai menarik diri dari Masyumi, Nahdlatul Ulama (NU) bersama Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Partai Sarekat Islm Indonesia (PSII) membentuk sebuah badan federasi antarorganisasi dan partai Islam yang diberi nama Liga Muslimin Indonesia.

KH Abu Bakar Aceh dalam buku Sejarah Hidup KH A. Wahid Hasyim memaparkan ihwal proses berdirinya Liga Muslimin Indonesia pada tanggal 30 Agustus 1952 atau bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah 1371 H.

Pada acara peresmian pembentukan Liga Muslimin Indonesia, di hadapan para tokoh yang hadir, KH A. Wahid Hasyim dari NU terlebih dahulu mendapatkan kesempatan pertama untuk berpidato.

Dalam pidatonya tersebut Kiai Wahid menekankan pentingnya persatuan bangsa, khususnya di kalangan umat Islam yang kala itu terkotak-kotak karena perbedaan pemahaman dan bahkan pilihan politik.

“... Pada hari Arafah seperti pada hari Arafah sekarang, 1360 tahun yang lalu, junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW, berdiri di Padang Arafah, di dalam pertemuan sedunia oleh umat Islam kala itu ...”

“... Maka sesungguhnya, merupakan nikmat dan rahmat dari Allah SWT yang besar sekali bagi kita, bahwa pada hari yang bersejarah seperti hari Arafah ini, kita sekalian berkumpul di sini mengeratkan persaudaraan Islam yang telah ada dalam jiwa kita, dengan ikatan lahir berupa organisasi, ialah Liga Muslimin Indonesia!” tegas Kiai Wahid.

“... Dalam keadaan hidup perseorangan yang tidak mempunyai ikatan sesama jamaahnya demikian itu, tidaklah heran apabila tiap-tiap orang Islam lalu tenggelam dan terseret oleh aliran-aliran dan golongan-golongan lain dengan tidak sadar dan insaf ...“

“... dan bukanlah pada suatu hal yang tidak masuk di akal, kalau propaganda penjajahan yang pada suatu masa pernah dijalankan oleh golongan yang berkepentingan, kadang-kadang masih mendapatkan telinga yang suka mendengarkannya, disebabkan hilangnya ikatan sesama jamaah itu.” lanjut Kiai Wahid.

Kemudian, setelah Kiai Wahid selesai berpidato, menyusul pidato selanjutnya yang disampaikan perwakilan dari Perti KH Sirajuddin Abbas dan PSII Abikusno Tjokrosuroso, yang keduanya juga kembali menegaskan pentingnya untuk mempererat persatuan antarumat Islam. []

Sumber pustaka: Abu Bakar Aceh, Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasyim, Pustaka Tebuireng; Jombang, 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar