Membayangkan Nabi saat
Berhubungan Pasutri?
Hidup berumah tangga tidak berhenti pada hal
yang berkaitan dengan ranjang saja. Lebih dari itu, bagaimana cara membina
rumah tangga dengan baik serta mempunyai keturunan yang alim, shalih-shalihah.
Ini jauh sangat penting.
Namun tahukah Anda bahwa mempunyai keturunan
yang baik, patuh terhadap aturan agama, serta bakti kepada orang tua itu di
antara faktornya justru dimulai dari ranjang?
Setiap orang tua mempunyai cita-cita yang
mungkin tidak sama. Si A bercita-cita anaknya supaya meniru Nabi Hud yang
selain menjadi kekasih Tuhan, suaranya juga memukau, mungkin ada yang ingin
seperti Nabi Yusuf yang ganteng, atau seperti Imam Syafi'i dalam hal
kecerdasannya, dan beragam cita-cita lain.
Bisa jadi keinginannya itu terbawa sampai
pada saat kedua mempelai berhubungan ranjang. Sehingga ketika mereka melakukan
berhubungan pasutri, seseorang bisa mengkhayal dengan harapan anaknya kelak
bisa meniru orang yang ia dambakan.
Iya, tentang membayangkan sosok lain selain
suami atau istrinya sendiri yang berada di depan mata, Sayyid Abdurrahman bin
Muhammad Ba 'Alawi pernah menyinggung hal tersebut sekaligus memberikan tips
cukup lengkap bagi orang yang ingin anaknya dijaga oleh Allah subhânahu wa
ta'alâ dan mendapat pertolongan-Nya di dunia dan akhirat.
Menurut beliau, bagi pasangan suami-istri
hendaknya melakukan hal berikut:
Pertama, sebelum bersenggama, membaca doa
sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai
berikut:
بِاسْمِ
اللهِ، اللّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah, ya
Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkan setan dari semua hal yang Engkau
berikan kepada kami."
Kedua, selalu mengingat Allah dalam hati
dimulai sejak awal berhubungan hingga selesai.
Ketiga, membaca hamdalah setelah berhubungan
pasutri selesai. Hal ini perlu disyukuri karena seseorang diberi Allah berupa
kenikmatan yang benar-benar halal. Bersyukur atas karunia besar ini banyak
dilupakan oleh banyak orang.
Keempat, dalam bersenggama perlu menghadirkan
sosok wali atau nabi (membayangkan dalam rangka bercita-cita kuat ingin
menjadikan anak supaya bisa meniru seperti wali/nabi tersebut).
Masih menurut Sayyid Abdurrahman yang
mengutip dari catatan Syekh Husain Abdus Syakur al-Muqaddasi menyatakan bahwa
kegiatan ini sangat memberikan manfaat. Sirr atau rahasia-rahasia nabi/wali
bisa menular kepada pasangan.
واستحضار
من يجب من أولياء الله وأنبيائه حالتئذ نافع جداً، فيسري سر ذلك الولي أو النبي في
الكائن في ذلك الوقت ذكراً أو أنثى
Artinya: "Menghadirkan orang yang memang
seharusnya dari para kekasih Allah dan para nabi-Nya ketika berhubungan suami
istri sangat memberi manfaat. Maka rahasia (sirr) wali dan nabi itu akan
mengaliri kedua pasangan baik yang laki-laki maupun perempuan. (Abdurrahmad bin
Muhammad Baalawi, Bughyatul Mustarsyidin, Dârul Fikr,1994, halaman 352-353)
KH Abdul Qayyum Mansur mengungkapkan satu
kisah, Nabi Zakariya dalam Al-Qur'an dikisahkan sangat kagum atau nge-fans
kepada Sayyidatina Maryam, yang karena dekatnya dengan Allah sampai disediakan
makanan-makanan dalam mihrabnya yang bersumber dari surga.
كُلَّمَا
دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَا
مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ
يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: Setiap Zakariya masuk untuk menemui
Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: 'Hai Maryam
dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari
sisi Allah'. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa perhitungan." (QS Ali Imran: 37)
Maryam menjadi kekasih Allah, di sisi lain
beliau tidak mempunyai suami sepanjang hayat. Tapi bagaimanapun Nabi Zakariya
suka atas kedekatannya kepada Allah. Dan ternyata di kemudian hari, Allah
memberikan karunia kepada Nabi Zakariya berupa anak yang dekat kepada Allah
dengan menjadi nabi sejak lahir yaitu berupa NabiYahya. Namun sebagaimana mirip
Maryam, Nabi Yahya tidak beristri hingga beliau wafat.
Dan sebagaimana Gus Qayyum kutip, menurut
ilmu psikologi memang membenarkan adanya korelasi atas apa yang dipikirkan otak
saat berhubungan suami-istri dengan anak yag dihasilkan. Wallahu a'lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar