Rabu, 03 Juli 2019

(Ngaji of the Day) Membayangkan Nabi saat Berhubungan Pasutri?


Membayangkan Nabi saat Berhubungan Pasutri?

Hidup berumah tangga tidak berhenti pada hal yang berkaitan dengan ranjang saja. Lebih dari itu, bagaimana cara membina rumah tangga dengan baik serta mempunyai keturunan yang alim, shalih-shalihah. Ini jauh sangat penting.

Namun tahukah Anda bahwa mempunyai keturunan yang baik, patuh terhadap aturan agama, serta bakti kepada orang tua itu di antara faktornya justru dimulai dari ranjang?

Setiap orang tua mempunyai cita-cita yang mungkin tidak sama. Si A bercita-cita anaknya supaya meniru Nabi Hud yang selain menjadi kekasih Tuhan, suaranya juga memukau, mungkin ada yang ingin seperti Nabi Yusuf yang ganteng, atau seperti Imam Syafi'i dalam hal kecerdasannya, dan beragam cita-cita lain.

Bisa jadi keinginannya itu terbawa sampai pada saat kedua mempelai berhubungan ranjang. Sehingga ketika mereka melakukan berhubungan pasutri, seseorang bisa mengkhayal dengan harapan anaknya kelak bisa meniru orang yang ia dambakan.

Iya, tentang membayangkan sosok lain selain suami atau istrinya sendiri yang berada di depan mata, Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Ba 'Alawi pernah menyinggung hal tersebut sekaligus memberikan tips cukup lengkap bagi orang yang ingin anaknya dijaga oleh Allah subhânahu wa ta'alâ dan mendapat pertolongan-Nya di dunia dan akhirat.

Menurut beliau, bagi pasangan suami-istri hendaknya melakukan hal berikut:

Pertama, sebelum bersenggama, membaca doa sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai berikut:

بِاسْمِ اللهِ، اللّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

Artinya: "Dengan menyebut nama Allah, ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkan setan dari semua hal yang Engkau berikan kepada kami."

Kedua, selalu mengingat Allah dalam hati dimulai sejak awal berhubungan hingga selesai. 

Ketiga, membaca hamdalah setelah berhubungan pasutri selesai. Hal ini perlu disyukuri karena seseorang diberi Allah berupa kenikmatan yang benar-benar halal. Bersyukur atas karunia besar ini banyak dilupakan oleh banyak orang. 

Keempat, dalam bersenggama perlu menghadirkan sosok wali atau nabi (membayangkan dalam rangka bercita-cita kuat ingin menjadikan anak supaya bisa meniru seperti wali/nabi tersebut). 

Masih menurut Sayyid Abdurrahman yang mengutip dari catatan Syekh Husain Abdus Syakur al-Muqaddasi menyatakan bahwa kegiatan ini sangat memberikan manfaat. Sirr atau rahasia-rahasia nabi/wali bisa menular kepada pasangan.

واستحضار من يجب من أولياء الله وأنبيائه حالتئذ نافع جداً، فيسري سر ذلك الولي أو النبي في الكائن في ذلك الوقت ذكراً أو أنثى

Artinya: "Menghadirkan orang yang memang seharusnya dari para kekasih Allah dan para nabi-Nya ketika berhubungan suami istri sangat memberi manfaat. Maka rahasia (sirr) wali dan nabi itu akan mengaliri kedua pasangan baik yang laki-laki maupun perempuan. (Abdurrahmad bin Muhammad Baalawi, Bughyatul Mustarsyidin, Dârul Fikr,1994, halaman 352-353)

KH Abdul Qayyum Mansur mengungkapkan satu kisah, Nabi Zakariya dalam Al-Qur'an dikisahkan sangat kagum atau nge-fans kepada Sayyidatina Maryam, yang karena dekatnya dengan Allah sampai disediakan makanan-makanan dalam mihrabnya yang bersumber dari surga. 

 كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ 

Artinya: Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: 'Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah'. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan." (QS Ali Imran: 37)

Maryam menjadi kekasih Allah, di sisi lain beliau tidak mempunyai suami sepanjang hayat. Tapi bagaimanapun Nabi Zakariya suka atas kedekatannya kepada Allah. Dan ternyata di kemudian hari, Allah memberikan karunia kepada Nabi Zakariya berupa anak yang dekat kepada Allah dengan menjadi nabi sejak lahir yaitu berupa NabiYahya. Namun sebagaimana mirip Maryam, Nabi Yahya tidak beristri hingga beliau wafat. 

Dan sebagaimana Gus Qayyum kutip, menurut ilmu psikologi memang membenarkan adanya korelasi atas apa yang dipikirkan otak saat berhubungan suami-istri dengan anak yag dihasilkan. Wallahu a'lam. []

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar