Jumat, 05 Juli 2019

Kilas Balik 1962 (3): Persiapan Asian Games IV


Kilas Balik 1962 (3): Persiapan Asian Games IV

Dalam video tanpa suara koleksi Arsip Nasional RI itu tampak Ketua DPRGR KH Zainul Arifin mengenakan setelan jas warna gelap dan kacamata hitam duduk di barisan kursi VVIP Pembukaan Asian Games ke 4 di Gelora Bung Karno Senayan pada 24 Agustus 1962.

Meskipun kesehatannya tidak pernah pulih sepenuhnya gegara peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno ketika solat Idul Adha berlangsung dan peluru menyasar bahu dan dadanya kurang dari tiga bulan sebelumnya, namun Kiai Zainul Arifin tetap menjalani tugas-tugas kenegaraan.

Sejak Kabinet Ali I

Persiapan menjadi tuan rumah Asian Games sudah lebih intensif dilaksanakan sejak KH Zainul Arifin menjabat sebagai wakil perdana menteri (waperdam) dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo I yang memerintah selama 1953-1955. Setelah sampai tiga kali gagal menjadi tuan rumah Asian Games, tiga agenda utama langsung menjadi perhatian Kabinet: melaksanakan Konferensi Asia Afrika, menjadi tuan rumah Asian Games dan mempersiapkan Pemilu perdana di Indonesia.

Dua hal yang pertama juga memiliki misi untuk menarik perhatian dunia internasional sedemikian rupa hingga Indonesia dapat menerima dukungan sebanyak-banyaknya dalam masalah Pembebasan Irian Barat.

Dengan suksesnya Konferensi Asia Afrika pada 1955 di Bandung, upaya lain lewat pesta olahraga se-Asia juga diupayakan. Presiden Sukarno sendiri menyatakan kalau setiap upaya melalui jalur manapun akan diupayakan demi tercapainya cita-cita menyatukan Irian Barat ke NKRI.

Diplomasi Olahraga

Amin Rahayu mengungkap dalam Olah Raga Demi Mengangkat Nama Bangsa Indonesia Tuan Rumah Asian Games 1962 (2018) bahwa Asian Games sendiri dicetus pertama kali oleh Guru Duth Shondi dari India sejak tahun 1940-an. Dari semula Indonesia sudah berminat untuk menjadi tuan rumah. Namun, kala itu Indonesia masih dianggap belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai selain situasi keamanannya yang kurang kondusif. 

Meski sudah melakukan diplomasi lewat Atase Media Masa KBRI di New Delhi saat berlangsungnya Asian Games I di New Delhi  selama 4-10 Maret, namun akhirnya Manila yang ditetapkan sebagai kota Tuan Rumah Asian Games II 1954. Di Manila, lobby dilanjutkan lebih intensif lagi, namun akhirnya Tokyo yang ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games III 1958.

Situasi berubah manakala Konferensi Asia Afrika yang melibatkan 29 negara dari dua benua Asia dan Afrika tahun 1955 di Bandung berlangsung sukses dan berhasil menarik perhatian dunia ke Indonesia.

Asian Games IV

Setahun usai Konferensi Asia Afrika, Saat berlangsungnya Olimpiade Melbourne 1956, kembali Indonesia mengajukan bid untuk bisa menjadi tuan rumah Asian Games keempat. Kali ini usaha berjalan lebih mulus. Permohonan Indonesia akhirnya dikabulkan. Pemerintahpun mulai mempersiapkan segala sesuatunya.

Meskipun, suasana politik dalam negeri sempat agak mencekam dengan terjadinya Dekrit Presiden bulan Juli 1959 ditambah lagi dengan peristiwa percobaan pembunuhan Presiden saat Idul Adha Mei 1962, namun untungnya tidak sampai mengacaukan rencana persiapan sebagai tuan rumah Asian Games 1962.

KH Zainul Arifin sebagai Ketua DPRGR juga ikut sibuk sebagai mitra pemerintah eksekutif menyiapkan segala sesuatunya termasuk menerima dan melakukan pertemuan dengan utusan Uni Soviet yang menawarkan bantuan gedung-gedung pusat olahraga nasional di kawasan Senayan, Jakarta. Dalam keadaan tidak terlalu sehat pun, Kiai Zainul Arifin hadir dalam Upacara Pembukaan Asian Games IV di Gelora Bung Karno. Asian Games pertama di Indonesia yang menempatkan tuan rumah pada urutan kedua sesudah Jepang. []

(Ario Helmy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar