Sawad bin Ghaziyah Sahabat yang Dijamin Surga
Usai melaksanakan Haji Wada’ (haji terakhir)
selama beberapa pekan, Rasulullah lalu pulang ke Madinah. Kepulangan Rasul ini
disambut oleh ratusan ribu umat Islam di Madinah dengan penuh gembira, senang,
dansuka cita. Perjuangan mereka bertahun-tahun, mengorbankan tenaga,
mengorbankan harta, menumpahkan darah bahkan menyumbangkan nyawa, berhasil
membuahkan dengan disempurnakan agama kita dan Allah ridha dengan Islam sebagai
agama kita.
Demikian disampaikan Ustad Fikri Haikal
Zainuddin MZ, putera mubalig kondang KH Zainuddin MZ, saat mengisi ceramah pada
acara Maulid Nabi di kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan. Kebahagiaan para
sahabat ini sebab menyambut ayat yang disampaikan Nabi yang dibacakan juga saat
pidato saat haji wada’:
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagimu
agamamu dan telah Aku lengkapi karunia nikmat-Ku atasmu serta telah Aku ridhai
Islam itu menjadi agamamu.” (QS al-Maidah: 3)
Di tengah kegembiraan para sahabat setelah
menyimak ayat tersebut, ada satu sahabat mendengar ayat ini bukannya senang
tapi malah sedih. Dialah sahabat ini Abu Bakar yang tidak kuat menahan
kesedihan lalu buru-buru pulang ke rumah. Bukan berhenti,tangis Abu Bakar di
rumah malah semakin menjadi-jadi.
Tidak lama berselang, sebagian sahabat ada
yang menyusul lantaran Abu Bakar terburu-buru pulang sambil menangis. Di antara
sahabat yang ikut adalah sahabat Ali bin Abi Thalib.
Sahabat Ali bertanya, “Abu Bakar, mengapa
Anda menangis? Bukankah diturunkannya ayat ini seharusnya kita senang sebagai
umat Islam karena agama kita telah disempurnakan dan Allah ridha dengan agama
Islam.Kenapa Anda menangis ketika orang-orang sedang bergembira?”
Mendapat pertanyaan tersebut, Abu Bakar
menjawab,“Saudara-saudara ketahuilah, ketika suatu perkara telah disempurnakan,
maka akan nampaklah kekurangan-kekurangan yang lainnya. Kalau Islam telah
disempurnakan oleh Allah, itu artinya tugas kenabian dan kerasulan Muhammad
telah dianggap selesai.”
“Dan sebentar lagi, Muhammad kekasih saya
akan meninggalkan saya selama-lamanya. Itu yang menyebabkan saya sedih dan
menangis. Hari-hari ke depan saya tidak bisa membayangkan betapa sedihnya tanpa
kekasih saya Muhammad.”
Mendengar penuturan Abu Bakar bahwa Nabi akan
segera wafat, para sahabat waktu itu langsung terdiam, sedih dan menangis.
Nabi Tiba di Rumah Abu Bakar
Begitu Nabi sampai di rumah Abu Bakar, para
sahabat langsung menundukkan kepala dan diam menahan tangis.Rasulullah Saw.
bertanya,“Wahai sahabat-sahabat, kenapa kalian pada menangis?”
Ali bin Thalib memberanikan diri seraya
berkata,“Kami mendengar dari Abu Bakar, katanya ketika suatu perkara telah
disempurnakan, maka akan nampaklah kekurangan-kekurangan yang lainnya. Kalau
Islam telah disempurnakan oleh Allah, kata Abu Bakar tugas kenabian dan
kerasulan Anda sebentar lagi telah dianggap selesai. Dan Anda akan meninggalkan
kami untuk selama-lamanya. Apa benar perkataan Abu Bakar, wahai
Rasulullah?"
Nabi senyum, lalu bertutur: “Saudara-saudara,
apa yang tadi disampaikan Abu Bakar itu benar. Itu sebabnya Abu Bakar bergelar
‘As-Shidiq’, yang artinya orang terpercaya, orang yang jujur, perkataannya bisa
dipegang. Apa yang tadi disampaikan Abu Bakar itu benar, tugas dan kenabian dan
kerasulan saya sebentar lagi sudah selesai. Dan saya akan berjumpa dengan
kekasih saya, Allah Subhanahu wa ta'ala.”
"Mumpung pada kumpul. Kalau dalam
pergaulan hidup sehari-hari, saya pernah berbuat salah kepada saudara-saudara,
maafkan kesalahan saya. Kalau saya pernah menzalimi saudara-saudara, balaslah
kezaliman tersebut kepada saya sekarang juga. Sebab, saya tidak sanggup
menanggung pembalasan kezaliman di akhirat nanti.”
Mendengar permohonan maaf Nabi, justru
membuat para sahabat semakin diam tidak ada yang bicara sama sekali.
Keberanian Sawad bin Ghaziyah
Tiba-tiba ada seorang sahabat perawakannya
tambun, warna kulitnya hitam, yang bernama Sawad bin Ghaziyah memberanikan diri
bicara kepada Nabi.
“Ya Rasulullah...”
“Ada apa Sawad”
“Saya mau nuntut balas”
“Memang kenapa?”
“Waktu Anda mengadakan inspeksi perang,
Andasedang menata barisa. Saatitu Anda membawa tongkat waktu itu, saya tidak
tahu Anda sengaja atau tidak, badan saya tergebuk sama tongkat Anda.”
“Jadi bagaimana mau kamu?”
“Ya saya menuntut balas”
“Ali, tolong ambilkan tongkat di rumah bawa kesini”
Tidak lama berselang, sahabat Ali membawa
tongkat yang diambil dari rumah Nabi.
“Sawad, ini tongkat saya.Sekarang
balaslah.Waktu itu saya pernah memukulmu sebelah mana?
“Ya Rasulullah, waktu itu saya ingat sekali,
saya tidak memakai baju”
“Jadi bagaimana?
“Agar impas,Anda juga harus membuka baju”
Sebagai wujud akhlak baginda Nabi muhammad
Saw, beliau tanpa segan membuka bajunya bagian atas,sehingga sampai telanjang
dada.Begitu terlihat bentuk badan beliau, yang sangat putih.
Begitu Nabi melepas bajunya, tongkat yang
sudah ada di tangan Sawad langsung dilemparkan. Sawad dengan sigap memeluk
badan Nabi sekencang-kencangnya seraya berkata:
“Ya Rasulullah,maafkan saya”
“KenapaSawad?
“Saya sengaja berbuat begini,agar kulit saya
yang hina bersentuhan dengan kulit Anda yang mulia.Kalau didunia kulit saya
yang hina tidak bisa bersentuhan dengan kulit Anda, karena di akhirat Andasudah
pasti ada surga paling atas.”
“Maka izinkan dan ridhakan badan saya yang
hina bertemu dengan kulit Anda yang mulia di dunia.”
Nabi sontak berkata,“Saudara-saudara, kalau
kalian yang mau melihat salah satu penghuni surga,Sawad inilah orangnya.
Cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada dirinya.Maka Sawad
merupakan salah satupenghuni surga, cinta kepada Allah dan Rasul di atas
segalanya.” []
(M. Zidni Nafi’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar