Bergantung kepada
Allah, Kunci Kebahagiaan Hidup
Judul
Buku : Liannaka Allah (Karena Engkau
adalah Allah)
Penulis
: Ali bin Jabir al-Faifi
Penerbit
: Mukjizat Books
Cetakan
: Pertama, November 2018
Tebal
Buku : 310 halaman
ISBN
: 978-602-5508-561
Peresensi
: Ali Adhim, penikmat dan
penulis buku yang nyantri di Pesantren Kreatif Baitul Kilmah Yogyakarta
Martin Seligman
seorang Profesor Psikologi Keluarga Zellerbach di Departemen Psikologi
Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat pernah berkata seperti ini,
“Kurangnya kebahagiaan membuat individu terlihat murung dan seperti mengucilkan
diri dari lingkungan sekitar.” Kemudian ia melanjutkan, “Ketika murung,
individu menjadi gampang curiga, suka menyendiri, dan defensif, berfokus pada
kebutuhan diri sendiri, padahal mementingkan diri sendiri lebih merupakan
karakteristik kesedihan daripada kebahagiaan.”
Untuk mengatasi hal
itu, Martin Seligman menjelaskan bahwa diantara bahaya ketidak bahagiaan adalah
seseorang akan merasa tidak tenang dalam menjalani kehidupan sehingga merasa
tak berharga, merasa tak mampu melakukan apapun, baik bagi sendiri apalgi untuk
orang lain. Perasaan seperti ini tentu saja bisa menghampiri siapapun, bahakan
kepada seseorang yang terlihat selalu ceria.
Meskipun demikian,
pada dasarnya setiap manusia memiliki tujuan yang sama dalam menjalani hidup
ini. Tujuan hidup tersebut adalah untuk memperoleh kebahagiaan. Di balik
perilaku manusia yang berbeda-beda antara manusia satu dengan yang lainnya,
bukankah tujuan dari itu semua adalah demi mencapai kebahagiaan?
Agaknya, dengan latar
belakang seperti itulah buku best seller Timur Tengah yang telah diterjemahkan ke
dalam 20 Bahasa berjudul Liannaka Allah karya Ali bin Jabir al-Faifi ini
ditulis. Ia berkeyakinan bahwa kebergantungan hati kepada Allah, pengetahuan
tentang-Nya, perasaan selalu diawasi oleh-Nya, perasaan cinta kepada-Nya,
perasaan takut kepada-Nya, dan pengharapan kepada-Nya, selain merupakan kunci
kebahagiaan di akhirat, juga merupakan kunci kebahagiaan di dunia.
Untuk menelusuri
kebenaran argumen yang dibangun oleh pengajar di Departmen Syariah dan Bahasa
Arab di Sekolah Tinggi Program Bersama “Kulliyah al-Barnamij al-Musytarakah” di
Muhalah, Arab Saudi ini, dalam al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 22 tercatat jelas
bahwa“orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi
tenteram”.
Setidaknya ada
persamaan antara argumen yang dibangun oleh Ali bin Jabir dengan Ayat al-Qur’an
di atas, kesamaan itu adalah “Kunci kebahagiaan yang sejati adalah dengan
mengingat Allah.”
Masih dalam kajian
tentang kebahagiaan, Dadang Hawari seorang psikiater terkenal di Indonesia
pernah melakukan penelitian dan menghasilkan kesimpulan bahwa“ditinjau dari
sudut pandang kesehatan jiwa, doa dan dzikir mengandung unsur psikoteraupetik
yang mendalam. Terapi psikoreligius tidak kalah pentingnya dengan psikoterapi
dan psikiatrik, karena mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang dapat
memunculkan Rasa percaya diri dan optimisme.”
Hal ini diperkuat
oleh Robert Frager, seorang psikolog sosial Amerika, pendiri Institute of
Transpersonal Psychology, sekarang disebut Universitas Sofia, di Palo Alto,
California, “dzikir juga berfungsi sebagai pembersih atau pensuci
kotoran-kotoran hati seperti marah, dendam atau bermusuhan, dan mampu
menguatkan hati seseorang sehingga tidak mudah tegang, takut, dan juga gelisa.”
Menurutnya Dengan demikian, efek psikologis dari banyak berdzikir akan mampu
mengikis perasaan-perasaan negatif yang dimiliki oleh individu.
Dalam buku yang
diterbitkan oleh Mukjizat Books ini, terdapat satu kutipan yang menghentak
“Masa-masa kedukaan, kegundahan, dan kesusahan akan benar-benar berakhir jika
seorang hamba selalu mengarahkan kompas perhatiannya kepada Dzat yang tidak
menciptakannya melainkan untuk beribadah kepada-Nya.”
Buku yang memiliki
ketebalan 310 halaman ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Roland
Gunawan. Upaya penerjemahan ini patut diapresiasi, mengingat pada tahun-tahun
ini banyak orang mendadak menyukai film humor, hal ini terbukti dari penjualan
tiket film di bioskop terbanyak pada ahir tahun 2018 adalah film-film yang
bergenre humor dan ringan.Apakah ini pertanda bahwa masyarakat kita butuh
hiburan karena mengalami stres dan kegundahan hatinya? Wallahu a’lam.
Buku ini, sangat
cocok untuk para calon anggota eksekutif maupun legislatif yang sedang
mempersiapkan diri di medan laga perpolitikan Indonesia.Sebab harapan terkadang
tak selalui sesuai dengan kenyataan. Seseorang harus selalu siap kalah di medan
pertempuran apapun, termasuk dalam pertempuran besar melawan harapan-harapannya
sendiri, apabila harapan itu tak sampai, hati akan menjadi sangat rapuh dan
gunda.
Selain itu buku ini
sangat pas pula dimiliki oleh mereka yang sedang konsen melakukan penyembuhan
bathin, dari berbagai kalangan terutama bagi mereka yang sedang sakit fisik,
buku ini dapat dibaca sambil berbaring di ranjangnya, dapat dibaca oleh orang
yang putus cinta sambil mengenang masa indah ketika bersama kekasihnya, dapat
dibaca oleh orang yang sedih disertai cucuran air matanya, dapat dibaca oleh
orang yang miskin sembari menikmati kesusahannya.
Penulis buku ini
berusaha keras menjadikan buku ini mudah dipahami oleh siapa saja, bahkan oleh
seseorang yang benar-benar terpuruk dan tak mempunyai selera lagi membaca
ayat-ayat Al-Qur’an. Hal itu ia jelaskan sendiri dalam pengantarnya, “dengan
kalimat-kalimat di buku ini, saya ingin menepuk pundak orang-orang yang
dirundung kesusahan, dan mengurangi rasa sakit yang mendera kepalanya. Dengan
huruf-huruf di dalam buku ini, saya ingin menghapus air mata dan memadamkan
kobaran duka.”
Tersayat luka apakah
hati dan pikiran manusia jika tak lagi merasakan indahnya mencintai Allah?
Padahal Allah adalah Asy-Syafiy, Maha Penyembuh, menyembuhkan kita dengan
sebab, dia menyembuhkan kita sebab kita ini amat lemah. Bagaimanakah
menenangkan dan mengosongkan hati dari selain Allah? Biarkanlah menjadi alasan
mengapa Anda harus membaca buku ini. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar