Pondok Pesantren At-Tawazun, Mekarsari,
Kalijati – Subang, Jawa Barat
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan
Islam mengalami perkembangan yang signifikan yang dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman. Hal itu dibuktikan dengan adanya berbagai macam ilmu
pengetahuan dan teknologi di berbagai pondok pesantren . Perubahan ini bukan
berarti sebagai pondok yang hilang ke-Khas-annya. Pondok pesantren dalam hal
ini tetap merupakan lembaga Islam yang tumbuh dan berkembang di masayarakat
dengan mengedepankan mempersiapkan generasi yang memahami agama (Tafaqquh
Fi-ddin).
Pondok pesantren At-Tawazun merupakan sebuah pesantren yang belumlah dikenal jatidirinya secara utuh, bukan berarti At-Tawazun tidak mempunyai pola pendidikan yang baku. Sesungguhnya pola itu sudah dan sedang berproses berjalan dan dirintis pola pendidikan tersebut oleh para pendiri pondok, hanya umur yang masih terlalu muda bagi sebuah pendidikan disamping alumni yang baru satu generasi yang kita keluarkan yang belum berkiprah di masyarakat sehingga timbullah pertanyaan tersebut. Juga belum tersosialisaikan pola ini secara utuh kepada aktifis pondok pesantren At-Tawazun terlebih kepada masyarakat.
Tentu Pondok pesantren At-Tawazun tidak jumud /statis terhadap pola system pendidikan yang sudah ada , At-Tawazun harus terus berkembang dan maju demikian dengan system pendidikannya, dengan banyaknya para pendidik dan pemerhati dari berbagai latar belakang berbeda yang bergabung di pontren At-Tawazzun maka perkembangan system merupkan keniscayaan. Dengan tanpa merubah tujuan utama dibangunnya pondok ini yaitu menjadikan generasi yang memahami agam Islam (tafaqquh fiddin).
Tipologi (Pendidikan} di pondok pesantren
Secara factual ada beberapa tipe (sistem pendidikan) di pondok pesantren yang berkembang di masyarakat. Antara lain :
1. Pondok pesantren Tradisional
System tradisional adalah berangkat dari pola pengajaran yang sangat sederhana, yaitu pola pengajaran sorogan, bandongan dan wetonan.
a.
Sorogan
Yaitu system dengan
jalan seorang santri (biasanya yang sudah pandai) menyorongkan sebuah kitab
kepada kiyai untuk dibacanya dihadapan kiyai, dan kiyai memberikan bimbingan
mana yang diperlukan oleh santri.
b.
Bandongan dan Wetonan
Yaitu system
pengajaran dengan jalan seorang kiyai membaca kitab dalam waktu tertentu dan
santri membawa kitab yang sama mendengarkan dan menyimak bacaan kiyai. Dalam
system ini tidak dikenal pengabsenan santri boleh datang boleh tidak juga tidak
ada ujian. Dalam kedua system ini biasanya tidak diadakan dialog
c.
Sistem hafalan/tahfidz
System ini sangat
dikenal di perbagai pondok pesantren hampir tidak didengar jika adanya
pesantren yang tidak menggunakan pola ini. Tujuan system ini dilakukan
tujuannya untuk melekatkan mata-mata keilmuan dan akan mudah dikeluarkan jika
dibutuhkan, biasanya materi materi yang di hafal adalah Al-Qur,an, Al-hadits,
kitab kitab matan nahwu dan shorof seperti jurumiyah, Alfiyah, nadhom maqsud,
Amtsilatu tasrif dan matan bina dsb.
2. Tipe Pondok pesantren modern
Yaitu pondok peantren yang menggunakan pola klasikal (madrasy) dan pengajaran oleh kiyai sewaktu-waktu yang bersifat aplikasi.
System ini dikembangkan dengan system
pendirian sekolah berjenjang seperti Mts, MA, SMP, SMA, SMK bahkan perguruan
tinggi. Santri tidak diwajibakan bermalam di pondok.
3. Tipe Pondok pesantren Terpadu
System yang digunakan pada pondok pesantren model ini adalah memadukan kedua system diatas antara pesantren tradisional dan modern dengan menerapkan beberapa keterampilan-keterampilan yang menggali dan mengembangkan potensi para santri sebagai bekal kelak dimasyarakat .
Pola yang terakhir inilah sesungguhnya yang kita gunakan dan kembangkan di pondok pesantren At-Tawazun ini.
Adanya keinginan yang tinggi untuk memadukan
kedua system ini , materi materi pelajaran yang baku dari kurikulum DEPAG dan
DIKNAS dalam satu sisi dan kurikulum kepesantren dalam sisi yang lain memang
terlalu idealis, karena keduanya membutuhkan pengorbanan pemikiran, waktu,
tenaga, bahkan biaya yang tidak sedikit. Atau mungkin kita tidaklah mungkin akan
mencapai secara maksimal 100 % kurikulum pemerintah dan 100 % Kurikulum
kepesantrenan. Keinginan-keinginan itu memang mengemuka bahkan terjadi
diskusi-diskusi kecil diantara kita.
Kita memang harus realistis tidaklah mungkin memadukan dua system tersebut secara sempurna, karena banyaknya keterbatasan pada lembaga kita ini, khususnya alokasi waktu. Jam- jam pelajaran yang sedemikian terbatas tidaklah kita memaksakan kedua system tersebut masuk bersamaan secara utuh.
Namun kita dapatlah menyiasati , dengan cara
mengurangi porsi-porsi jam pelajaran umum yang sudah diatur secara baku oleh
pemerintah dalam hal ini DEPAG dan DIKNAS, disamping juga mengurangi beberapa
kepesantrenan materi pelajaran dan alokasi waktu pada komponen materi pelajaran
kepesantrenan, namun sesungguhnya kita diuntungkan dengan diwajibkannya anak
didik kita tinggal di asrama(pondok) sehingga mereka tidak aktif di pondok
hanya dari jam 7.00 sampai dengan jam 13.00.
Ada beberapa materi pelajaran komponen
pesantren yang harus dimasukkan pada jam pagi, antara lain:
1. B. Arab ( tamrin lughoh dan insya )
2. Nusus (mahfudhot )
3. Nahu Al-wadhih
4. Shorof
5. Balaghoh
6. Ahkam Al-mawarits (faroidh).
7. Muthola’ah .
8. Fiqh dan fiqh muqoron (bidayatul mujtahid)
9. Ushul fiqh .
10. Verses
11. Al-Qur’an Hadits.
12. Dan beberapa yang lain
Sementara ada beberapa materi penunjang
seperti olah raga, kesenian, bahasa sunda dapat dimasukkan pada jam siang.
Misi
1.
Mewujudkan Pesantren yang dapat
membudayakan Disiplin, Demokratis, dan Komunikatif antara unsur yang ada
dilingkungan Pesantren.
2.
Mempertahankan nilai-nilai terdahulu
yang baik dan mengambil nilai-nilai yang lebih baik.
3.
Membentuk generasi ulama yang intelek
dan intelek yang ulama.
4.
Membudayakan generasi yang berilmu
amaliyah dan beramal ilmiyah dan berakhlaqul karimah
[***]
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar