Kembali
Hidup, Jangan Sampai Mati Lagi
Senin, 08
September 2014
“Lihat
mata ikan ini, Pak: warnanya putih!” ujar awak kapal itu sebelum menjatuhkan
ikan beku sebesar bayi tersebut ke meja di depan saya. “Ini pertanda
pembekuannya sempurna,” tambahnya.
Dia menjatuhkan ikan itu dari ketinggian yang cukup untuk menguji
tanda kesempurnaan berikutnya: benturan ikan dengan meja tersebut menimbulkan
suara “cling” yang keras. Setelah dibekukan sampai -60 derajat Celsius, ikan
itu memang keras sekali. Tidak usah khawatir turun kualitasnya, apalagi
membusuk.
Nelayan di Bacan, satu pulau di Maluku Utara, menonton adegan
tersebut dengan antusias. Itulah untuk pertama kalinya BUMN menempatkan kapal ikan
di sana. Kapal ikan modern yang dilengkapi cold storage minus 60 derajat dengan
kapasitas 150 ton.
Jumat minggu lalu, setelah ke Aceh Timur dan Arun, saya memang
keliling ke Ternate, Pulau Bacan, dan ke Buli, ibu kota Halmahera Timur. Inilah
kunjungan untuk menyaksikan hidupnya kembali usaha perikanan BUMN di “ibu kota
ikan” Indonesia itu.
BUMN pernah punya pusat perikanan di Bacan, tapi sudah lama sekali
mati. Namanya PT Usaha Mina. Dia ibarat kucing yang mati di pasar ikan.
Lokasi almarhum tersebut masih ada: 5 hektare. Ditumbuhi semak.
Bangunannya masih ada: kusam dan berantakan. Tulisan PT Usaha Mina masih
terbaca: samar-samar. Artinya, dia sudah mati, tapi mayatnya masih utuh.
Upacara besar untuk menandai hidupnya kembali si almarhum dilakukan
di Bacan. Gubernur baru Maluku Utara yang juga seorang ulama terkemuka Abdul
Gani Kasuba ikut hadir. Beliau datang dari Ternate dengan speedboat yang
mengarungi laut selama tiga jam. Bupati setempat yang juga ulama dan seorang
doktor sastra Arab lulusan Islamabad, Pakistan, tampak selalu tersenyum.
Ini memang hari istimewa: BUMN perikanan hadir kembali di Bacan.
Namanya: PT Perikanan Nusantara (Perinus). Kehadiran Perinus di kuburan PT
Usaha Mina itu ditandai dengan beroperasinya pabrik es baru dan beroperasinya
kapal ikan yang dilengkapi cold storage 150 ton tadi.
Gubernur dan bupati ini kebetulan memang kakak beradik. Dua-duanya
lulusan Pesantren Al Khairat Bacan. Karena itu, keduanya ingat betul kejayaan
Usaha Mina di Bacan sampai kematiannya yang diratapi seluruh penduduk Bacan.
“Pernah kami mencoba membantu menghidupkannya. Kami bantu dengan
APBD Rp 5 miliar, tapi mati lagi,” ujar Bupati Muhammad Kasuba yang sekarang
sudah menjalani periode kedua di tahun keempat masa jabatannya.
Kepada ribuan masyarakat yang hadir di upacara itu, saya minta
maaf: baru sekarang bisa menghidupkan kembali BUMN perikanan di Bacan. PT
Perinus memang baru saja sehat kembali setelah bertahun-tahun seperti dalam
keadaan pingsan.
Waktu saya diangkat sebagai menteri tiga tahun lalu, Perinus
secara teknis sudah bangkrut. Utangnya dan akumulasi kerugiannya lebih besar
daripada asetnya. Maka, saya minta direksi Perinus segera mengurangi utang dan
menyelesaikan akumulasi kerugian dengan melakukan kuasi reorganisasi.
Direksi Perinus lantas bekerja keras dan membersihkan semua unit
usahanya dari tikus-tikus berkaki dua. Abdussalam Konstituanto, Dirut Perinus
yang baru, mulai menghidupkan unit usaha perikanan yang sudah mati di Bitung
(Sulut). Berhasil. Lalu menghidupkan yang di Ambon. Berhasil. Menghidupkan yang
di Benoa (Bali). Berhasil. Lalu menghidupkan yang di Sorong (Papua Barat). Juga
berhasil.
Maka, kalau baru sekarang bisa menghidupkan yang di Bacan, memang
Perinus tidak bisa melakukan semua itu sekaligus. Ibarat orang yang baru keluar
dari opname di rumah sakit, Perinus tidak bisa langsung disuruh lari ke Bacan.
Nanti jatuh lagi.
Dia juga belum bisa dibebani benda yang berat di pundaknya. Nanti
opname lagi. Apalagi, dia harus menanggung sendiri semua biaya penyehatan itu
tanpa dana APBN.
Selama berada di Bacan, semula saya ingin bermalam di kapal ikan
yang baru. Ini karena semua hotel penuh: ada pemilihan ulang anggota DPR di
seluruh TPS di sana. Ketika kita semua sudah lupa pemilu, di sana masih ada
pileg untuk menentukan siapa-siapa tiga anggota DPR yang mewakili Maluku Utara
nanti. PDIP sudah pasti dapat satu kursi. Golkar juga dapat satu kursi. Pileg
ulangan ini menentukan untuk siapa sisa satu kursi lagi: PKS atau PAN.
Malam itu gelombang sangat besar. Saya batalkan tidur di kapal.
“Pak Dahlan, pemda punya guest house. Tolong jangan di kapal,” pinta Pak Bupati
setelah menjamu kami makan malam dengan menu ikan bakar yang betul-betul fresh
from the sea. Ditambah makanan pokok setempat: papeda (bubur sagu), singkong
rebus, dan pisang mulubebe sebagai pengganti nasi.
Pagi-pagi, setelah senam masal Dahlan Style dan peresmian Senam
Nusantara (senam resmi Maluku Utara), saya pun ke Buli, ibu kota Halmahera
Timur. Semula saya hanya ingin meninjau investasi PT Antam sebesar Rp 25
triliun di sini. Tapi, Bupati Halmahera Timur Drs H Rudi Irawan, yang ikut
menyambut saya, curhat soal perikanan juga.
Maka, kami buatlah rencana baru: perikanan koridor Halmahera
Timur-Sorong. Jarak dua wilayah ini tidak jauh. Hanya dipisahkan Kabupaten Raja
Ampat. Seorang manajer Perinus langsung tidak boleh pulang hari itu. Untuk
merumuskan model bisnis perikanan koridor baru Sorong-Halmahera Timur.
Hiduplah Perikanan Nusantara. Tentu jangan sampai mati lagi.(*)
Dahlan Iskan, Menteri BUMN
Sumber:
--
"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar