Curug
atau grojogan atau air terjun, siapa gerangan yang tidak
menyukainya? Air yang serasa jatuh dari langit dan tumpah ruah di atas tanah
yang terkadang penuh bebatuan ini
menimbulkan sebuah sensasi indah tiada tara. Kami kira, sejatinya tiada
seorangpun yang tidak menyukai curug, minimal di dalam hati kecilnya. Bahkan
saking suka dan cintanya anak manusia terhadap curug atau grojogan ini,
berbagai wahana permainan sekarang ini berlomba-lomba menciptakan sebuah 'Curug Imitasi' di dalam arena permainan air atau yang
kerap disebut dengan 'Water
Park'.
Satu
buah dari ribuan buah curug yang tersebar dari sabang sampai merauke, ternyata
berlokasi relatif sangat tidak jauh dari dari kediaman mas Dimas Bramantya fii Waqtil Maghribi. Curug yang dikenal
dengan nama Curug Cigeuntis yang masuk di
wilayah administratif Kabupaten
Karawang ini,
berlokasi sekitar 45 kilometer saja dari Cikarang, Kabupaten
Bekasi. Empat puluh lima
kilometer melalui jalur Kalimalang
- Pangkalan - Loji, dan sekitar 55 kilometer
melalui jalur Serang - Cibarusah - Loji.
Kali ini, mas Dimas mencoba ke sana, melalui
jalur Kalimalang - Pangkalan - Loji. Sepanjang perjalanan,
pada saat melintas di kawasan Pangkalan,
suguhan lingkungan yang tidak sehat terhampar di depan mata. Pembakaran batu
kapur/ batu gamping oleh warga sekitar menimbulkan asap polusi udara sungguh
mengganggu. Selain menyesakkan nafas, terkadang mengganggu jarak pandang mata
juga. Belum lagi sebuah pabrik semen yang berdiri di sisi kanan jalan, sungguh
tidak sedap dipandang.
Namun,
kurang lebih setengah jam setelahnya, pemandangan perbukitan hijau benar-benar
menggoda penginderaan mata. Asap tebal dan menyesakkan dada terbayar lunas dengan
kehijauan perbukitan serta liak liuk jalan yang mempesona. Sampai akhirnya,
melintas di depan bangunan asrama militer milik TNI AD, yakni detasemen
pemeliharaan daerah latihan (DENHARRAHLAT) KOSTRAD, Sanggah Buana.
Lima
belasan menit berselang dari lokasi ini, kita akan sampai di pos pemeriksaan
yang dikelola oleh pemuda karang taruna. Kita harus membayar retribusi Rp 5.000 ribu rupiah untuk
rombongan kami semua (4 orang) pada saat melalui pos yang berada di Jalan Parakanbadak, tepat di depan kantor Desa Mekar Buana, Kecamatan Tegal Waru,
Kabupaten Karawang.
Selanjutnya,
kendaraan akan terus meliuk-liuk mengikuti jalan desa. Terkadang naik, tidak
sedikit menurun, kemudian tiba-tiba berbelok ke kanan, dan lantas menikung ke
kiri. Sangat asyik dan menegangkan. Perjalanan menggunakan kendaraan, berakhir
di titik persinggahan terakhir, karena sudah tidak memungkinkan untuk terus
menanjak, kecuali harus dengan berjalan kaki, atau menuntun sepeda.
"Mas Rizal, bagaimana jika kita teruskan dengan
berjalan kaki?" demikian tantangan ayah.
"Kalau mas dimas bagaimana,
mau balapan sama mama?"
Siapa takut, demikian ledek mas Dimas.
Di
dalam area Cigeuntis ini,
ternyata tidak melulu naik ke atas, turunan curam dengan berbagai batuan
berserekan pun tak terhitung jumlahnya. Harus ekstra hati-hati.
Hampir
satu jam berjalan kaki naik turun, bebatuan sebesar mobil menggoda untuk
dilongok.
Ah,
suara gemericik semakin terdengar jelas.
Maha Suci Allah, yang telah menciptakan segala keindahan ini.
Mas
rizal takjub dan terpesona.
Dan
mas Dimas menghela nafas
panjang.
Bermain
air, tidak kalah dengan Water
Park di perkotaan atau Water Boom
yang mahal.
Bisa
terlentang, tertawa lebar, dan bergembira.
Pasti
sejuk, pasti segar, dan pasti puas. Dengan harga yang luar biasa pantasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar