Renungan
Ramadhan Kiai Sahal
Oleh: KH. MA. Sahal Mahfudh
Tak terasa kita akan kembali
berjumpa dengan bulan yang suci, istimewa dan mulia: Ramadhan. Banyak sekali
kejadian penting yang terjadi di bulan ini sehingga patut menjadi alasan
keistimewaan Ramadhan di bandingkan sebelas bulan yang lain.
Hal
terpenting yang harus disebut hubungannya dengan Ramadhan adalah diturunkannya
al-Qur’an pada bulan Ramadhan. Ada pula momentum penting lainnya yaitu perang
badar dan penaklukan (fathu) Makkah. Keduanya mempunyai peran luar biasa dalam
perjuangan umat Islam pada masa itu. Keduanya selanjutnya menjadi titik tolak
perkembangan Islam di dunia. Begitu istimewanya bulan Ramadhan sehingga
Rasulullah saw bersabda:
Telah
datang kepadamu Ramadhan, bulan utama atas segala bulan, telah datang. maka
sambutlah Bualan puasa dengan segala berkahnya telah datang. Maka muliakanlah.
Sungguh amat mulialah tamu kalian ini.
Tidak
hanya dalam wacana keIslaman saja Ramadhan menjadi Istimewa. Di Indonesia
Ramadhan bulan bersejarah karena proklamasi kemerdekaan yang jatuh pada tanggal
17 agustus tahun 1945 bertepatan pula dengan Ramadhan. Lantas apakah sebenarnya
nilai istimewa yang terkandung dalam Ramadhan itu?
Ramadhan
adalah bulan ibadah, di mana pahala segala amal dilipatgandakan bahkan
ditetapkan jenis ibadah wajib yang khusus hanya dilakukan pada bulan itu saja
yaitu puasa. Dengan segala ‘fasilitas’ dan ‘motivasi’ yang sedemikian itu, diharapkan
umat muslim memanfaatkan bulan ini sebaik-sebaiknya untuk menyucikan diri
hingga putih bersih ‘sebagaimana saat kelahirannya’
Masalahnya
adalah, apakah kita cukup peduli pada keistimewaan Ramadhan? apakah kita siap
mendapatkan fasilitas, dengan berbagai keistimewaannya? Atuakah Jangan-jangan
kita sudah tidak merasa memerlukan lagi fasilitas itu atau jangan-jangan kita
tidak lahi membutuhkan dan merasa tidak perlu dengan bulan Ramadhan,
na’udzubillah mindzalik…
Keistimewaan
Ramadhan ini akan sangat terasa jika kita maknai sebaik mungkin dengan
mengisinya dengan bermacam bentuk peribadahan. Sehingga keistimewaan itu
mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan kita. Sebagaimana halnya hari ulang
tahun seseorang yang tidak bermakna jika tidak dimaknai oleh yang bersangkutan.
Begitu pula dengan Ramadhan.
Tanpa
pemaknaan itu Ramadhan hanya akan menjadi satuan waktu biasa. Setiap harinya
sama tidak istimewanya dengan hari-hari lainnya. Tidak akan bermakna apa-apa
bagi kita selama kita sendiri tiak menempatkan makna khusus terhadapnya.
Memberikan
makna dan nilai untuk bulan Ramadhan, tidak berarti kita berlebih-lebihan
mengisinya di bulan ini saja dan untuk sebelas bulan selanjutnya kita teledor.
Karena aktualisasi makna Ramadhan itu justru terdapat dalam sebelas bulan
lainnya. Ramadhan harus menjadi titik tolak perjalanan kehidupan muslim di
sepanjang tahun selebihnya. Seperti halnya fathu makkah ataupun perang badar
yang menjadi tonggak perjalanan umat Islam di dunia.
Dengan
kata lain, nilai optimal Ramadhan baru bisa kita dapatkan jika kita menempatkan
bulan ini sebagai inspirasi dan momentum untuk mengubah pola pikir dan perilaku
kita. Sudahkan kita memenuhi kewajiban kita atas perintah-perintah-Nya? Masih
pantaskah kita menuntut hak dari-Nya, padahal kita tak selalu memenuhi
kewajiban kita atas-Nya? Atau malahan Allah telah memenuhi hak kita, namun kita
tak pernah menyadarinya! Astagfirullah…
Pada
hakikatnya, Allah swt tidak pernah memerlukan kita. Namun kita harus tahu diri
bahwa segala fenomena alam di dunia ini merupakan tanda dan pelajaran mengenai
kekuasaan-Nya. Tidak diciptakan semua makhluk di dunia ini kecuali untuk
mengabdi pada-Nya. Dan segala di dunia menjadi jalan mengabdi untuk-Nya. Maka,
jalan menuju ilahi bagi makhluk sosila seperti manusia adalah mengabdikan diri
dengan cara memperbaiki pola hubungan kita dengan sesama manusia, lingkungan
dan dunia sekitar kita. Dengan bahasa lain, hubungan transcendental (hablum
minallah) antara manusia dan tuhan tak akan lengkap dan sempurna tanpa
merangkai hubungan horizontal (hablum minan nas) antar manusia.
Oleh
karena itu Ramadhan adalah waktu yang diciptakan oleh Allah lengkap dengan
fasilitas dan kemewahannya untuk dimanfaatkan manusia sebagai madrasah kehidupan
yang melatih dan membelajari poa kehidupan yang sehat. Sangat saying jika
dilewatkan.
Namun,
bukankah Ramadhan hanyalah putaran waktu yang akan hadir kembali pada tahun
yang akan datang? ah, siapakah kita ini hingga seyakin itu akan menemui
Ramadhan yang akan datang? bukankah hidup ini adalah misteri tersbesar umat
manusia? Kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya! []
Disarikan
dari Dialog dengan Kiai Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Umat, Ampel Suci
2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar