Sisa Makanan yang Tertelan
Saat Puasa
Penting bersih-bersih mulut. Bersih-bersih
tentu mencegah gigi berlubang, menghilangkan sisa makanan dan bau kurang sedap
saat berpuasa. Meski sepele, hal ini penting diperhatikan dalam pergaulan. Bagi
malaikat, bau mulut orang berpuasa mungkin sedap. Tetapi bagi manusia, aroma
sejenisnya itu kurang menyenangkan lawan bicara. Syukur Alhamdulillah tidak
mengundang lalat.
Masalah pergaulan ini patut diperhatikan. Pergaulan yang menyangkut hubungan bisnis, politik, sosial, hingga yang paling domestik sekalipun seperti hubungan antaranggota keluarga, perlu melihat kebersihan mulut. Di samping soal pergaulan yang tidak jauh dari persoalan menyenangkan atau tidak, kebersihan mulut juga sangat menentukan sah dan tidaknya berpuasa.
Syekh Zainuddin Abdul Aziz Al-Malibari salah seorang ulama yang menjelaskan ketentuan perihal makanan tersisa atau terselip di sela gigi itu. Berikut ini keterangannya dalam kitab Fathul Mu'in.
فرع--
لو بقي طعام بين أسنانه فجرى به ريقه بطبعه لا بقصده لم يفطر ان عجز عن تمييزه
ومجه وان ترك التخلل ليلا مع علمه ببقائه وبجريانه به نهارا لأنه إنما يخاطب بهما
ان قدر عليهما حال الصوم لكن يتأكد التخلل بعد التسحر أما اذا لم يعجز أو ابتلعه
قصدا فانه مفطر جزما وقول بعضهم غسل الفم مما أكل ليلا والا أفطر رده شيخنا
Artinya, “Jika ada makanan tersisa di sela
gigi orang berpuasa, lalu liurnya secara alamiah bukan lantaran kesengajaan
membawa sisa makanan itu masuk ke rongga perut, maka puasanya tidak batal
karena dua pertimbangan. Pertama, puasanya tetap sah sebatas ia tidak mampu
membedakan mana sisa makanan itu untuk lalu membuangnya. Kedua, puasanya tetap
sah sejauh ia tidak membersihkan sisa makanan di sela giginya sementara ia
sadar ada sisa makanan dan akan terbawa aliran liurnya di waktu siang berpuasa.
Pasalnya, saat berpuasa seseorang memang dituntut untuk membedakan sisa makanan
dan mengeluarkannya dari mulut. Karenanya sangat dianjurkan sekali
bersih-bersih sela gigi setelah sahur. Sedangkan mereka yang mampu menemukan
sisa makanan lalu menelannya secara sengaja, jelas puasanya batal.”
Sementara guru kami menolak pendapat sejumlah ulama yang mewajibkan pembersihan mulut dari sisa makanan malam hari. Menurut mereka, kalau mulut tidak dibersihkan maka puasanya batal. Demikian Syekh Zainuddin Abdul Aziz. Wallahu A’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar