KHOTBAH JUMAT
Siapkan Diri Menyambut Lailatul Qadar
Marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas
segala nikmat dan karunia-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada kita. Kiranya,
dengan bersyukur itu dapat menambah kepatuhan dan ketaqwaan kita kepada Allah.
Yakni menggunakan nikmat itu untuk melaksanakan semua perintahnya, dan untuk
menjauhi segala larangan-Nya.
اَلْحَمْدُ
للهِ الّذي فَتَحَ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ
فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ.
أَشْهَدُ أَنْ لااِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةٌ تُنْجِي
قَائِلَهَا مِنَ النِّيْرَانِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أمَّا بَعْدُ. فَيَا أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan
Allah
Marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas
segala nikmat dan rahmat yang senantiasa dilimpahkan kepada kita. Kiranya,
dengan bersyukur itu dapat menambah kepatuhan dan ketaqwaan kita kepada Allah.
Yakni menggunakan nikmat itu untuk melaksanakan semua perintahnya, dan untuk
menjauhi segala larangan-Nya.
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan
Allah
Selain disebut sebagai bulan puasa, Syahrus
Shiyam, Ramadhan juga disebut sebagai Syahrul Qur’an atau bulan Al-Qur'an
karena di bulan inilah Al-Qur’an pertama kali diturunkan. Allah SWT berfirman:
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ
الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil).” (QS Al-Baqarah: 185)
Bagi umat Islam, ayat di atas bukan saja
dipandang sebagai sebuah catatan tentang waktu diturunkannya Al-Qur'an, akan
tetapi juga memiliki makna lain; yakni harapan tentang adanya sebuah malam di
bulan Ramadhan yang dapat melipatgandakan ibadah seseorang hingga kelipatan
seribu bulan. Malam itu dikenal luas dengan sebutan “Lailatul Qadar”.
Keinginan untuk mendapatkan Lailatul Qadar
ini bukanlah sesuatu yang tidak beralasan. Rasulullah SAW sendiri menyeru umat
Islam untuk menyongsong malam seribu malam ini dalam sabda beliau: Rasulullah
SAW bersabda, “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka
jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.” (HR. Bukhari).
Kapan datangnya malam itu? Malam yang
istimewa itu masih merupakan tanda tanya, dan tidak diketahui secara pasti
kapan datangnya. Nabi Muhammad SAW selalu menjawab sesuai dengan apa yang
perditanyakan kepada beliau. Ketika ditanyakan kepada beliau: “Apakah kami
mencarinya di malam ini?” beliau menjawab: “Carilah di malam tersebut!”
Hadirin Sidang Jum’at yang dimuliakan
Allah
Salah satu hikmah dirahasiakannya Lailatul
Qadar adalah terpompanya kembali semangat beribadah umat Islam di sepertiga
terakhir bulan Ramadhan.
“Lailatul Qadr” adalah malam penuh kemuliaan,
sebagaimana termaktub dalam firman Allah SWT:
إِنَّا
أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ.
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ
وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya
(Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS Al-Qadr: 1-5)
Terdapat banyak riwayat yang menyebutkan
tentang waktu terjadinya malam diturunkannya Al-Qur'an ini. Ada yang
menyebutkan Lailatul Qadar terjadi pada tanggal 7, 14, 17, 21, 27 dan tanggal
28 Ramadhan. Sebab banyaknya riwayat mengenai kejadian turunnya Al-Qur'an ini,
kiranya tidak mungkin mengetahui waktu tepatnya terjadi Lailatul Qadar. Namun
umumnya umat Islam Indonesia meningkatkan ibadah pada sepuluh hari terakhir
dari bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari: “Carilah sedaya-upaya kamu untuk menemui Lailatul Qadar
itu pada sepuluh malam ganjil pada akhir Ramadhan”.
Barangkali terdapat sebagian dari kita yang
bertanya mengapa waktu Lailatul Qadar tidak ditentukan secara pasti? Dengan
kata lain mengapa Allah SWT tidak menjelaskan secara tegas tanggal berapa
Lailatul Qadar terjadi?
Bisa jadi Allah SWT memang sengaja untuk
merahasiakannya dan kita dapat memetik hikmah dari kerahasiaan Lailatul Qadar
tersebut.
Jika berkaca pada fenomena umum yang terjadi
di bulan-bulan Ramadhan, umumnya intensitas ibadah umat Islam terjadi di
awal-awal Ramadhan. Namun semakin lama, semangat untuk beribadah semakin
menurun, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Bahkan ada kecenderungan
dipenggal di bulan Ramadhan. Masyarakat kita mulai disibukkan dengan segala hal
yang berkenaan dengan persiapan-persisapan menghadapi lebaran yang sifatnya
materil. Seperti mempersiapkan makanan kecil untuk para tamu yang berkunjung di
hari raya, membeli peci, mukenah, sarung, baju baru hingga sendal dan sepatu
baru untuk shalat Idul Fitri.
Terkadang kesibukan terhadap hal-hal yang
sifatnya kurang substansial ini bisa menggeser keinginan untuk meningkatkan
amal ibadah selama bulan puasa. Padahal jika kita tinjau lebih dalam
kegiatan-kegiatan tersebut hanya bersifat melengkapi kebahagiaan puasa dan hari
raya, tapi jelas fenomena ini sudah menjadi tradisi tahunan dipenggal terakhir
bulan puasa.
Di saat-saat kritis ini, ketika konsentrasi
umat Islam mulai terpecah kepada hal-hal yang bersifat materil, Allah
memberikan bingkisan "Lailatul Qadar". Dimana segala amal kebajikan
yang dilakukan di satu malam ini saja dapat mengalahkan intensitas ibadah yang
dilakukan selama lebih dari seribu bulan. Sementara jika kita kiaskan waktu
seribu bulan setara dengan delapan puluh tiga tahun tiga bulan. Sebuah
"bonus" yang cukup menggiurkan.
Tak heran jika kemudian di akhir puasa tema
Lailatul Qadar menjadi marak dibicarakan di seluruh lapisan masyarakat. Dan
masjid yang semula mulai sepi kembali dipadati pengunjung. Dan dirahasiakannya
waktu datangnya Lailatul Qadar membuat ibadah umat Islam tidak terpaku pada
satu malam saja, namun sepuluh hari di akhir bulan Ramadhan.
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan
Allah
Berdasar ayat 1-5 surat Al-Qadr di atas, malam
Lailatul Qadar itu mengandung tiga macam kelebihan yaitu:
1.
Orang yang beramal pada malam itu akan
mendapat pahala sebanyak lebih dari 1000 bulan yaitu 83 tahun empat bulan
2.
Para malaikat turun ke bumi,
mengucapakan salam kesejahteraan kepada orang-orang yang beriman.
3.
Malam itu penuh keberkahan hingga
terbit fajar
Menurut hadits yang diriwayatkan Abu Dawud,
menyebutkan bahwa: Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang Lailatul Qadar,
lalu beliau menjawab, “Lailatul Qadar ada pada setiap bulan Ramadhan.”
(HR. Abu Dawud)
Menurut hadits Aisyah riwayat Bukhari, Nabi
Muhamamd SAW bersabda: “Carilah lailatul qadar itu pada tanggal gasal dari
sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Menurut pendapat yang lain, Lailatul Qadar
itu terjadi pada 17 Ramadlan, 21 Ramadlan, 24 Ramadlan, tanggal gasal pada 10
akhir Ramadlan dan lain-lain. Jadi, mengenai lailatul qadar dalam hal ini,
tidak ditemukan keterangan yang menunjukkan tanggal kepastiannya.
Di antara hikmah tidak diberitahukannya
tanggal yang pasti tentang Lailatul Qadar adalah untuk memotivasi umat agar
terus beribadah, mencari rahmat dan ridla Allah SWT kapan saja dan dimana saja,
tanpa harus terpaku pada satu hari saja. Jika malam Lailatul Qadar ini
diberitahukan tanggal kepastiannya, maka orang akan beribadah
sebanyak-banyaknya hanya pada tanggal tersebut dan tidak giat lagi beribadah
ketika tanggal tersebut sudah lewat.
Namun ada banyak penjelasan mengenai
tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar itu. Diantara tanda-tandanya adalah:
1.
Pada hari itu matahari bersinar tidak
terlalu panas dengan cuaca sangat sejuk, sebagaimana hadits riwayat Muslim.
2.
Pada malam harinya langit nampak
bersih, tidak nampak awan sedikit pun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin
dan tidak panas. Hal ini berdasakan riwayat Imam Ahmad.
Dalam Mu’jam at-Thabari al-Kabir
disebutkan bahwa Rasulullah bersabda: “Malam lailatul qadar itu langit
bersih, udara tidak dingin atau panas, langit tidak berawan, tidak ada hujan,
bintang tidak nampak dan pada siang harinya matahari bersinar tidak begitu
panas.”
Nah, agar mendapatkan keutamaan lailatul
qadar, maka hendaknya memperbanyak ibadah selama bulan Ramadlan, diantaranya,
senatiasa mengerjakan shalat fardhu lima waktu berjama’ah, mendirikan Qiyamul
Lail (shalat terawih, tahajjud, dll), membaca Al-Qur’an (tadarus)
sebanyak-banyaknya dengan tartil (pelan-pelan dan membenarkan bacaan
tajwidnya), memperbanyak dzikir, istighfar dan berdo’a.
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan
Allah
Dalam Surat Al-Qadr (97) ayat 3-5 di atas
disebutkan bahwa malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik dari seribu
bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai
terbit fajar.
Jika dihitung-hitung secara matematis, seribu
bulan sama dengan delapan puluh tahun tiga bulan. Jadi, barangsiapa yang
berhasil meraih Malam yang penuh kemuliaan ini maka amal kebajikannya akan
dilipatgandakan hingga hitungan ini serta segala dosa yang telah diperbuatnya
akan diampuni. Keberadaan malam seribu bulan ini hanya ada di sepertiga
terakhir bulan Ramadhan serta khusus hanya untuk umat Nabi Muhammad saja.
Dalam sebuah riwayat, Lailatul Qadar
sebenarnya adalah buah dari keluh kesah Nabi Muhammad kepada Allah SWT.
Suatu ketika Rasulullah mendengar kisah
tentang seorang laki-laki dari Bani Israil. Dalam kisah tersebut, laki-laki
dari Bani Israil itu disifati sebagai seseorang yang selalu menyandang senjata
di bahunya. Ia berjihad di jalan Allah sebagai seorang martir (Mujahid) selama
seribu bulan. Memang dalam sejumlah riwayat, usia manusia yang menjadi umat
para Nabi sebelum Rasulullah sangat panjang. Ada yang mencapai tiga ratus
bahkan ada yang mencapai tujuh ratus tahun.
Mendengar kisah tersebut Rasulullah merasa
takjub dan teringat akan umatnya yang rata-rata berusia pendek. Oleh sebab itu
Rasulullah pun kemudian berandai-andai seumpama saja umatnya dikarunia panjang
umur seperti umat Nabi sebelumnya pasti mereka juga akan dapat lebih banyak
beribadah kepada Allah.
Kemudian Rasulullah pun berkeluh kesah:
"Wahai Tuhanku, Engkau lah yang telah menjadikan umatku sebagai umat
yang berusia paling pendek sehingga mereka pun memiliki amal yang paling
sedikit."
Sebagai balasan dari keluh kesah Rasulullah
ini, Allah pun kemudian memberikan Lailatul Qadar sebagai karunia yang
diberikan khusus untuk umat Nabi Muhammad. Dengan keberadaan malam yang lebih
baik dari seribu bulan ini maka umat Islam pun tidak perlu berkecil hati karena
memiliki usia yang jauh pendek dari umat-umat Nabi sebelumnya.
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan
Allah
Hal yang paling penting untuk diingat dalam
peristiwa Lailatul Qadar ini adalah diturunkannya mukjizat Nabi Muhammad SAW
yang abadi hingga akhir zaman, yakni kitab suci Al-Qur’an. Dalam termonologi
bahasa Arab, Mukjizat sebenarnya berarti sesuatu yang memiliki potensi
melemahkan. Misalnya, Nabi Musa AS yang diutus kepada kaum Fir'aun yang
terkenal dengan keahliannya di bidang ilmu sihir. Kemudian Nabi Musa diberi
tongkat yang mampu mengalahkan sihir para tukang sihir Fir'aun hingga akhirnya
mereka pun mengakui kelemahan sihir mereka dan mengakui bahwa tongkat Musa
bukanlah sihir, tapi berasal dari kekuasaan Allah.
Sedangkan Nabi Isa AS, bangkit di masa
berkembangnya ilmu kedokteran. Nabi Isa menghadapi kaum yang tunduk kepada
hukum-hukum kebendaan dan tidak mengakui apa yang ada di luar alam kebendaan.
Kemudian Nabi Isa dikarunia Mukjizat yang membuktikan adanya kekuasaan di luar
hukum-hukum materi dengan kemampuannya menyembuhkan segala macam penyakit
bahkan juga kesanggupannya menghidupkan orang yang sudah mati dengan izin
Allah.
Sebagai rasul akhir zaman, Nabi Muhammad SAW
juga diberi sejumlah mukjizat. Dalam sejumlah riwayat Mukjizat Nabi tersesebut
ada yang berupa kemampuan membelah bulan atau keluar air dari sela-sela jarinya
serta mukjizat yang lain. Namun Ibnu Rusydi, seorang cendikiawan besar asal
Kordoba (Spanyol Islam) yang layak disebut Mukjizat sebenarnya adalah
Al-Qur'an.
Apa yang dikemukakan oleh Ibnu Rusydi ini
sangatlah tepat. Al-Qur'an yang awal mula diturunkan di bulan Ramadhan
merupakan bukanlah mukjizat yang bergantung pada pribadi seorang Rasul yang
mana jika rasul tersebut wafat maka hilang pula lah mukjizat tersebut. Namun
Al-Qur'an tidak akan pernah hilang dari muka bumi sebagaimana firman Allah:
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya kami telah menurunkan
Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami tetap memeliharanya. (QS Al-Hijr: 9)
Sementara isi dan kandungan Al-Qur'an
merupakan oase yang dapat memberi petunjuk (hudan) bagi hidup manusia di dalam
segenap aspek kehidupan mereka.
Prof Dr Roger Garaudy dan Dr Maurice Bucaille
di Perancis pernah mengkaji dan menguji Al-Quran dari segi isinya. Di
antaranya, Maurice Bucaille mencoba menguji berapa jauh kebenaran ilmiah
ayat-ayat yang bersangkutan dengan proses kejadian manusia dalam Surat Al Hajj
ayat 5. Dr Maurice Bucaille menemukan, bahwa ternyata penjelasan dari Alquran
yang turun 15 abad yang lalu itu dalam menggambarkan asal muasal manusia, lebih
tepat dari ilmu embriologi mutakhir. Hal itu secara jelas diditulis dalam
bukunya yang berjudul “The Origin of Man”.
Pengujian Graudy dan Bucaille tersebut hanya
sebagian kecil dari keistimewaan Al-Qur'an. Lebih dari sepertiga manusia yang
hidup di muka bumi ini percaya bahwa Al-Qur'an merupakan wahyu Tuhan yang terus
dibaca sebagai petunjuk dalam mencapai kebagiaan hidup dua alam (alam dunia dan
akhirat). Masih banyak keistemewaan Al-Qur'an yang belum tersingkap dan
menunggu kekuatan nalar dan kejernihan hati kita untuk menerjemahkannya.
Oleh sebab itu, dalam momen Ramadhan ini
sudah selayaknya kita membaca Al-Qur'an bukan sekedar untuk mendapatkan pahala
namun sekaligus memahami isi kandungan Al-Qur'an agar nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya dapat membantu kita dalam mewujudkan kehidupan yang
lebih layak bagi seluruh kalangan dan diridhai oleh Allah SWT.
بَارَكَ
اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ مِنَ
الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبِّلْ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ
اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًااَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ
اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى
بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ
وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ
عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا
آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ
! اِنَّ اللهَ
يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ
اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَ
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar