Merajut Indonesia
Kamis, 10/07/2014 18:58
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
بسم
لله، الحمد لله، والصّلاة والسّلام على سيّدنا ومولانا محمّد رسول لله ، وعلى أله
وصحابته ومن تبع سنّته وجماعته ، من يومنا هذا إلى يوم البعث والنهضة
Warga Indonesia di seluruh dunia, yang saya cintai. Alhamdulillah kita telah bersama-sama menjadi saksi sejarah Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Pilpres kali ini, menjadi momentum yang sangat penting, untuk menentukan masa depan bangsa dan negara kita. Juga, menentukan strategi pembangunan manusia Indonesia ke depan.
Hari ini, tadi kita sudah saksikan bersama tentang kedewasaan politik dan kualitas demokrasi bangsa Indonesia. Tanggal 11 Ramadhan dan 9 Juli 2014 menjadi sejarah penting, bahwa warga Indonesia mampu berpolitik secara sehat, santun, cerdas dan elegan. Politik tidak hanya milik kelompok elite, namun juga milik seluruh warga. Akan tetapi, perlu mencermati sikap-sikap berpolitik dengan memegang kaidah, norma dan fatsoen politik agar tidak menjadi arogan, merasa menang sendiri dan saling melempar kesalahan. 9 Juli 2014, kedewasaan politik bangsa Indonesia betul-betul sedang diuji.
Sudah saatnya warga Indonesia bersatu kembali. Tidak elok jika ada perbedaan sikap politik yang menjurus pada pertikaian horizontal. Yang harus diutamakan adalah kepentingan warga Indonesia agar bersatu, damai dan berpikiran jernih kembali. Tuntasnya kampanye politik dan pemilihan langsung, perlu disusul dengan menumbuhkan sikap santun, tenang dan menguatkan persaudaraan antar sesama, persaudaraan dalam kebangsaan, ukhuwah wathaniyyah. Sekali lagi, ini yang perlu digarisbawahi, persaudaraan antar sesama, persaudaraan dalam dimensi kebangsaan, ukhuwah wathaniyyah.
Kepada para pemimpin bangsa Indonesia, sesungguhnya Presiden merupakan simbol dari amanah rakyat dan takdir Allah. Dalam al-Qur’an, sudah sangat jelas, bahwa Allah memberi amanah tiap manusia, sebagai khalifahnya (khalifah fil-ardh): wa idz qaala rabbuka lil malaaikati inni jaa’ilun fil ardhi khaliifah, [Q.S, al-Baqarah:30]. Agar, manusia mampu mengelola sebaik-baiknya kebutuhan dan kepentingannya, dengan tujuan kebaikan bersama (mashlahah ‘ammah). Untuk itu, kepemimpinan menjadi modal penting dalam melaksanakan amanah Allah, untuk mengelola kekayaan di bumi untuk tujuan beribadah, membantu sesama dan bermanfaat bagi kemanusiaan.
Dari hasil Pemilu 9 Juli tadi, tentu ada beberapa catatan yang perlu saya sampaikan:
1.
Kepada masing-masing kandidat
Capres-Cawapres untuk berpikir tenang dan jernih. Mohon kepada keduanya untuk
tidak tergesa-gesa mengumumkan kemenangan. Kedua kandidat memiliki tim
riset-survey dengan hasil quick count hasilnya berbeda-beda. Kita menghormati
sumbangsih survey dalam kehidupan demokrasi, namun demikian yang dianut sesuai
undang-undang adalah perhitungan di KPU. Sebelum tergesa mengumumkan
kemenangan, mari bersama-sama mengawal perhitungan resmi. Meminta kepada
seluruh warga Indonesia, untuk mengawal penghitungan suara, baik di tingkat
TPS, Desa, Kecamatan, Kabupaten, hingga ke level nasional. Tentu dengan
proporsi, mekanisme dan bentuk pengawalan yang sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan.
2.
KPU diminta bersikap jujur. Agar
menjalankan proses penghitungan suara dengan berdasar amanah, tugas dan
kejujuran. Jujur untuk mengumumkan siapa yang menang, siapa yang kalah dengan
data dan validasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
3.
Meminta kepada seluruh warga Indonesia
untuk berpikir tenang, dengan niatan menjaga integrasi bangsa, dengan strategi
mewujudkan politik kebangsaan dan kerakyatan. Sudah saatnya kita rukun kembali,
menjaga toleransi dan perdamaian. Prinsipnya sesama warga Indonesia perlu
merekatkan kembali rasa bersaudara, setanah air, dan sebangsa.
4.
Memohon kepada seluruh media, baik
televisi, website, radio dan media cetak untuk ikut aktif menjaga suasana, agar
tidak larut dalam potensi konflik pasca Pilpres 9 Juli.
5.
Merefleksikan Pilpres di tengah
Ramadhan. Proses politik 9 Juli 2014, bukan untuk mencipta jurang permusuhan,
fitnah dan memutus silaturahmi. Saya yakin, kedua pasangan capres-cawapres
menginginkan yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Pilpres harus dianggap sebagai
berkah Ramadhan, agar Allah Subhanahu wata’ala memilih pemimpin yang amanah,
jujur, tegas dan mampu menyejahterakan warga Indonesia. Semoga negeri ini,
menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Demikianlah, rakyat Indonesia sudah menentukan pilihan dan memberikan mandat kepada sang pemimpinnya. Mari kita berdoa agar mendapat pemimpin yang mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik serta meningkatkan kesejahteraan warganya. Mari kita dengan santun menunggu dan mengawal hasil pengumuman KPU, pada 22 Juli 2014. Selebihnya, ini yang utama, mari kukuhkan fitrah kemanusiaan kita semua sebagai insan sebangsa yang bersaudara. Lebih penting dari politik adalah kemanusiaan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
DR KH Said Aqil Siroj, MA
Ketua Umum PBNU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar