Bertadarus Tidak Harus Tahu
Maknanya
Sebagian orang muslim sengaja mengistimewakan
Bulan Ramadhan. Keistimewaan itu dibuktikan dengan mengalokasikan banyak waktu
untuk beribadah selama Ramadhan dibandingkan dengan hari-hari biasa. Bahkan
sebagian orang sengaja melipatgandakan pekerjaannya sebelum bulan Ramadhan
sebagai amunisi menghadapi Ramadhan, karena selama Ramadhan nanti ia akan
me-nonaktifkan segala aktifitasnya dan menggantinya dengan ibadah.
Memang segala amal ibadah di bulan Ramadhan
mengandung keistimewaan karena peliapat gandaan yang dijanjikan oleh Allah swt.
Meski demikian ada amalan diutamakan yaitu tadarus al-Qur’an, berdasar pada
hadits Rasulullah saw:
عن
ابن عباس رضى الله عنه قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم اجود الناس, وكان
اجود مايكون فى رمضان حين يلقاه جبريل وكان يلقاه جبريل فى كل ليلة من رمضان
فيدارسه القرأن فلرسول الله صلى الله عليه وسلم حين يلقاه جبريل اجود بالخير من
الريح المرسلة
Dari Ibn Abbas ra berkata, bahwasannya
Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan. Adapun lebih dermawannya
beliau ketika Ramadhan adalah ketika berjumpa malaikat Jibril setiap malam di
bulan Ramadhan dan bertadarus al-qur’an bersamanya. Sungguh ketika berjumpa
Jibril itulah kedermawanan Rasulullah saw melebihi angin yang berhembus.
Inilah pedoman yang digunakan ulama dalam
mentradisikan tadarus al-Qur’an selama bulan Ramadhan. Tercatat bahwa Imam
Syafi’i dan juga Imam Hanafi setiap bulan Ramadhan membiasakan diri
menghatamkan al-Qur’an sebanyak enam puluh kali di luar shalat.
Sebuah kisah dari Imam Ahamad bin Hambal
bahwa beliau pernah bermimpi menghadap Allah swt seraya bertanya “wahai
Tuhanku, apakah amal orang yang dekat kepada-Mu itu? Allah swt menjawab “membiasakan
membaca al-Qur’an. Lalu Imam Ahmad bertanya lagi “apakah harus mengetahui
artinya?” Allah menjawab lagi “baik mengetahui artinya maupun tidak (tetap
mendapat pahala). []
(Red. Ulil H)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar