Negeri
Tanpa Kejujuran Sulit Menyelenggarakan Pemilu
Kamis, 10
Juli 2014 , 23:35:00 WIB
Oleh:
Adhie M. Massardi
KEBOHONGAN
alias ketidakjujuran sudah menjadi kelaziman di negeri ini. Makanya, dalam
percakapan tertutup maupun di forum-forum terbuka, termasuk yang disiarkan live
televisi, seseorang harus minta ijin dulu untuk bicara jujur.
Kalimat "Kalau mau jujur..." atau "Kalau boleh jujur..." harus diucapkan dulu untuk membuka pernyataan yang benar.
Di seluruh dunia, hanya di Indonesia orang harus minta ijin lawan bicaranya untuk berkata jujur.
Di negeri dengan tingkat kejujuran yang mustahil tidak akan bisa melaksanakan proses demokrasi (pemilu) yang benar. Karena kejujuran adalah syarat paling elementer untuk menyelenggarakan pemilu, lebih-lebih pilpres.
Maka agar pilpres 2014 ini legitimasinya agak mendingan, kedua kubu kandidat disarankan untuk menunggu hasil final penghitungan suara oleh KPU.
Jangan hanya karena sok gengsi, begitu lekas mengakui kemenangan atau kekalahan berdasarkan hasil perhitungan institusi yang tidak memiliki kewenangan menentukan hasil pilpres.
Biarlah menunggu hasil perhitungan resmi KPU sebagai penyelenggara. Hal ini penting agar KPU mulai sekarang harus bertanggungjawab atas hasil kerjanya. Tidak berlindung di balik lembaga-lembaga survei yang tingkat kejujurannya disangsikan oleh publik secara luas, tapi dipercaya hanya oleh yang membiayai kegiatannya. [***]
Penulis adalah inisiator Gerakan Masyarakat Sipil untuk Pemilu Bersih.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar