Orang
Tuanya Penentang Rasulullah, Anaknya Pejuang Islam (Bagian II)
Rasulullah tidak
pernah dendam terhadap apa yang dilakukan para penentangnya. Meski apa yang
mereka lakukan sudah keterlaluan. Tidak seperti pendahulunya, Rasulullah tidak
pernah berdoa kepada Allah agar membinasakan siapa-siapa yang menentang
agama-Nya saat itu juga. Sebaliknya, Rasulullah berdoa agar mereka yang
menentang Islam mendapatkan hidayah atau anak-anak mereka nanti yang masuk
Islam.
Doa Rasulullah itu
betul-betul dikabulkan Allah. Dari banyak penentang Islam, ada beberapa yang
anak-anaknya masuk Islam dan menjadi pejuang terdepan dalam menegakkan agama
Allah sebagaimana yang tertuang dalam buku Para Penentang Muhammad saw.
Keempat, Al-Aswad bin
Abd Yaghuts. Al-Aswad masih memiliki garis saudara dengan Rasulullah. Akan
tetapi, ia sangat menentang Rasulullah. Ia sering kali menebar kabar yang tidak
benar atau fitnah tentang Rasulullah kepada para peziarah yang datang ke Mekkah.
Ia juga dikenal sebagai orang yang suka menyiksa umat Islam yang lemah.
Abdurrahman dan
Khalidah adalah anak-anak Al-Aswad yang masuk Islam. Abdurrahman hidup dalam
generasi tabiin tingkat pertama. Dia dikenal banyak meriwayatkan hadist dari
para sahabat Rasulullah. Sementara Khalidah hidup bersama sahabat lainnya di
Madinah. Dia diketahui sebagai seorang sahabat yang shalehah. Selain keduanya,
anak angkat Al-Aswad yang bernama Miqdad bin Amr juga menyatakan diri masuk
Islam pada awal-awal dakwah Rasulullah.
Kelima, Al-Harits bin
Qais al-Sahmi. Sama seperti Al-Aswad, Al-Harits juga merupakan orang yang suka
mengolok-olok Rasulullah dan mengintimidasi sahabat yang lemah. Ia menolak
Islam karena khawatir karirnya sebagai penanggung jawab urusan berhala di
Mekkah berakhir.
Meski Al-Harist
sangat menolak Islam, tapi semua anaknya merupakan orang yang pertama menerima
Islam. Bahkan, anak-anak Al-Harist tercatat sebagai pahlawan Islam yang gugur
di medan perang. Mereka adalah Abu Qais bin Harist meninggal pada Perang
Yamamah, Al-Harist dan Tamim bin Harist wafat saat perang melawan Romawi
Bizantium, dan Abdullah Al-Harist gugur saat Perang Hunain.
Anaknya yang lain
Al-Hajjaj danAl-Sa’ib bin Harist gugur dalam perang melawan penduduk Thaif,
Sa’id bin Harist wafat dalam Perang Yarmuk melawan Romawi. Begitu pun dengan
Bisyr dan Ma’mar. Semua anak Al-Harist wafat di medan perang.
Keenam, Abdullah bin
Ubay bin Salul. Abdullah adalah orang yang munafik. Dia pura-pura masuk Islam
dan menghancurkan Islam dari dalam. Ia kerap kali menghasut, memfitnah, dan
mengadu domba antara satu sahabat dengan yang lainnya. Salah satu kasus yang
diciptakannya adalah memfitnah Aisyah telah melakukan serong dengan Shafwan.
Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa hadist al-Ifki.
Kisah Abdullah bin
Ubay berbeda dengan anak-anaknya. Mereka semua masuk Islam dan menjadi sahabat
Rasulullah yang setia. Hubab atau Abdullah adalah salah satu anak Abdullah bin
Ubay yang paling menonjol. Ia ikut dalam Perang Badar, Uhud, dan lainnya.
Suatu ketika Hubab
atau Abdullah sangat kesal dengan kemunafikan bapaknya, Abdullah bin Ubay.
Sehingga Hubab atau Abdullah meminta izin Rasulullah untuk memenggal kepala
bapaknya itu. Namun, Rasulullah melarangnya dan menyuruh Hubab atau Abdullah
untuk tetap berbuat kepada bapaknya.
Ketujuh, Abu Amir bin
Rahib. Berbeda dengan teman-temannya yang pura-pura masuk Islam, Abu Amir
terang-terangan menolak Islam. Ia menolak tegas ajakan Rasulullah untuk masuk
Islam. Menurutnya, agama yang dianutnya lah –ada yang menyebut dia penyembah
berhala dan ada yang menyebut dia seorang pendeta Nasrani- yang benar dan
hanif. Adapun Islam tidak. Abu Amir pula adalah orang yang berada pada baris
terdepan pasukan kafir dalam perang Uhud.
Hanzhalah adalah anak
Abi Amir yang memeluk Islam. Hanzhalah tercatat sebagai sahabat yang setia dan
ikut berjihad demi tegaknya panji Islam. Bahkan satu hari setelah menikah
dengan Jamilah binti Abdullah bin Ubay, Hanzhalah -yang belum sempat mandi
jinabat karena malam harinya bergumul dengan istrinya- berangkat ke medan
perang. Bersama Rasulullah dan sahabat lainnya, ia ikut dalam Perang Uhud.
Naasnya, Hanzhalah gugur dalam peperangan tersebut.
Itulah beberapa
penentang Rasulullah yang anak-anaknya memeluk Islam dan menjadi pejuang
terdepan untuk menyebarkan Islam. Pepatah “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”
tidak selamanya benar. Nyatanya, anak-anak para penentang Rasulullah di atas
tidak juga menentang Rasulullah, tapi malah menjadi pembela terdepan Islam. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar