Alasan
Halimah Berhenti Mengasuh Muhammad
Pada suatu hari,
Halimah dari Bani Sa’d bersama suaminya ikut dalam sebuah rombongan untuk
menawarkan jasa menyusui. Memang pada saat itu tradisi jasa menyusui adalah
suatu yang lazim di Arab. Utamanya, masyarakat kota Arab yang meminta agar
anak-anaknya diasuh dan disusui wanita-wanita dari desa dalam jangka waktu
tertentu.
Hingga akhirnya
Halimah dan rombongan sampai ke kota Makkah. Setelah beberapa hari, semua yang
ada dalam rombongan telah mendapatkan anak untuk disusui, kecuali Halimah.
Lalu, Halimah mendapatkan tawaran untuk menyusui Muhammad. Awalnya tawaran
tersebut ditolak mengingat Muhammad adalah anak yatim atau tidak memiliki
bapak. Pada saat itu, Halimah berpikiran secara praktis saja: Muhammad yatim,
jadi siapa yang bertanggung jawab untuk membayar jasa menyusuinya.
Namun akhirnya dengan
'terpaksa' Halimah bersedia untuk menjadi ibu asuh Muhammad. Pertimbangannya pun
sederhana sekali. Halimah hanya berharap akan mendapatkan berkah manakala
mengasuh anak yatim. Tidak lebih. Karena kalau mengharapkan upah, Muhammad
sendiri sudah tidak memiliki seorang bapak.
Betul saja,
keberkahan yang diharapkan Halimah langsung muncul manakala ia baru pertama
kali menggendong Muhammad. Sebelumnya, payudara Halimah tidak mengeluarkan air
susu. Namun ketika Muhammad menyusu, payudara Halimah langsung kembali
mengeluarkan susu. Muhammad kecil mulai menyusu hingga tertidur nyenyak.
Unta betina Halimah
yang dibawa dalam rombongan juga mendadak penuh dengan susu. Halimah dan
rombongan meminum susu dari untanya itu hingga kenyang. Bahkan, keledai yang
dikendarai Halimah berjalan begitu cepat ketika pulang ke kampung Bani Sa’d.
Halimah menjadi yang pertama yang sampai di kampung halamannya itu, padahal
sebelumnya keledai itu jalannya lambat sekali.
Orang-orang juga
mulai mempercayakan kambing-kambingnya untuk digembala Halimah. Mengapa? Karena
kambing-kambing yang digembala Halimah selalu gemuk dan penuh susunya, tidak
seperti kambing yang digembala yang lainnya.
Keberkahan demi
keberkahan didapat Halimah setelah mengasuh dan menyusui Muhammad kecil.
Kehidupannya menjadi sejahtera dan serba kecukupan. Berbanding terbalik dengan
kondisinya sebelum ada Muhammad kecil. Maka tidak heran jika Halimah selalu
meminta Aminah, ibunda Muhammad, agar bisa lebih lama lagi mengasuh Muhammad
kecil. Aminah setuju-setuju saja dengan permintaan Halimah tersebut
Umumnya, pada waktu
itu anak-anak tinggal bersama ibu asuhnya selama dua tahun. Akan tetapi,
Muhammad tinggal di kampung Bani Sa’d bersama Halimah hingga lima tahun. Tidak
lain, itu karena ‘keinginan’ Halimah agar Muhammad yang membawa berkah selalu
ada di dekatnya.
Namun, semangat dan
keinginan Halimah untuk terus mengasuh Muhammad tiba-tiba padam. Halimah
akhirnya menyerahkan Muhammad kepada Aminah setelah mengasuhnya selama lima
tahun. Hal itu membuat Aminah terkaget-kaget. Apa sebetulnya yang membuat
Halimah sampai rela hati berhenti mengasuh Muhammad kecil? Bukan kah
sebelum-sebelumnya ia terus meminta izin agar bisa lebih lama lagi mengasuh
Muhammad.
Dalam bukunya
Sahabat-sahabat Cilik Rasulullah, Nizar Abazhah mengungkapkan bahwa ada
peristiwa aneh yang terjadi pada Muhammad yang membuat Halimah berhenti
mengasuhnya. Diceritakan bahwa suatu ketika Muhammad bermain dengan
teman-temannya yang lain. Tiba-tiba ada dua orang berpakaian putih yang
menghampiri Muhammad. Kedua orang tersebut membelah dada Muhammad dan
membersihkannya.
Teman-teman
se-permainan Muhammad lari terbirit-birit. Mereka mengadu kepada orang tuanya
perihal apa yang terjadi pada Muhammad. Lalu, orang tua mereka dan Halimah
mendatangi tempat dimana Muhammad berada. Ketika sampai di tempat Muhammad,
Halimah langsung memeluk erat tubuh anak asuhnya yang menggigil ketakutan dan
wajahnya yang pucat.
Muhammad menceritakan
apa yang terjadi kepadanya semuanya setelah Halimah menanyainya. Halimah
akhirnya mengembalikan Muhammad kepada ibundanya, Aminah, usai kejadian itu.
Sebuah ‘Kejadian aneh’ yang membuat Halimah takjub dan terkejut, tapi tidak
dengan Aminah. Sedari awal, Aminah tahu kalau anaknya istimewa, tidak seperti
anak-anak yang lainnya. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar