Larangan Mengobral Sumpah
dalam Pembicaraan
Dengan maksud meyakinkan lawan bicara, kadang
kita temukan seseorang tak segan mengeluarkan pernyataan yang disertai sumpah.
Bahkan sebagian orang mungkin menjadikannya sebagai bagian dari kebiasaan dalam
berbicara.
Perlu diketahui, terlalu sering bersumpah dan
berjanji adalah sesuatu yang tidak baik, meski kita adalah seorang yang jujur
dan selalu menepati janji. Sebagaimana dijelaskan al-Muhasibi dalam kitabnya
Risâlah al-Mustarsyidin:
وَلَا
تُكْثِرُ الْأَيْمَانَ وَإِنْ كُنْتَ صَادِقًا
“Dan janganlah sering bersumpah meskipun
engkau benar.” (Imam al-Harits al-Muhasibi, Risalah al-Mustarsyidin, Dar
el-Salam, halaman 136)
Nasihat imam al-Muhasibi di atas perlu kita
pegangi dan jadikan rambu dalam berkata-kata, jangan sampai lisan ini mudah
untuk mengucapkan sumpah. Kecuali dalam keadaan genting, misal sedang dalam
proses hukum di pengadilan, dan keadaan lainnya yang bersifat darurat.
Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah memeberi
tambahan penjelasan atas nasihat Imam al-Muhasibi di atas. Beliau mengutip
suatu perkataan:
علامة
الكاذب جوده بيمينه من غير مستحلف له
“Alamat seorang pembohong adalah kegemarannya
mengobral sumpah tanpa diminta.” (Imam al-Harits al-Muhasibi, Risalah
al-Mustarsyidin, Dar el-Salam, halaman 136)
Terdapat sebuah hadits dhaif yang berkaitan
dengan hal ini. Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitabnya at-Târîkh dan
juga al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak:
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الحَلِفُ حِنْثٌ أَوْ نَدَمٌ
“Dari Ibnu Umar RA, beliau berkata:
Rasulullah SAW bersabda: ‘Sumpah itu adalah dosa atau penyesalan’.”
Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah menerangkan
alasan mengapa sumpah berimplikasi kepada dua akibat, yakni berdosa atau
menyesal. Karena orang yang bersumpah, jika dirinya tak dapat memenuhi
sumpahnya maka ia akan berdosa. Kedua, jika ia bersumpah atau berjanji, maka ia
sama saja membatasi dirinya dari sesuatu yang ia janjikan, entah berupa janji
melakukan sesuatu ataupun untuk tidak melakukan sesuatu, dan barangkali akan
menjadikan hatinya menyesal terhadap janji atau sumpah yang ia utarakan.
Maka hak seorang Muslim kepada Muslim yang
lainnya, yaitu menghindari diri dari seringnya bersumpah. Lantas bagaimana jika
kita termasuk orang yang sering terpleset mengucap janji atau sumpah?
Syekh Abu Ghuddah memberikan solusi, jika
terlalu sering mengucap sumpah sebab lupa, supaya mengiringinya dengan lafaz
“InsyaAllah.” Karena dengan begitu dapat menjaga keselamatan janji dan
sumpahnya.
Semoga kita dihindarkan dari sifat mudah
bersumpah dan berjanji, apalagi sampai mengingkarinya. Amiin. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar