Rabu, 23 Oktober 2019

(Ngaji of the Day) Larangan Mengobral Sumpah dalam Pembicaraan


Larangan Mengobral Sumpah dalam Pembicaraan

Dengan maksud meyakinkan lawan bicara, kadang kita temukan seseorang tak segan mengeluarkan pernyataan yang disertai sumpah. Bahkan sebagian orang mungkin menjadikannya sebagai bagian dari kebiasaan dalam berbicara. 

Perlu diketahui, terlalu sering bersumpah dan berjanji adalah sesuatu yang tidak baik, meski kita adalah seorang yang jujur dan selalu menepati janji. Sebagaimana dijelaskan al-Muhasibi dalam kitabnya Risâlah al-Mustarsyidin:

وَلَا تُكْثِرُ الْأَيْمَانَ وَإِنْ كُنْتَ صَادِقًا

“Dan janganlah sering bersumpah meskipun engkau benar.” (Imam al-Harits al-Muhasibi, Risalah al-Mustarsyidin, Dar el-Salam, halaman 136)

Nasihat imam al-Muhasibi di atas perlu kita pegangi dan jadikan rambu dalam berkata-kata, jangan sampai lisan ini mudah untuk mengucapkan sumpah. Kecuali dalam keadaan genting, misal sedang dalam proses hukum di pengadilan, dan keadaan lainnya yang bersifat darurat.

Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah memeberi tambahan penjelasan atas nasihat Imam al-Muhasibi di atas. Beliau mengutip suatu perkataan:

علامة الكاذب جوده بيمينه من غير مستحلف له

“Alamat seorang pembohong adalah kegemarannya mengobral sumpah tanpa diminta.” (Imam al-Harits al-Muhasibi, Risalah al-Mustarsyidin, Dar el-Salam, halaman 136)

Terdapat sebuah hadits dhaif yang berkaitan dengan hal ini. Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitabnya at-Târîkh dan juga al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الحَلِفُ حِنْثٌ أَوْ نَدَمٌ

“Dari Ibnu Umar RA, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda: ‘Sumpah itu adalah dosa atau penyesalan’.”

Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah menerangkan alasan mengapa sumpah berimplikasi kepada dua akibat, yakni berdosa atau menyesal. Karena orang yang bersumpah, jika dirinya tak dapat memenuhi sumpahnya maka ia akan berdosa. Kedua, jika ia bersumpah atau berjanji, maka ia sama saja membatasi dirinya dari sesuatu yang ia janjikan, entah berupa janji melakukan sesuatu ataupun untuk tidak melakukan sesuatu, dan barangkali akan menjadikan hatinya menyesal terhadap janji atau sumpah yang ia utarakan.

Maka hak seorang Muslim kepada Muslim yang lainnya, yaitu menghindari diri dari seringnya bersumpah. Lantas bagaimana jika kita termasuk orang yang sering terpleset mengucap janji atau sumpah?

Syekh Abu Ghuddah memberikan solusi, jika terlalu sering mengucap sumpah sebab lupa, supaya mengiringinya dengan lafaz “InsyaAllah.” Karena dengan begitu dapat menjaga keselamatan janji dan sumpahnya.

Semoga kita dihindarkan dari sifat mudah bersumpah dan berjanji, apalagi sampai mengingkarinya. Amiin. []

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar