Senin, 21 Oktober 2019

(Buku of the Day) Islam yang Saya Anut: Dasar-dasar Ajaran Islam


Memahami Pokok Ajaran Islam: Belajar dari Quraish Shihab


Judul                : Islam yang Saya Anut: Dasar-dasar Ajaran Islam
Penulis             : M. Quraish Shihab
Penerbit            : Penerbit Lentera Hati
Cetakan            : Ketiga, 2018
Tebal                : x + 338 halaman
ISBN                 : 978-602-7720-74-9
Peresensi          : Faris Maulana Akbar, Pegiat Komunitas Saung Ciputat, Tangerang Selatan, Banten

Akhir-akhir ini isu agama sering diangkat dan diperbincangkan bukan hanya oleh kalangan masyarakat kampung yang identik dengan rutinitas budaya ritual dan spiritualnya, namun juga oleh para kalangan elit yang identik dengan popularitas dan ambisi politiknya. Dalam menyikapi fenomena ini, di satu sisi umat muslim patut bersyukur karena pada kenyataannya Islam sudah berkembang dan diterima oleh hampir semua lapisan masyarakat.

Namun, di sisi lain, mereka juga patut prihatin atas isu-isu negatif yang kerap kali dilekatkan pada ajaran Islam seperti intoleran, fanatisme, radikalisme, anarkisme, dan terorisme. Apalagi setelah selama hiruk pikuk politik beberapa bulan terakhir ini, umat Islam ditampilkan seperti sedang ‘berperang’ melawan saudaranya sendiri, maka semakin melekatlah cap-cap negatif tersebut.

Menanggapi situasi di atas, banyak ulama dan dai Indonesia tampil untuk mengetengahkan permasalahan umat yang sedang terjadi sekaligus meluruskan pandangan negatif terhadap Islam. Sebut saja Gus Mus, Gus Baha, Gus Muwafiq, Gus Miftah, Ustadz Abdul Somad, Ustadz Adi Hidayat, dan dai-dai kondang lainnya tak terkecuali sekaliber Prof Dr M. Quraish Shihab, penulis buku yang sedang dibahas dalam tulisan ini. Sebagai cendekiawan Muslim, selain mengisi pengajian umum, mufassir kebanggaan Indonesia tersebut memberikan kontribusinya dalam mengayomi umat dengan menulis sebuah buku yang membahas dasar-dasar pokok ajaran Islam berjudul Islam yang Saya Anut: Dasar-Dasar Pokok Ajaran Islam.

Umum diketahui, sebuah teks tidak lahir dari rahim kekosongan. Setiap teks mempunyai konteks yang melahirkannya. Buku ini lahir dalam konteks di mana Islam marak dipertanyakan oleh banyak orang awam. Ketika Islam mulai diterima oleh khayalak, dan mereka pun tertarik untuk mendalami ajaran Islam, kondisi masyarakat Muslim yang tampil 'tidak akur' mungkin saja memberi kesan yang buruk.

Mereka acapkali disuguhkan berita mengenai sikap sebagian kelompok muslim yang merasa paling benar sendiri dan menganggap kelompok lain –yang kadang juga merasapaling benar-salah bahkan sampai berani mengkafirkan masyarakat yang tidak sepaham dengan mereka. Kondisi ini kemudian memicu munculnya pertanyaan besar di benak mereka, seperti inikah ajaran Islam?

Sesuai dengan judulnya, dalam buku ini Quraish Shihab mencoba merangkum ajaran-ajaran pokok Islam yang menjadi fondasi dasar keberagamaan umat muslim. Dimulai dengan pengantar tentang asal muasal keragaman pendapat dalam Islam, sejarah dan pengertian agama, dan manusia serta evolusinya, penulis mengajak pembaca menelusuri sejarah untuk memahami konteks beragama saat ini. Hal tersebut penting agar pembaca tidak ahistoris terhadap kondisi keragaman beragama umat manusia masa kini, terutama umat muslim yang menjadi objek buku ini. Tiga bahasan penting tersebut menjadi latar penulis untuk memberikan penjelasan mengenai ajaran-ajaran pokok Islam.

Sama seperti buku-buku ajar Islam pada umumnya, Quraish Shihab menjadikan aqidah, syariah, dan akhlak sebagai bahasan utama. Pembahasan tema-tema tersebut diuraikan secara gamblang mulai dari hal umum –seperti rukun iman dan islam- hingga mengerucut pada hal-hal khusus –terkait berbagai macam rincian pengamalan dari yang umum tadi- termasuk yang dianut oleh penulis. Tak hanya itu, dalam pemaparannya, Quraish Shihab tak segan memberikan dalil naqli (al-Qur’an, Hadis, ijma’, dan qiyas) dan ‘aqli (rasional) terkait apa dan mengapa ia menganut aliran tertentu. Dengan begitu, penulis telah memetakan posisinya dalam pengamalan agama agar dimaklumi oleh pembaca.

Melalui buku ini, Quraish Shihab tampaknya ingin memberi pengertian pada khalayak umum, bahwa apa yang telah dipilihnya bukan berarti harus diikuti oleh orang lain. Dalam Islam, perbedaan dalam mengamalkan rincian agama Islam adalah hal lumrah. Sejak dulu, perbedaan pendapat antar ulama sering terjadi. Bahkan, perbedaan bisa juga terjadi antara dua orang nabi yang hidup semasa dan di lokasi yang sama dengan kasus yang sama. Selain faktor internal dari pemahaman atas teks al-Qur’an dan Hadis, ada beberapa faktor eksternal seperti kebiasaan suatu masyarakat yang tidak bertentangan dengan tuntunan agama yang bersifat pasti (qath’i), perkembangan ilmu pengetahuan dan kondisi sosial masyarakat, serta kecenderungan pribadi masing-masingmenjadi alasan penting untuk memahami perbedaan (hlm. 4).

Toh, pada akhirnya yang paling penting adalah saling menghargai pendapat. Pendapat-pendapat tersebut sama-sama berpotensi salah dan benar. “Pendapat kami benar, tapi mengandung kemungkinan salah; pendapat yang berbeda dengan kami salah, tapi mengandung kemungkinan benar.” (hlm. 21)

Selain itu, Quraish Shihab juga menekankan bahwa dalam pengaplikasian ajarannya, Islam mengedepankan akhlak. Dalam hal ini, ia mengartikulasikan term akhlak sebagai sopan santun. Hal inilah yang perlu diacuhkan, dicamkan, dan dipraktikkan oleh umat Muslim dewasa ini. “Kita dapat berkata bahwa akhlak dan sopan santun yang diajarkan Islam mencakup sekian banyak nilai luhur yang hendaknya menghiasi kepribadian Muslim. Nilai-nilai ini disebut secara jelas dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW, di antaranya ketulusan, rahmat dan kasih sayang, amanat, kejujuran, kesungguhan, lapang dada dan toleransi, sabar, rasa malu, harga diri/kemuliaan, menghargai waktu, dan lain-lain.” (hlm. 305)

Menilik pernyataan di atas, tampak sekali bahwa Quraish Shihab ingin mengingatkan umat muslim akan jati dirinya yang seharusnya berjiwa dan bertindak secara positif. Di sisi lain, ia juga menegaskan kepada para pembaca bahwa Islam tidak pernah sekalipun mengajarkan nilai-nilai yang negatif. Islam adalah agama yang damai, indah, dan santun. Dengan demikian, maka tertolaklah anggapan negatif yang dikaitkan dengan ajaran Islam selama ini. Kalau pun masih ada cibiran atas nama Islam, adalah tugas umat Muslim mengintrospeksi dirinya sendiri. Seberapa baik ia mengamalkan ajaran agamanya?

Pada akhirnya, buku ini sangat mencerahkan dan patut dibaca oleh mereka yang ingin mengenal Islam lebih dalam. Membaca buku ini seperti mengingat kembali pelajaran-pelajaran dari kitab kuning yang dulu pernah disampaikan oleh guru-guru madrasah dan kiai-kiai pesantren. Hanya saja, buku ini lebih sederhana namun isinya cukup mengena. Meminjam perumpamaan salah satu dai kondang, Gus Muwafiq, isi buku ini ibarat nasi yang tinggal disantap.Tak perlu susah payah menggiling padi dan memasak berasnya. Semuanya sudah diolah oleh Quraish Shihab, yang ‘alim dan tak perlu diragukan lagi kapasitas keilmuannya.

Mari kita nikmati saja sajian dari ahlinya. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan berkah. Tentunya, demi persatuan umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar