Bolehkah Menggabungkan
Mandi Janabah dan Mandi Jumat?
Salah satu adab yang dianjurkan Nabi di hari
Jumat adalah mandi Jumat. Anjuran mandi Jumat tidak hanya bagi laki-laki, namun
juga bagi perempuan yang berniat menjalankan Jumat. Dalam sebuah hadits, Nabi
bersabda:
مَنْ
أَتَى الْجُمُعَةَ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ النِّسَاءِ فَلْيَغْتَسِلْ وَمَنْ لَمْ
يَأْتِهَا فَلَيْسَ عَلَيْهِ غُسْلٌ
“Barangsiapa dari laki-laki dan perempuan
yang menghendaki Jumat, maka mandilah. Barangsiapa yang tidak berniat menghadiri
Jumat, maka tidak ada anjuran mandi baginya.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu
Hibban).
Waktu pelaksanaan mandi Jumat dimulai sejak
terbit fajar Shadiq sampai pelaksanaan Jumat. Lebih utama dilakukan menjelang
keberangkatan menuju tempat shalat Jumat. Mandi Jumat juga bisa diqadla’
pelaksanaannya bila terlewat dari waktunya.
Persoalan muncul saat pagi hari Jumat janabah
menghampiri. Mimpi basah atau melakukan hubungan suami istri menyebabkan
seseorang wajib mandi janabah. Pertanyaannya kemudian, bolehkan niat mandi
janabah dibarengkan dengan mandi Jumat? Apakah mendapat pahala keduanya?
Ulama di kalangan mazhab Syafi’i berbeda
pendapat dalam masalah ini. Sebagian ulama berpendapat, hukumnya tidak sah,
baik janabah atau mandi Jumatnya. Pendapat ini dipilih oleh Syekh Abu Sahl
al-Sha’luki. Menurut versi ini, mandi janabah dan mandi Jumat harus
dilaksanakan sendiri-sendiri. Sehingga dalam pelaksanaannya dibutuhkan dua kali
mandi, mandi janabah dan mandi jumat. Tidak ada ketentuan mana yang harus
didahulukan.
Sementara menurut mayoritas ulama, hukumnya
boleh dan sah. Satu kali mandi dengan dua niat sekaligus, mandi janabah dan
mandi Jumat, menurut pendapat ini diperbolehkan dan dapat hasil dua pahala.
Syekh al-Imam Syarafuddin Yahya al-Nawawi
mengatakan:
ولو
نوى بغسله غسل الجنابة والجمعة حصلا جميعا هذا هو الصحيح وبه قطع المصنف في باب
هيئة الجمعة والجمهور وحكي الخراسانيون وجها انه لا يحصل واحد منهما: قال امام
الحرمين هذا الوجه حكاه أبو علي وهو بعيد قال ولم أره لغيره وحكاه المتولي عن
اختيار ابي سهل الصعلوكي
“Apabila berniat mandi janabah dan mandi
Jumat, maka keduanya hasil semua. Ini adalah pendapat al-Shahih dan ditegaskan
oleh sang pengarang dalam bab tata cara Jumat, demikian pula ditegaskan oleh
mayoritas ulama. Dan ulama Khurasan menceritakan satu pendapat bahwa tidak
hasil keduanya. Al-Imam al-Haramain berkata, ini adalah pendapat yang
diceritakan oleh Imam Abu Ali, ini adalah pendapat yang jauh dari kebenaran,
aku tidak pernah mengetahui selain dari kutipan Abu Ali ini. Pendapat ini juga
dikutip al-Imam al-Mutawalli dari pendapat yang dipilih oleh Imam Abu Sahl
al-Sha’luki. (Al-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz 1, hal. 368).
Bila melihat pertimbangan keutamaan, mandi
janabah dan jumat sebaiknya diniati dan dilakukan sendiri-sendiri, untuk
menghindari pendapat yang tidak mengesahkan diniati secara bersamaan. Sesuai dengan
kaidah fiqih:
الخروج
من الخلاف مستحب
“Keluar dari perbedaan ulama adalah sunah.”
Ketika dilakukan sendiri-sendiri, para ashab
menegaskan yang lebih utama adalah melakukan mandi janabah terlebih dahulu
kemudian disusul mandi Jumat.
Syekh Zainuddin al-Malibari menegaskan:
ـ
( فرع ) لو اغتسل لجنابة ونحو جمعة بنيتهما حصلا وإن كان الأفضل إفراد كل بغسل
“Cabangan permasalahan. Apabila seseorang
mandi janabah dan semisal mandi Jumat dengan diniati keduanya, maka hasil
keduanya, meski yang lebih utama adalah menyendirikan masing-masing mandi
tersebut. (Syekh Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu’in Hamisy Hasyiyah I’anah
al-Thalibin, juz 1, hal. 79).
Syekh Abu Bakr bin Syatha memberi komentar
referensi di atas dalam keterangannya sebagai berikut:
ـ
(قوله حصلا) أي حصل
غسلهما كما لو نوى الفرض وتحية المسجد ( قوله وإن كان الأفضل إلخ ) غاية
للحصول وقوله إفراد كل بغسل قال ع ش قال في البحر والأكمل أن يغتسل للجنابة
ثم للجمعة ذكره أصحابنا اه عميرة اه
“Ucapan Syekh Zainuddin, maka hasil keduanya,
maksudnya hasil kedua mandi itu sebagaimana permasalahan niat shalat fardlu
sekaligus niat tahiyyatul masjid. Ucapan Syekh Zainuddin, meski yang lebih
utama adalah menyendirikan masing-masing, ini adalah puncak keabsahan. Syekh
Ali Syibramalisi berkata, al-Imam al-Rauyani berkata, yang lebih sempurna
adalah mandi janabah terlebih dahulu kemudian mandi Jumat. Demikian disebutkan
oleh para ashab. (Syekh Abu Bakr bin Syatha, Hasyiyah I’anah al-Thalibin, juz
1, hal. 79)
Demikianlah penjelasan mengenai hukum mandi
janabah dilakukan bersamaan dengan mandi Jumat. Semoga bermanfaat dan bisa
dipahami dengan baik. Wallahu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar