KHUTBAH IDUL FITRI
Mari Perkuat Persaudaraan dan Perdamaian!
Khutbah I
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
الله
اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله
اكبر الله اكبركبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا. لا اله الا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد
الحمد
لله أَنْعَمَنَا بِخَتْمِ رَمَضَان الكَرام، وأَعَادَ عَلينا بعِيدِ الفِطْرِ
العظام، اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له، شها دة تنجي قا ئلها من عذاب
اخر الايام.
واشهد
ان محمدا عبده ورسوله، الذي نال رسول الختام.
اللهم
صل وسلم وبا رك على سيدنا محمد حاء الرحمة وميم الملك ودال الدوام، وعلى اله وصحبه
وسلم.
الله
اكبر الله اكبر ولله الحمد.
فيا
معاشر المسلمين رحمكم الله، اتقو الله واعلموا ان يومكم هذا يوم عيد وسرور.
Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,
Marilah dalam kesempatan mengawali bulan
Syawal 1440 H/2019 M ini, kita bersama-sama meningkatkan takwa kita kepada
Allah ﷻ dengan senantiasa
melaksanakan segala perintahnya dan berusaha secara maksimal meninggalkan
segala larangan-Nya. Dengan bekal takwa inilah, semoga kelak kita menjadi
penghuni surga, amin ya rabbal ‘alamin.
Rasa sedih pagi ini kita sangat terasa dengan
perginya bulan Ramadhan. Begitu pula rasa bahagia itu hadir karena Allah masih
memberikan kita umur panjang sehingga mampu menyelesaikan ibadah selama
Ramadhan hingga menjumpai malam lailatul qadr. Hadirnya bulan Syawal kali ini
tentunya menjadi sebuah renungan bagi kita agar semangat ibadah Ramadhan tidak
hilang.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar,
Suasana kebatinan setiap kali Syawal hadir
adalah kegembiraan, kebersamaan, kekeluargaan dan kepedulian. Empat hal itu
menyatu menjadi pelajaran kehidupan sosial yang secara otomatis hadir saat
Ramadhan meninggalkan kita semua. Sebab Idul Fitri kali ini menjadi identitas
kemenangan umat Islam setelah berhasil lulus dari ujian pengekangan hawa
nafsu.
Maka wajar sekali jika umat Islam merasa
bergembira. Setelah itu, umat Islam menjalin kebersamaan dalam suasana
kefitrian atau kesucian diri dan kemudian berkumpul bersama keluarga. Di situlah
lahir suasana kekeluargaan yang sangat akrab. Berdasar pada pola semangat
beridul fitri juga lahir jiwa kepedulian karena sebelumnya umat Islam
diwajibkan menunaikan zakat fitrah—sebagai amalan kepedulian sosial.
Allah ﷻ telah memberikan
peringatan yang cukup tegas dalam Surat al-Hujurat ayat 10, sebagaimana
berikut:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: “Orang-orang beriman itu
sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”
(QS Al Hujurat: 10)
Dalam Tafsir Fathul Qadir, Imam Asy
Syaukani menjelaskan bahwa ayat ini menjadi penegasan pentingnya hidup damai
yang dititikberatkan pada asal usul keimanan. Jika pun ada perselisihan, maka
harus dicari solusi terbaik mendamaikan keduanya. Jangan sampai ada darah yang
mengalir atau pembunuhan, sebab orang Islam membunuh orang Islam itu dihukumi
kafir.
Imam Fahruddin Ar Razi dalam Tafsir
Mafatihul Ghaib juga memberikan penjelasan bahwa ayat di atas sebagai
penyempurna atas petunjuk kehidupan damai. Yang paling utama dalam hidup adalah
persaudaraan, bukan dengan saling membunuh dan perang. Sebab awal mula dari
perang adalah fitnah dan tidak saling memahami perbedaan. Maka kehidupan damai
itu menjadi sebuah jalan hidup yang paling baik.
Untuk dapat meraih persaudaraan dan
perdamaian, dibutuhkan jiwa takwa. Melatih takwa selama bulan Ramadhan kemarin
seakan sangat mudah. Dan hari ini tugas kita ditinggal Ramadhan adalah dengan
tetap mempertahankan pola hidup penuh takwa itu.
Dalam kitab Taisirul Khallaq fi Ilmil
Akhlaq disebutkan ada empat hal yang dapat menjadikan landasan hidup takwa:
menjadi hamba Allah yang tidak sombong, menetapkan ihsandalam kehidupan,
mengingat kematian dan selalu beramal baik. Maka bagi orang yang bertakwa
sangat mudah baginya berbagi kasih sayang dan menebar rasa persaudaraan.
Buah dari takwa, di dunia akan menjadi hamba
Allah yang menerima ketetapan Allah, selalu mengingat Allah, berjiwa baik dan
berusaha memanusiakan manusia dengan kasih sayang. Sebab takwa yang dimilikinya
akan mudah mendorong memuliakan anak kecil dan menghormati orang dewasa. Bekal
takwa juga ikut mengetahui posisinya sebagai orang yang berakal (‘aqil) yang harus
mengedepankan kebaikan dan kebijaksanaan.
Sedangkan buah dari takwa di akhirat kelak
akan selamat dari siksa api neraka dan bahagia hidup di surga dengan penuh
kemuliaan, sebagaimana firman Allah ﷻ Surat An Nahl ayat
128:
إِنَّ
اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَالَّذِينَ هُم مُحْسِنُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS an-Nahl:
128)
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar,
Hikmah dari hari raya Idul Fitri ini tentunya
dapat dijadikan sebuah ‘ibrah bersama tentang pentingnya persaudaraan. Saat
takbir berkumandang, manusia sadar betul bahwa dirinya tidak berdaya. Manusia
mengakui bahwa dirinya maha kecil dan hanya Allah yang Maha Besar. Takbir dapat
menghapus kesombongan dan keangkuhan manusia.
Ketika kesombongan dan keangkuhan itu hilang,
maka sangat mudah untuk saling bermaaf-maafan yang ditujukan untuk menguatkan
rasa cinta dan saling bersaudara. Semua saling ikhlas berjabat tangan dan
memaafkan. Kalau itu dapat dipertahankan, maka kesucian Ramadhan itu akan tetap
terjaga dengan baik.
Jika dihayati secara baik, ada dua pesan
Rasulullah ﷻ kepada Sayyidina Ali karramallahu
wajhah saat bulan suci Ramadhan dan Syawal sebagaimana termaktub dalam
kitab Washiyyatul Musthafa:
Pertama, saat Ramadhan Nabi meminta agar
bepuasa dengan meninggalkan semua keharamannya. Hasilnya adalah surga. Dan
kedua, ketika memasuki bulan Syawal, disunnahkan berpuasa enam hari sebagai
ibadah terusan Ramadhan. Dan hasil dari pahalanya sama dengan puasa selama satu
tahun.
Dua nasihat Rasulullah ﷻ itu mengandung empat
makna yang dapat kita jalankan selama hidup:
Pertama, menghormati bulan
suci Ramadhan dengan amalan shalih. Kedua, tetap menjaga kesucian bulan
Syawal dengan puasa sunnah. Ketiga, selalu beramal shalih setiap saat.
Dan keempat, tidak merubah pola hidup di luar bulan Ramadhan.
Di antara amalan-amalan yang perlu
dipertahankan setelah Ramadhan adalah menjaga persaudaraan yang oleh masyarakat
Indonesia disebut dengan silaturahim. Banyak ragam acara yang bisa memperkuat
tali silaturahim, misalnya: mudik (pulang kampung), berkunjung ke rumah
keluarga, halal bi halal, reuni, sedekah, selametan, dan lain-lain.
Pentingnya silaturahim ini diabadikan oleh
Rasulullah ﷻ dalah haditsnya:
من
كان يؤمن بالله واليوم الآخر فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
وَمَنْ
كانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ والْيوم الآخِر فَلْيصلْ رَحِمَهُ
وَمَنْ
كانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ والْيوم الآخِر فليقل خيراً أوْ لِيَصْمُتْ
Dari hadits itu dapat diambil pelajaran bahwa
untuk menjadi hamba Allah yang beriman membutuhkan tiga komitmen hidup:
menghormati keluarga, menyambung tali silaturrahim dan selalu berbicara baik
(atau lebih baik diam).
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar,
Dalam rangka menguatkan hidup saling
bersaudara, Islam mengingatkan sebuah metode kehidupan sosial dengan
menghormati lingkar masyarakat terdekat, yaitu tetangga. Jika bulan Syawal
seperti ini, sudah tentu meminta maaf dan saling memberi maaf terpenting adalah
kepada tetangga. Kemudian dilanjutkan dengan menyambung persaudaraan kepada
semua lapisan masyarakat.
Dan indahnya, pesan Rasulullah ﷻ ditambahkan dengan
perlunya menjaga lisan agar selalu bertutur kata yang baik, agar tidak membuat
orang lain sakit hati. Ini senada dengan sebuah pesan akhlaq:
سَلَامَةُ
اْلإنْسَانِ فِي حِفْظِ اللِّسَانِ
Artinya: “Keselamatan seseorang itu ada pada
lisannya”
Maka doa Nabi Ibrahim meminta pada Allah agar
terjaga dari tutur kata yang baik—agar membuat orang semakin hidup sempurna,
sebagai berikut:
وَاجْعَلْ
لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ
Artinya: “Dan jadikanlah aku buah tutur yang
baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.” (QS. Asy Syu’ara’: 84)
Begitu pentingnya lisan manusia sebagai modal
penguatan persaudaraan. Dan hari ini lisan tidak hanya dimaknai mulut manusia
saja, tetapi bisa luas menjadi informasi media sosial. Jangan sampai membuat/
menyebarkan berita hoaks karena itu juga bagian dari kejahatan lisan.
Dan jangan sampai umat Islam menjadi agen
pemutus tali persaudaraan yang secara tegas dilarang oleh Rasulullah ﷻ. Penegasan bahaya memutus silaturahim ini juga ditulis oleh
Syaikh Zainuddin Al Malibari dalam kitab Irsyadul ‘Ibad.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar,
Di akhir khutbah ini, perlu kita renungkan
dua ayat yang menjadi penanda penyambutan ‘idul fitri, yakni:
وَلِتُكْمِلُوا
الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ
Artinya: “Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185)
قَدْ
أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang
yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia
sembahyang (hari raya)” (QS. Al A’la: 14 – 15)
Allah ﷻ memberikan dorongan
kepada umat Islam agar selalu mengingat kebesaran Allah dengan bertakbir khusus
menyambut ‘idul fitri dan ‘idul adha. Orang bisa merasakan hakikat takbir jika
sudah mendapat hidayah dari Allah—sebagaimana penjelasan Ibnu Jarir At-Thabari
dalam Tafir Jami’ul Bayan.
Di sisi lain, hari raya umat Islam juga
disambut dengan shalat ‘id yang didahului dengan membersihkan diri dari
perbuatan tercela, mengikuti Nabi Muhammad dan melaksanakan zakat
harta—sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsir dalam Tafsir Al Qur’anil Adzim.
Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,
Berbekal intisari dari kalimat takbir dan
amal baik inilah, penguatan hidup dengan saling bersaudara akan mudah terwujud.
Indonesia hari ini butuh persaudaraan sejati yang dimulai dari lingkup tetangga
hingga bernegara. Dunia juga butuh persaudaraan dan perdamaian.
Umat Islam perlu menjadi duta-duta damai
setelah sukses dari ujian Ramadhan. Bulan Syawal juga menjadi waktu yang tepat
untuk mengawali perbaikan diri kita agar semakin bertakwa dan baik terhadap
sesama manusia. Amin.
Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,
Demikian khutbah singkat ini kami sampaikan.
Dengan semangat ‘idul fitri, mari kita tetap teguhkan bahwa hari-hari kita
tetap terasa keramadhanannya. Dan mari kita isi, 11 bulan ke depan dengan empat
hal: rajin bershadaqah, rajib berpuasa sunnah, selalu berbuat baik dan cinta
bangsa dengan kerukunan dan persatuan.
جَعَلَنَا
اللهُ وَإيَّاكُم مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ وَالمَقْبُوْلِيْنَ كُلُّ
عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ آمين
أعُوذُ
بالله من الشيطانِ الرَّجِيم
وسارعوا
الى مغفرة من ربكم وجنة عرضها السموات والارض اعدت للمتقين
وقل
رب اغفر وارحم وانت خير راحمين
Khutbah II
الله
أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا اله الا الله والله أكبر، الله
أكبر ولله الحمد
الحمد
لله الذى وحده صدق وعده واعز جنده وهزم الاحزاب وعده ولا حول ولا قوة الا بالله.
اللهم فصل وسلم على سيدنا محمد صاحب كنز الرحمة وعلى آله وصحبه ومن والاه.
اشهد
ان لا اله الا الله واشهد ان محمدا رسول الله.
اما بعده،
فيا ايها
الحاضرون اتقوا الله، اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون.
قال الله
تعالى فى كتابه الكريم والعصر ان الانسان لفى خسر الا الذين آمنوا وعملوا الصالحات
وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
اللهم
اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الاحياء منهم والاموات، اللهم اعز
الاسلام والمسلمين واهلك الكفرة والظالمين. اللهم لا تسلط علينا بذنوبنا من لا
يخافك ولا يرحمنا. اللهم اجعل بلدتنا اندونيسيا بلدة طيبة تجرى فيها احكامك
ورسولك، برحمتك يا ارحم
الراحمين.
فيا
عباد الله ان الله يأمر بالعدل والاحسان وايتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر
ولذكر الله أكبر
والسلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
M. Rikza Chamami, Dosen Universitas Islam
Negeri Walisongo; Komisi Pendidikan Majelis Ulama Indonesia Kota Semarang;
Wakil Sekretaris PW GP Ansor Jawa Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar