Senin, 13 Mei 2019

(Buku of the Day) Berpikir Positif Agar Allah Selalu Menolongmu


Belajar Berbaik Sangka kepada Allah


Judul                : Berpikir Positif Agar Allah Selalu Menolongmu 
Penulis             : Didi Junaedi
Penerbit            : PT Qaf Media Kreativa
Cetakan            : 1, 2017
ISBN                 : 978-602-602-244-4-2
Tebal                : 268 Halaman
Peresensi          : Muhammad Faiz As, Santri pegiat literasi yang bermukim di Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Selatan, Guluk-guluk, Sumenep.

Ibarat ombak di lautan yang beriak tenang kadang pula bergelombang, begitulah kehidupan manusia. Dinamika kehidupan kita sebagai manusia tak mungkin lepas dari beragam ujian Allah  SWT, entah berupa kesusahan, kegagalan, kemiskinan, pun kekayaan dan kesenangan. Hadirnya ujian-ujian tersebut menjadi barometer keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah.

Sebagaimana Firman-Nya: “Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa yang lebih baik amalnya di antara kamu” (QS Al-Mulk: 2]. Semakin kita sabar dan lapang dada dalam menghadapi ujian, semakin tinggi pula derajat kita di hadapan-Nya. Sebaliknya, ketika kita hanya berpangku tangan, berputus asa, dan merutuki keadaan, semakin rendah pula derajat kita di sisi-Nya. Semua ditentukan oleh bagaimana sudut pandang pikiran kita saat menghadapinya.

Terbitnya buku dengan judul Berpikir Positif Agar Allah Selalu Menolongmu ini, dapat menjadi media bagi kita untuk belajar memandang setiap ujian dan cobaan Allah dari kacamata berpikir positif. Melalui buah tangannya ini, Didi Junaedi mendedah signifikansi pikiran dalam mengarahkan setiap tingkah laku kita. Utamanya ketika kita berhadapan dengan berbagai persolan pelik dalam hidup, kita dituntut bijaksana dalam menyelesaikannya.

“A person limited only by the thoughts that the chooses (seseorang di batasi oleh pemikiran-pemikiran yang ia pilih sendiri)”, statement James Allen yang dinukil dalam buku ini memang benar adanya. Seseorang yang senantiasa memenuhi pikirannya dengan pikiran-pikiran negatif, hakikatnya telah membatasi dirinya untuk hanya berpikir negatif saja. Berbeda dengan orang yang selalu berpikir positif, pastilah hal-hal positif yang menghiasi hari-harinya (halaman 4).

Sebagai manusia yang dhaif, seringkali kita tidak mampu mengendalikan sikap serta pikiran kita tatkala ditimpa ujian Allah. Sebab, kita terbawa oleh arus situasi dan kondisi yang terjadi. Semisal ketika kita mendapat limpahan nikmat dan bergelimang harta, kita malah enggan memanfaatkannya untuk kebaikan, seakan khawatir harta yang kita miliki akan berkurang. Padahal semua nikmat yang kita miliki adalah pemberian Allah untuk menguji kita, apakah kita memanfaatkannya dengan baik atau tidak. 

Pikiran seringkali tertipu oleh tampilan dhahir masalah yang hadir, kita lebih terpaku pada peliknya masalah tersebut dan mengabaikan sisi substansialnya. Jika demikian, alih-alih masalah terselesaikan, kita malah melahirkan masalah yang lebih besar lagi.

Namun, berbeda jika kita menyadari bahwa takdir tuhan yang buruk sekalipun adalah skenario terbaik yang telah Allah gariskan untuk kita, pastilah kita akan menjadi hamba yang laa khaufun alaihim walaa hum yahzanuun. Tak ada rasa takut, putus asa, dan kesedihan ketika kita menghadapi masalah serumit apapun, yang ada hanya optimisme dan keberanian dalam diri kita. 

Melatih diri supaya selau berpikir positif memang tidak semudah membalik telapak tangan. Oleh sebab itu, dalam buku ini telah dijelaskan langkah primordial melatih diri kita untuk senantiasa ber-positive thinking kepada Allah. Bisa karena biasa, begitulah rumus sederhana dalam berusaha. Kita harus mampu menjaga konsistensi dan keistiqamahan kita hingga pikiran positif tersebut dapat terejawantah menjadi tindakan baik dan bijaksana dalam keseharian kita. 

Telah menjadi sunnatullah, bahwa setiap usaha pasti tidak luput dari hambatan yang merintangi. Didi Junaedi pun tidak lupa menguraikan hambatan-hambatan yang acapkali mematahkan ikhtiar kita untuk berpikir positif. Di antaranya: Membirkan kesombongan (takabur), berprasangka buruk (su'udzan), menebar kedengkian (hasad), dan beragam sikap negatif lainnya.

Sikap-sikap tersebut berpotensi mencegah lahirmya pikiran positif dalam diri kita dan biasa kita lakukan secara spontan, baik sadar ataupun tidak. Semua sikap itu harus kita kikis habis sebelum menjadi penyakit kronis dan menghambat input pikiran-pikiran positif dalam diri kita.

Apa yang penulis sajikan dalam buku ini layak untuk kita jadikan problem solving dan instrumen untuk memperbaiki diri kita yang tidak pernah lepas dari konflik lahir dan batin. Buku ini juga bertabur kisah-kisah sarat inspirasi yang disarikan dari kehidupan nabi, para sahabat, hingga pengalaman pribadi penulis serta orang-orang di sekitarnya.

Beberapa kali kita mungkin akan menemukan pengetikan kata yang kurang valid dan benar. Namun kekurangan ini tidak akan menghijab kita yang ingin menjadikan buku ini sebagai jembatan untuk meraih kebahagiaan hakiki di bawah naungan ridha Ilahi. Wallahu a’lam bisshawab. Salam literasi dan Selamat membaca! []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar