Umar bin Abdul-Aziz
dan Lampu Negara
Pada suatu malam,
Khalifah Umar bin Abdul Aziz (62 101 H) sedang asyik bekerja di ruangannya.
Tiba-tiba suara pintu diketuk seseorang.
”Siapa?” tanya
khalifah.
”Saya, putramu!”
"Silakan masuk!”
jawab khalifah sambil memadamkan lampu di dekatnya.
Melihat mangan jadi
gelap gulita, maka terkejutlah si anak itu. Ia mempertanyakannya. Dengan
tersenyum Khalifah Umar bin Abdul-Aziz menjawab, ”Sebab, lampu itu, minyaknya
dibeli dengan uang negara! Sedang urusan yang dibicarakan, adalah urusan
pribadi!”
Di dalam sumber
lain, dalam buku Kisah-kisah dari Tarikh (Endang Basri
Ananda,1977) yang mengetuk pintu itu adalah pembantu khalifah. Ketika Umar
mematikan lampu, ia tak berani bertanya. Namun, menceritakan hal itu kepada
permaisuri, istri khalifah.
Ketika bertemu dengan
khalifah, Sang Permaisuri segera bertanya, ”Mengapa kakanda mematikan Iampu,
sewaktu pembantu kita masuk ke kamar kerja kakanda?”
Dengan tersenyum
Khalifah Umar bin Abdul-Aziz menjawab, ”Sebab, lampu itu. . . minyaknya dibeli
dengan uang negara! Sedang urusan yang dibicarakan, adalah urusan pribadi! ”
'
Khalifah Umar bin
Abdul Aziz memang khalifah yang adil dan bijaksana. Sekalipun hanya memerintah
selama dua setengah tahun (717 720 M), namun karyanya sangat mengagumkan.
Banyak sekali kisah-kisah menarik tentang dirinya.
Oleh sebab itu, dia
sering disebut orang dengan gelar khulafaur rasyidin yang kelima. Padahal
sebenarnya yang termasuk khulafaur rasyidin itu hanya empat orang yaitu:
Khalifah Abu-Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib. Mereka memérintah berganti-ganti selama 29 tahun, sejak Rasulullah
wafat. Tepatnya, dari tahun ll sampai 40 H, atau 632-661M.
Sesudah itu terjadilah
percekcokan antara Bani Umayyah dengan Bani Abbasiyyah selama 59 tahun. Baru
pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, percekcokan itu dapat
diakhiri.
Leluhur Umar bin
Abdul Aziz terhubung kepada salah seorang sahabat utama Nabi Muhammad, yaitu
Umar bin Khatab. Pada masa mudanya ia menimba ilmu kepada sejumlah sahabat dan
kebanyak para tabi'in. []
(Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar