Rabu, 29 Mei 2019

(Ngaji of the Day) Ketika Imam Shalat Id Lupa Baca Takbir Sunah


Ketika Imam Shalat Id Lupa Baca Takbir Sunah

Pertanyaan:

Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Redaksi Bahtsul Masail NU Online, pada shalat id tahun lalu di masjid kami terjadi polemik di tengah jamaah karena imam shalat id lupa membaca takbir sunah. Kelupaan imam ini sempat membuat resah jamaah seisi masjid. Sebenarnya bagaimana kedudukan takbir sunah dalam shalat id berjamaah? Mohon penjelasannya. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Siti Aisyah – Mataram

Jawaban:

Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Pada rekaat pertama shalat id, kita dianjurkan untuk bertakbir sebanyak tujuh kali. Sedangkan pada rekaat kedua, kita dianjurkan membeca lima kali takbir sebagaimana keterangan di Kifayatul Akhyar berikut ini:

ويكبر في الأولى سبع تكبيرات غير تكبيرات الإحرام، وفي الثانية خمسا سوى تكبيرات القيام من السجود؟ روي أنه عليه الصلاة والسلام كان يكبر في الفطر والأضحى في الأولى سبعا قبل القراءة، وفي الثانية خمسا قبل القراءة رواه الترمذي

Artinya, “Seseorang bertakbir sebanyak tujuh kali pada rekaat pertama selain takbiratul ihram, dan lima kali pada rekaat kedua selain takbir berdiri dari sujud. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bertakbir sebanyak tujuh kali sebelum membaca surat pada shalat Idul Fitri dan Idul Adha, dan lima takbir pada rekaat kedua sebelum membaca surat, (HR At-Tirmidzi),” (Lihat Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni, Kifayatul Akhyar, [Beirut, Darul Fikr: 1994 M/1414 H], juz I, halaman 126).

Tempat membaca takbir sunah itu adalah jeda antara doa iftitah dan ta‘awudz. Bila seorang imam sudah mulai membaca Surat Al-Fatihah, maka luputlah kesunahan baca takbir sunah tersebut.

ووقت السبع الفاصل (بين الاستفتاح والتعوذ) فإن فعلها بعد التعوذ حصل أصل السنة لبقاء وقتها بخلاف ما إذا شرع في الفاتحة عمدا أو سهوا أو جهلا بمحله أو شرع إمامه قبل أن يأتي بالتكبير أو يتمه فإنه يفوت ولا يأتي به للتلبس بفرض ولو تداركه بعد الفاتحة سن له إعادتها أو بعد الركوع بأن ارتفع ليأتي به بطلت صلاته إن علم وتعمد

Artinya, “Waktu membaca tujuh takbir adalah jeda antara doa (iftitah dan ta‘awudz [a‘ûdzu billâhi minas syaithânir rajîm] surat Al-Fatihah). Jika seseorang bertakbir setelah ta‘awudz, maka ia dapat keutamaan sunah karena waktunya masih ada. Lain soal bila seseorang sudah masuk ke surat Al-Fatihah sengaja, lupa, atau karena tidak tahu tempatnya, atau imam sudah mulai membaca surat sebelum makmum membaca takbir  atau merampungkannya, maka luputlah kesunahan baca takbir sunah. Seorang makmum tidak perlu membaca takbir ketika itu karena bercampur dengan yang wajib (surat Al-Fatihah). Kalau seseorang menyusul baca takbir setelah surat Al-Fatihah, maka ia dianjurkan untuk mengulang baca Surat Al-Fatihah. Bila baca takbir setelah ruku, yakni bangun i’tidal, maka shalat orang tersebut batal jika ia mengathui dan sengaja,” (Lihat Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Mihajul Qawim, [Surabaya, Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan wa Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 87).

Kifayatul Akhyar menegaskan bahwa ketika seseorang lupa membaca takbir, tetapi sudah masuk ke dalam bacaan surat Al-Fatihah, maka luputlah kesunahan baca takbir sunah tersebut.

ولو نسي التكبيرات وشرع في القراءة فاتت

Artinya, “Sekiranya imam lupa membaca takbir sunah dan sudah masuk ke dalam bacaan surat Al-Fatihah, maka luput kesunahan baca takbir,” (Lihat Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni, Kifayatul Akhyar, [Beirut, Darul Fikr: 1994 M/1414 H], juz I, halaman 126).

Pada prinsipnya, makmum mengikuti apa saja yang dilakukan imam shalat Id. Jika imam tidak membaca takbir, makmum tidak perlu membacanya. Jika imam membaca sebagian saja, makmum cukup membaca takbir sebanyak takbir yang dibaca imam shalat Id.

وفي الثانية خمسا) ويأتي فيها نظير ما تقرر في الأولى والمأموم يوافق إمامه إن كبر ثلاثا أو ستا فلا يزيد عليه ولا ينقص عنه ندبا فيهما ولو ترك إمامه التبكيرات لم يأت بها

Artinya, “(Pada rekaat kedua, takbir sebanyak lima kali) seseorang bertakbir pada rekaat kedua sesuai dengan ketentuan pada rekaat pertama. Sedangkan makmum menyesuaikan dengan imamnya. Jika seorang imam hanya bertakbir tiga atau enam kali, maka makmum tidak boleh menambahkan atau mengurangi jumlah takbir dari jumlah takbir imamnya. Kalau imamnya tidak membaca takbir, maka makmum tidak perlu membacanya,” (Lihat Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Mihajul Qawim, [Surabaya, Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan wa Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 87).

Kami menyarankan makmum tidak perlu resah apalagi menanbih imam yang lupa membaca takbir sunah tersebut. Pasalnya, ketiadaan takbir sunah itu tidak merusak shalat id berjamaah. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kegaduhan perihal lupa baca takbir sunah.

Demikian jawaban singkat kami. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwathih thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.

Alhafiz Kurniawan
Tim Bahtsul Masail NU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar