Tradisi
Unik Ramadhan di Seluruh Dunia
Bagi umat Islam,
Ramadhan adalah bulan istimewa. Bulan dimana umat Nabi Muhammad saw.
menjalankan rukun Islam yang keempat, puasa Ramadhan. Juga bulan dimana
peristiwa-peristiwa penting dalam Islam terjadi seperti turunnya Al-Qur’an
(nuzul Al-Qur’an), perang Badar, pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah), dan
lainnya.
Sebagai bulan
spesial, Muslim di seluruh dunia memiliki berbagai macam perayaan untuk
menyambut atau menandai bulan suci Ramadhan. Perayaan-perayaan tersebut sudah
mengakar sehingga akhirnya menjadi sebuah tradisi.
Dihimpun dari
berbagai macam sumber, berikut adalah beberapa perayaan unik atau tradisi yang
dilakukan Muslim di seluruh dunia saat bulan Ramadhan:
Maroko
Muslim Maroko
menandai fajar dengan musik. Menjelang fajar, masyarakat Muslim Maroko berjalan
menyusuri jalan-jalan sambil meniup nafar –sejenis alat musik seperti terompet-
guna membangunkan saudaranya untuk sahur. Alat ini dipilih masyarakat Muslim
sana karena mereka meyakini suara yang ditimbulkan nafar mengandung kejujuran
dan empati.
Tradisi ini berawal
sejak abad ke-7 Masehi silam ketika salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw.
menyusuri jalan pada saat fajar dengan menyanyikan doa-doa merdu. Pada akhir
bulan Ramadhan, sahabat tersebut mendapatkan imbalan dari masyarakat karena
telah membangunkan yang lainnya untuk sahur.
Mayoritas penduduk
Maroko adalah Muslim. Dari total penduduk Maroko 33,8 juta jiwa, 98,9 persennya
adalah Muslim.
Irak
Setelah berbuka puasa
bersama-sama, Muslim Irak memainkan sebuah permainan tradisional. Mheibes
namanya. Sebagian besar dimainkan oleh pria selama bulan Ramadan, permainan ini
melibatkan dua kelompok yang terdiri dari 40 hingga 250 pemain. Para pemain
bergantian menyembunyikan Mihbes atau cincin. Sementara, lawan harus menebak
dimana cincin tersebut disembunyikan dengan menggunakan bahasa tubuh.
Mereka yang dapat
menebak dengan benar dimana cincin itu disembunyikan, maka dia akan diarak
seperti pahlawan. Sementara mereka yang salah menebak akan diolok-olok.
Mesir
Orang Mesir sangat
bersemangat ketika Ramadhan tiba. Mereka menyambut bulan suci dengan lentera
(fanus) yang berwarna-warni. Bagi mereka, lentera yang sulit dibuat itu
melambangkan melambangkan kesatuan, sukacita sepanjang Ramadhan, serta simbol
harapan untuk menerangi jalan dari kegelapan. Lentera-lentera dengan berbagai
macam bentuk itu digantung di seluruh kota; mulai dari kafe, jalan, depan toko,
dan rumah-rumah.
Ada banyak cerita
tentang sejarah lentera dan Ramadhan di Irak. Salah satunya adalah cerita
tentang Khalifah Fatimiyyah Al-Hakim Bi-Amr Billah. Suatu ketika sang khalifah
memeriksa bulan untuk menandai awal bulan Ramadhan ditemani anak-anak yang
membawa lentera. Pada saat itu, orang-orang senang menunggu sang khalifah
berjalan-jalan di jalan Kairo dengan menggunakan lentera.
Kemudian sang
khalifah terpikat dengan gagasan lentera yang dinyalakan di jalan-jalan. Ia
memerintahkan semua Imam Masjid di Mesir untuk menggantung lentera yang bisa
dinyalakan dengan lilin saat terbenamnya matahari sebagai tanda waktu berbuka
puasa dan untuk mencerahkan jalanan.
Turki
Di Turki juga ada
tradisi membangunkan sahur. Lebih dari dua ribu pemukul drum (drummer) akan
berkeliaran di jalan-jalan Turki menjelang fajar guna membangunkan saudaranya
untuk sahur. Tidak hanya itu, mereka juga memukul drumnya pada saat matahari
terbenam sebagai tanda waktu buka puasa telah tiba.
Baru-baru ini
pemerintah Turki telah memberikan sebuah kartu khusus untuk para pemukul drum
sebagai upaya untuk mengapresiasi mereka. Hal ini juga dimaksudkan untuk
mendorong generasi muda untuk menjaga tradisi ini, terutama di kota-kota
metropolitan.
Pakistan
Setelah berbuka
puasa, perempuan-perempuan Pakistan pergi ke pasar membeli gelang
berwarna-warni dan melukis tangan serta kaki mereka dengan pola yang rumit.
Menyambut wanita Pakistan berduyun-duyun ke pasar, para penjaga toko menghias
toko mereka. Mereka membuka toko-tokonya hingga larut malam.
Indonesia
Masyarakat Muslim
Indonesia juga ada tradisi membangunkan orang untuk sahur. Akan tetapi Muslim
Indonesia tidak menggunakan terompet (nafar) seperti di Maroko atau drum
seperti di Turki. Biasanya Muslim di Indonesia menggunakan peralatan seadanya
–seperti galon air kosong, botol, bambu, dan lainnya- untuk membangunkan sahur.
Pada akhir bulan
Ramadhan atau malam Idul Fitri, masyarakat Muslim Indonesia menggelar takbir
keliling. Biasanya anak-anak, pemuda, hingga orang tua akan berkeliling di
jalan-jalan dengan berjalan kaki, berkendara motor atau mobil bak terbuka
dengan mengumandangkan takbir. Dalam iring-iringan takbir keliling, biasanya
dilengkapi juga dengan lampion atau maskot seperti replika masjid atau sesuatu
yang bertemakan islami lainnya. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar