KHOTBAH JUM'AT
Puasa dan Tiga Kesalehan
Khutbah I
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jamaah Jumat hafidhakumullâh,
Umat Islam sedunia pada saat ini sedang
menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Perintah menjalankan ibadah puasa tidak
hanya terdapat di dalam agama Islam tetapi juga di dalam agama-agama yang
diturunkan sebelumnya, yakni Nasrani dan Yahudi. Perintah puasa dimaksudkan
untuk membentuk pribadi yang bertakwa kepada Allah subhanahu wata‘ala sebagaimana
disebutkan di dalam Al Qur’an, surat Al Baqarah, ayat 183 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas umat-umat sebelum
kamu, agar kamu bertakwa."
Jamaah Jumat hafidhakumullâh,
Ibadah puasa yang dijalankan dengan benar
akan menghasilkan orang-orang yang setidaknya memiliki 3 (tiga) kesalehan
sebagai cerminan dari ketakwaan kepada Allah subhanahu wata‘ala .
Ketiga kesalehan tersebut adalah:
1. Kesalehan Personal
Kesalehan personal adalah kesalehan invidual
yang berupa penghambaan pribadi kepada Allah subhanahu wata‘ala seperti
menjalankan shalat, puasa itu sendiri, dzikir, i’tikaf dalam masjid, tadarus
Al-Qur’an dan sebagainya. Kesalehan seperti ini sesungguhnya lebih mudah
dicapai di bulan Ramadhan karena selama bulan ini Allah mengkondisikan situasi
dan kondisi sedemikian kondusif, seperti memberi reward (penghargaan) kepada
siapa saja atas ibadah yang dilakukannya berupa pahala 70 kali lebih besar dari
pada di luar bulan Ramadhan, sekaligus memberikan punishment (hukuman) yang
lebih berat bagi yang melakukan kemaksiatan. Maka di bulan Ramadhan orang-orang
cenderung meningkatkan ibadahnya dan bersikap hati-hati agar tidak melakukan
kemaksiatan.
Selain pahala, Allah juga menjanjikan
terampuninya dosa-dosa di masa lampau sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu sebagai
berikut:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan
karena dorongan iman dan mengharap (pahala) maka Allah mengampuni dosa-dosanya
yang telah lalu.”
Hadits diatas memberikan jaminan kepada
setiap Muslim tanpa terkecuali, bahwa ibadah puasa yang dijalankan secara benar
yang didasari keimanan bahwa puasa Ramadhan adalah benar-benar kewajiban dari
Allah subhanahu wata‘ala, disertai harapan mendapat pahala dari Allah subhanahu
wata‘ala, tanpa berharap apapun dari manusia, misalnya pujian atau
pemberian sedekah dan zakat atau hadiah Lebaran seperti THR dari orang-orang
tertentu, maka orang tersebut oleh Allah subhanahu wata‘ala akan
diampuni seluruh dosanya di masa silam. Artinya, semakin banyak usia seseorang
akan semakin banyak dosa-dosa yang diampuni Allah subhanahu wata‘ala.
Oleh karena itu, beruntunglah mereka yang
sudah tua tetapi masih mau dan mampu menjalankan ibadah puasa Ramadhan secara
penuh dan baik, sebab semakin dekat dengan ajal, semakin sedikit sisa-sisa dosa
mereka sebagai imbalan atas ibadah puasa yang dijalankannya. Betapa indahnya kehidupan
seseorang jika diakhiri tanpa dosa atau sedikit dosa saja. Selain itu, mereka
yang berpuasa akan mendapatkan prioritas dalam memasuki surga lewat pintu yang
disebut Ar-Rayyan sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan
Bukhari dan Muslim:
إنَّ فِي اْلجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ: اَلرَّيَّان، يَدَخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُوْنَ يَوْمَ القِيَامَةِ، لَا يَدخُلُ مِنْهُ أحَدٌ غَيْرَهُمْ، يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُوْنَ؟ فَيَقُوْمُوْنَ فَيَدْخُلُوْنَ، فَإِذَا دَخَلُوْا أُغْلِقَ فلم يَدخُلْ مِنْهُ أحَدٌ
Artinya: “Sesungguhnya di surga terdapat
pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui
pintu itu pada hari Kiamat. Tidak ada seseorang pun yang akan masuk melalui
pintu ini kecuali mereka. Dikatakan: Mana orang-orang yang berpuasa? Lalu
mereka semua berdiri. Tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu ini selain
mereka. Apabila mereka semua telah masuk, pintu ini akan ditutup dan tidak ada
seorang pun yang akan masuk melaluinya.”
Jamaah Jumat hafidhakumullâh,
2. Kesalehan Sosial
Kesalehan sosial adalah kesalehan seseorang
terhadap orang lain dalam kerangka ibadah kepada Allah subhanahu wata‘ala.
Puasa yang dijalankan dengan benar dan dihayati sepenuhnya akan menghasilkan
orang-orang yang peka terhadap persoalan sosial seperti kemiskinan,
pengangguran, kebodohan, dan sebagainya. Mereka juga akan memiliki solidaritas
sosial terhadap orang-orang yang membutuhkan bantuan, baik berupa barang maupun
jasa, karena terkena bencana, seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, kebakaran,
tsunami dan sebagainya. Namun, kepekaan dan solidaritas seperti itu sulit
dicapai ketika orang yang berpuasa tidak bisa menghayati makna lapar, dahaga
dan kesulitan atau kesusahan lain yang dihadapinya.
Memang, sangat diharapkan orang-orang yang
sedang berpuasa menghayati rasa lapar dan dahaga yang dirasakannya sehingga
terbuka kesadaran bahwa dalam masyarakat masih ada orang-orang yang dalam
kehidupan sehari-harinya mengalami kelaparan seperti itu. Bukan karena mereka
sedang berpuasa tapi karena memang tidak memiliki apa-apa untuk dimakan. Mereka
miskin karena tidak memiliki pekerjaan atau karena menjadi korban bencana. Atau
menjadi korban penggusuran karena kesewenang-wenangan penguasa. Dari
penghayatan seperti itu diharapkan akan tumbuh kesadaran untuk membantu
meringankan penderitaan mereka.
Dalam konteks seperti itulah, maka zakat
fitrah diwajibkan bagi setiap orang Islam untuk dikeluarkan dan diberikan
kepada orang-orang yang tidak mampu. Zakat fitrah ini harus sudah diberikan
kepada yang berhak sebelum Shalat Idul Fitri dilaksanakan. Diharapkan, dari
zakat fitrah ini akan ada kepastian atau jaminan bahwa setidaknya pada hari
Idul Fitri tidak ada orang yang kelaparan di tengah-tengah kaum Muslimin
merayakan hari itu dengan suka cita. Syukur-syukur jika zakat fitrah yang
diterima orang-orang yang tidak mampu itu jumlahnya cukup besar sehingga dapat
menjamin anak-anak mereka atau orang-orang tua yang sudah udzur dalam keluarga
itu dapat makan setiap harinya.
Selain zakat fitrah, ada zakat mal yang
banyak orang mengeluarkannya pada akhir bulan Ramadhan. Jika zakat fitrah
dimaksudkan untuk konsumsi, maka zakat mal lebih dimasudkan untuk pemberdayaan
yang produktif. Ada pendapat pribadi bahwa memberikan zakat mal kepada sedikit
orang dalam jumlah cukup besar untuk tujuan produktif, misalnya untuk pemberian
modal usaha, dengan harapan di tahun depan mereka tidak lagi menjadi penerima
zakat tetapi menjadi wajib zakat karena telah berubah menjadi orang mampu, itu
lebih baik dari pada memberikan zakat mal dalam jumlah besar kepada orang
banyak tapi masing-masing mendapat bagian dengan nilai sangat kecil dan tidak
berarti apa-apa. Dengan cara seperti itu, menurut pendapat tersebut, angka
kemiskinan dapat dikurangi sedikit demi sedikit.
Jamaah Jumat hafidhakumullâh,
3. Kesalehan Lingkungan
Kesalehan lingkungan adalah kesalehan dalam
hubungannya dengan ekologi atau lingkungan dalam kerangka ibadah kepada Allah
subhanahu wata‘ala. Dalam Al-Quran, surat Ar-Ruum, ayat 41, Allah subhanahu
wata‘ala berfirman:
ظَهَرَ الفَسَادُ فِي البَرِّ وَ البَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الذِيْ عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan
di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah
menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).”
Dalam ayat diatas Allah subhanahu wata‘ala
mengingatkan kita bahwa kerusakan-kerusakan di bumi sebenarnya disebabkan
ulah manusia sendiri. Misalanya, pencemaran udara disebabkan karena kita
terlalu banyak memproduksi sampah berupa asap sebagai efek samping dari
kegiatan kita memenuhi kebutuhan dan keinginan kita yang berlebihan, baik
melalui cerobong-cerobong pabrik, cerobong rumah tangga, asap kendaraan
bermotor, asap rokok dan sebagainya. Dampak dari kerusakan itu akan ditimpakan
kepada manusia agar mereka menyadari kesalahannya dan kembali ke jalan yang
benar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencemaran udara menyebabkan
jumlah orang yang menderita penyakit saluran nafas terutama asma dan bronchitis
meningkat.
Secara jelas, puasa akan membentuk kesalehan
lingkungan karena selama berpuasa banyak hal yang berpotensi merusak atau
mencemari lingkungan dapat kita kurangi. Sebagai contoh, di bulan Ramadhan kita
dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang tidak ramah lingkungan dengan
berkurangnya aktivitas-aktivitas seperti menurunnya mobilitas dengan kendaraan
bermotor karena merasa lemas di siang hari. Ini artinya berkurangnya pemakaian
BBM. Berkurangnya konsumsi makanan, minuman dan rokok berarti menurunnya
sampah-sampah dan asap yang mencemari lingkungan. Menurunnya permintaan
bahan-bahan makanan dan minuman berarti berkurangnya eksploitasi terhadap
alam.
Jamaah Jumat hafidhakumullâh,
Ketiga kesalehan diatas, yakni kesalehan
personal, kesalehan sosial dan kesalehan lingkungan akan benar-benar menjadi
kesalehan yang nyata apabila selepas bulan Ramadhan, yakni selama 11 bulan
berikutnya, kita benar-benar dapat meneruskan apa yang sudah kita capai selama
Ramadhan tersebut. Jika ketiga kesalehan itu hanya berlangsung selama bulan
Ramadahn saja, maka puasa Ramadhan yang kita jalani belum mampu merubah kita
menjadi orang-orang istiqamah yang secara konsisten mampu meningkatkan
kesalehan dari waktu ke waktu. Tetapi mereka yang mendapatkan keutamaan
lailatul qadar tentu tidak akan sulit untuk mencapai peningkatan ketakwaan
seperti itu.
Karena itulah, kita berharap dan berdoa
semoga lewat puasa Ramadhan tahun ini kita semua dimudahkan oleh Allah subhanahu
wata‘ala dalam mencapai ketiga kesalehan tersebut secara istiqamah. Amin...amin...
ya rabbal ‘alamin.
جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama
Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar