Pondok Pesantren
Putri Salafiyah Syafi’iyah, Seblak Diwek, Jombang – Jawa Timur
Sejarah
Sejarah Pondok &
Madrasah “Khoiriyah Hasyim” bermula dari pendirian Pesantren Puteri Seblak pada
1921 yang memiliki garis historis dengan Pesantren Tebuireng yang didirikan
Hadratus Syaikh KHM Hasyim Asy’ari pada 1899. Popularitas dan kualitas
Pesantren Tebuireng telah mendorong masyarakat dari berbagai penjuru
nusantara untuk mengirimkan putera-puterinya ke Tebuireng.
Dikarenakan bangunan
dan asrama yang dimiliki Pesantren Tebuireng tidak mencukupi untuk menampung
santri puteri, maka Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari menugaskan kepada
K.H. Ma’shum ‘Ali guna mendirikan pesantren yang khusus untuk belajar bagi
santri puteri. K.H. Ma’shum ‘Ali kemudian membeli sebidang tanah dan bangunan
dari seorang dukun bayi yang kemudian hari menjadi cikal bakal Pesantren Puteri
Seblak.
KH. Ma’shum ‘Ali
adalah santri generasi pertama dari Pesantren Tebuireng yang kemudian diambil
menantu Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari dan dinikahkan dengan Nyai Hj.
Khoiriyah Hasyim, puteri pertama Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari. K.H.
Ma’shum ‘Ali merupakan cucu K.H. Abdul Jabbar, pendiri Pesantren Maskumambang
Gresik dan pernah menjabat sebagai Direktur Madrasah Tebuireng pertama kali
sejak tahun 1916 dan kemudian digantikan K.H. Muhammad Ilyas, dikarenakan harus
memimpin Pesantren Puteri Seblak tersebut.
Letak Pesantren
Puteri Seblak sekitar 300 meter ke arah barat dari Pesantren Tebuireng
sekarang, termasuk dalam wilayah Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten
Jombang. Ketika baru didirikan, situasi sekitar Pesantren Puteri Seblak tidak
sama dengan situasi yang dijumpai saat ini. Dusun Seblak saat itu terkenal
dengan dunia hitamnya, seperti perjudian, pencurian, prostitusi, perampokan dan
sebagainya. Hal ini merupakan akibat dari berpindahnya lokasi kemaksiatan dari
daerah Tebuireng ke arah barat (Seblak).
Oleh karena itu,
tidak mengherankan jika pendirian Pesantren Puteri Seblak mendapatkan tantangan
yang bertubi-tubi. Bahkan K.H. Ma’shum ‘Ali sendiri merasakannya, termasuk
sering harus berhadapan dengan rayuan-rayuan para pelacur ketika hendak ke
Pesantren Tebuireng untuk menemui Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari.
Peran penting yang
selalu dikaitkan dengan periode pendirian dan perkembangan Pesantren Puteri
Seblak adalah sosok Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim.
Nyai Hj. Khoiriyah
Hasyim
Nyai Hj. Khoiriyah
Hasyim dilahirkan pada tahun 1908 M (1326 H) di Tebuireng, Jombang. Nyai Hj.
Khoiriyah Hasyim merupakan puteri pertama dari Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim
Asy’ari dan Nyai Hj. Nafiqoh. Dengan demikian, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim adalah
kakak kandung dari K.H. A. Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama dan bibi dari
K.H. Sholahudin Wahid, Pengasuh Pesantren Tebuireng saat ini.
Meskipun tidak pernah
menuntut ilmu di pesantren lain, namun pola pendidikan yang diberikan Hadratus
Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari telah mampu menjadikan Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim
sebagai salah satu pejuang kaum perempuan yang patut diperhitungkan, baik
melalui institusi pendidikan yang dikelola maupun melalui organisasi
kemasyarakatan yang dipimpin.
Nyai Hj. Khoiriyah
Hasyim banyak mendalami ilmu dari sosok Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari,
di samping upaya yang sungguh-sungguh untuk belajar sendiri (otodidak).
Meskipun Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari sangat sibuk dengan berdakwah,
namun tetap memiliki waktu untuk mengajarkan ilmu kepada Nyai Hj. Khoiriyah
Hasyim. Sering Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim mengikuti pengajian di masjid
Pesantren Tebuireng dari belakang tabir.
Setelah menikah
dengan K.H. Ma’shum ‘Ali, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim kemudian diutus Hadratus
Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari untuk mendirikan pesantren di Seblak yang khusus
mendidik santri puteri. Bersama suami, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim merintis
pendirian pesantren tersebut. Namun, beberapa tahun setelah Pesantren Puteri
Seblak berdiri, K.H. Ma’shum ‘Ali meninggal dunia pada tahun 1933 dan
dimakamkan di kompleks pemakaman Pesantren Tebuireng.
Nyai Hj. Khoiriyah
Hasyim kemudian melanjutkan kepemimpinan Pesantren Puteri Seblak sampai tahun 1937
dengan dibantu oleh para guru. Meskipun Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim adalah
seorang perempuan, namun kapasitas keilmuan yang dimiliki di bidang agama tidak
diragukan lagi. Oleh karena itu, tidak jarang Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim juga
memberikan pengajian di daerah-daerah sekitar Dusun Seblak.
Tidak begitu lama menjadi janda, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim menikah lagi dengan K.H. Muhaimin dari Lasem, Jawa Tengah, dan kemudian bermukim di Mekah selama kurang lebih 20 tahun. Sedangkan Pesantren Puteri Seblak untuk sementara diasuh oleh K.H. Mahfudz Anwar, menantu Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim (suami Nyai Hj. ‘Abidah Ma’shum). Pada periode mukim di Mekah ini, di samping masih menuntut ilmu kepada beberapa guru besar (syaikh), Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim juga mendirikan Madrasah Lil Banat, yaitu sebuah madrasah pertama di Arab Saudi yang dikhususkan bagi kaum perempuan. Bangunan madrasah ini berdiri tidak jauh dari Kompleks Masjidil Haram yang terkenal itu.
Tidak begitu lama menjadi janda, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim menikah lagi dengan K.H. Muhaimin dari Lasem, Jawa Tengah, dan kemudian bermukim di Mekah selama kurang lebih 20 tahun. Sedangkan Pesantren Puteri Seblak untuk sementara diasuh oleh K.H. Mahfudz Anwar, menantu Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim (suami Nyai Hj. ‘Abidah Ma’shum). Pada periode mukim di Mekah ini, di samping masih menuntut ilmu kepada beberapa guru besar (syaikh), Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim juga mendirikan Madrasah Lil Banat, yaitu sebuah madrasah pertama di Arab Saudi yang dikhususkan bagi kaum perempuan. Bangunan madrasah ini berdiri tidak jauh dari Kompleks Masjidil Haram yang terkenal itu.
Atas kegigihan dalam
memperjuangkan hak-hak kaum perempuan di Mekah itulah, kemudian Nyai Hj.
Khoiriyah Hasyim diundang oleh Raja Arab Saudi dan diberikan penghargaan khusus
yang berupa sebuah cincin. Hingga saat ini, madrasah serupa belum pernah
didirikan di negara Arab Saudi tersebut.
Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim kemudian kembali ke tanah air atas saran Ir. Soekarno (Presiden RI) ketika berkunjung ke Mekah, bahwa Indonesia sangat membutuhkan orang-orang berdedikasi tinggi seperti Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim untuk membangun negara yang baru merdeka tersebut.
Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim kemudian kembali ke tanah air atas saran Ir. Soekarno (Presiden RI) ketika berkunjung ke Mekah, bahwa Indonesia sangat membutuhkan orang-orang berdedikasi tinggi seperti Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim untuk membangun negara yang baru merdeka tersebut.
Setelah sampai di
Tebuireng, pada tahun 1957 Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim memimpin kembali Pesantren
Puteri Seblak setelah K.H. Mahfudz Anwar memilih berkonsentrasi untuk mengasuh
Pesantren Sunan Ampel di Jombang. Pada tahun 1970, dikarenakan kesehatan yang
mulai menurun dan atas saran dr. Soediyoto, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim kemudian
berpindah ke Surabaya. Selama di Kota Pahlawan ini, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim
pernah menjadi Dewan Penasihat Taman Pendidikan Puteri (TPP) Khadijah, Pengurus
Yayasan Masjid Rahmat (Yasmara) Kembang Kuning, Pimpinan Wilayah (PW) Muslimat
NU Jawa Timur dan sebagainya.
Nyai Hj. Khoiriyah
Hasyim meninggal dunia di RSUD Jombang pada hari Sabtu tanggal 2 Juli 1983 M
(21 Ramadhan 1404 H).
Lokasi
Dusun Seblak, Desa
Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang – Jawa Timur
Sumber: www.seblak.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar