Perluasaan Mas’a Sempat Diusulkan Bung Karno
Sejak sebelum musim haji tahun ini umat Islam
seluruh dunia berdebat soal perluasn mas’a (tempat sa’i) yang berada di samping
Masjidil Haram, Mekah, karena tempat yang ada terlalu sempit sehingga harus
diperluas. Tetapi persoalannya kalau melakukan sa’i di tempat perluasan itu apa
masih termasuk sa’i, sehingga umrah atau hajinya menjadi absah secara fikih.
Perdebatan tetap terjadi tetapi pelaksanaan terus berlangsung.
Pemikiran perluasan mas’a itu ide pertamanya justru dari Indonesia, yaitu saat Bung Karno melaksanakan haji pada tahun 1955, melihat tempat itu terlalu sempit, padahal menurut ukuran waktu itu dengan jumlah jemaah yang hanya ratusan ribu tempat itu masih memadai.
Lalu Bung Karno mengatakan pada Menteri Agama KH Masykur dari NU, Kiai tempat sa’i ini terlampau sempit sehingga tidak bisa menampung jamaah yang semakin banyak.
“Tetapi kelihatannya masih cukup layak Bung, terbukti jemaah masih bisa beribadah dengan lancar,” jawab Kiai Masykur.
“Iya sekarang masih bisa menampung,” sahut Bung Karno. “Bagaimana kalau jumlah umat Islam dunia mencapai satu milyar maka jelaah hajinya akan mencapai jutaan. Tentu tempat yang ada ini tidak memadai lagi.”
”Ya benar Bung,” jawab Kiai Masykur singkat.
Gagasan Bung Karno itu kemudian disampaikan oleh menteri agama itu pada raja Abdul Aziz, tetapi waktu itu belum ditanggapi karena memperluas tempat saai itu sulit di lakasanankan, harus mengubah struktur Masjidil Haram. Kedua, memang belum dibutuhkan.
Baru setelah jemaah mulai tidak tertampung sejak tahun 1980-an, maka tempat suci itu mulai diperluas, dan ternyata Bung Karno memiliki proyeksi jauh ke depan lebih dulu ketimbang raja Sudi sendiri, dan lebih dulu dibanding para tokoh agama yang ada. []
(Abdul Mun’im DZ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar