Senin, 29 April 2019

(Hikmah of the Day) Sikap Nabi kepada Orang yang Hendak Membunuhnya


Sikap Nabi kepada Orang yang Hendak Membunuhnya

Memasuki tahun politik, mudah kita jumpai pertikaian di media sosial hanya karena berbeda pilihan. Bahkan di antaranya ada yang saling memusuhi dan enggan bertegur sapa karena kesalahpahaman. Situasi semacam ini tidaklah baik untuk persaudaraan sesama Muslim maupun kerukunan anak bangsa. 

Mari kita kembali belajar dan mengingat pesan Nabi Muhammad. Dialah yang seharusnya ditiru, mengingat di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa akhlaknya adalah suri teladan. Di diutus ke dunia pun untuk menyempurnakan akhlak. 

Dikisahkan seorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari kabilah Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam. Segala persiapan telah matang, persenjataan sudah disandangnya.

Ia pun memasuki ke kota suci tempat Rasulullah tinggal. Dengan semangat meluap-luap ia mencari majelis Rasulullah, langsung didatanginya untuk melaksanakan maksud tujuannya.

Tatkala Tsumamah datang, Umar bin Khattab segera menghadangnya karena melihat gelagat buruk pada penampilan orang tersebut.

"Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik?" tanya Umar.

"Aku datang ke negeri ini hanya untuk membunuh Muhammad!" jawabnya terang-terangan. 
Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung memberangusnya. Umar berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid. Tsumamah tak sanggup melawannya. 

Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada Rasulullah.

Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu. Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik, kemudian berkata pada para sahabatnya. 

"Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?"

Para shahabat Rasul yang ada di situ tentu saja kaget dengan pertanyaan Nabi. Umar yang sejak tadi menunggu perintah Rasulullah untuk membunuh orang ini seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Rasulullah.

"Makanan apa yang anda maksud, wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh, bukan ingin masuk Islam!" tanya Umar.

Namun Rasulullah tidak menghiraukan sanggahan Umar. 

"Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku dan buka tali pengikat orang itu!" pinta Rasulullah.

Walaupun merasa heran, Umar mematuhi perintahnya.

Setelah memberi minum Tsumamah, Rasulullah dengan sopan berkata kepadanya.

"Ucapkanlah laa ilaha illallah (tiada ilah selain Allah)."

Si musyrik itu menjawab dengan ketus, "Aku tidak akan mengucapkannya!".

Rasulullah membujuk lagi, "Katakanlah, Aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muhammad itu Rasulullah."

Namun Tsumamah tetap berkata dengan nada keras, "Aku tidak akan mengucapkannya!"

Para sahabat Rasul yang turut menyaksikan tentu saja menjadi geram terhadap orang yang tak tahu untung itu.

Tetapi Rasulullah malah membebaskan dan menyuruhnya pergi. Tsumamah yang musyrik itu bangkit seolah-olah hendak pulang ke negerinya. Tetapi belum berapa jauh dari masjid, dia kembali kepada Rasulullah dengan wajah ramah berseri.

Ia berkata, "Ya Rasulullah, aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan engkau Muhammad adalah Rasulullah."

Rasulullah tersenyum dan bertanya, "Mengapa engkau tidak mengucapkannya ketika aku memerintahkan kepadamu?"

Tsumamah menjawab, "Aku tidak mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan karena khawatir ada yang menganggap aku masuk Islam karena takut kepadamu. Namun setelah engkau bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap keridhaan Allah rabbul alamin."

Pada suatu kesempatan, Tsumamah bin Itsal berkata, "Ketika aku memasuki kota Madinah, tiada yang lebih kubenci dari Muhammad. Tetapi setelah aku meninggalkan kota itu, tiada seorang pun di muka bumi yang lebih kucintai selain Muhammad Rasulullah." 

Dari cerita di atas kita bisa mengambil hikmah bahwa saling menyayangi sesama manusia adalah kewajiban seluruh umat Muhammad. Sikap menghargai dan memanusiakan manusia adalah bagian dari misi kenabian Muhammad SAW. Dengan saling menghargai dan menyayangi sesama di tengah segala perbedaan yang ada sebenarnya Kita telah membangun peradaban dunia tanpa kebencian dan permusuhan untuk anak cucu kita kelak. Waallahu a'lam. []

(Abdur Rouf Hanif) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar