Manaqib Habib Utsman
Al-Aydrus, Tokoh NU Jawa Barat
Beberapa hari lalu
ada acara periingatan Haul Habib Utsman Al-Aydrus di Pondok Pesantren Assalam,
Sasak Gantung, Kota Bandung. Habib Utsman merupakan pendiri pesantren tersebut.
Di dalam peringatan tersebut, salah seorang putranya, KH Habib Syarief Muhammad
Al-Aydarus menceritakan riwayat singkat ayahandanya sebagai berikuit:
Habib Utsman
merupakan murid Mama Ajengan KH Syatibi Gentur, Cianjur. Meskipun dia seorang
habib, ia sangat tawadhu kepada gurunya tersebut. Saat menjadi santrinya,
sebelum subuh, Habib Utsman, selalu mengisi air bak untuk wudhu dan mandi
gurunya itu.
Habib Utsman lahir
tahun 1910 dan wafat 1985. Semasa hidupnya, berdasarkan catatan pribadinya, ia
telah mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari 6.000 kali. Menurut putranya, yakni KH
Habib Syarief Muhammad Al-Aydarus, sang ayah setiap hari khatam Al-Qur’an
minimal satu kali dan khusus di bulan puasa Ramadhan mengkhatamkan Al-Qur’an 60
kali. Artinya, sehari khatam 2 kali.
Habib Utsman sangat
menyayangi anak-anak yatim piatu dan dhuafa. Kepada anak yatim piatu rasa
sayang itu terpancar dari perhatian khusus yang diberikan. Tercatat ada 13 hal
perhatian Habib Utsman kepada mereka, di antaranya: santunan yatim piatu di 10
Muharam, menyekolahkan dan juga membiayai anak-anak yatim piatu untuk belajar
di sekolah dan pondok-pondok pesantren, setiap hari mengusap dan mencium kepala
anak-anak yatim piatu di seputar Assalaam.
Selanjutnya,
melaksanakan khitanan massal khususnya untuk anak yatim piatu serta masyarakat
luas sejak tahun 1952 dan berlanjut hingga hari ini, selalu mengajak anak-anak
yatim untuk menemui para ulama dan memohon doa dari para ulama sholeh untuk
anak-anak yatim piatu karena banyak ulama seperti Imam Syafi’i, Imam Ghazali
dan lain-lain, ternyata yatim saat kecil.
Habib Utsman juga
menulis buku yang hasil penjualannya khusus diperuntukkan bagi anak-anak yatim
piatu, serta setiap sebulan sekali di Assalaam diadakan acara makan bersama
para yatim piatu dan dhuafa. Selain itu, ia juga mendorong berdirinya Rumah
Tahfidz khususnya untuk yatim piatu (banyak ulama dan hafidz yang telah
dihasilkan), dan lain-lain.
Saat ini Assalaam
Bandung telah berkembang demikian pesat dengan berbagai aktivitasnya dari unit
kelompok bermain, PAUD, TK, SD, SMP, MTs, SMA, SMK, pesantren, majelis taklim,
biro haji dan umrah, panti yatim, jamaah perempuan WPWA, dan lain lain.
Habib Utsman
Al-Aydarus adalah seorang ulama multitalenta. Ia menguasai beberapa bahasa
asing secara otodidak. Ia juga salah satu tokoh di belakang berdirinya
Universitas Nahdlotul Ulama di Bandung yang sekarang menjadi Uninus. Ia pun
termasuk tokoh NU di Jawa Barat dan pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah
selama dua periode yaitu tahun 1960 sampai dengan 1970.
Habib Utsman dan
murid-muridnya juga membina pengajian ibu-ibu di hampir 200an masjid di seputar
Bandung di masa hidupnya. Serta menulis banyak buku-buku tentang ibadah yang
berbahasa Sunda di antaranya Rarakatan Shalat dan lain-lain.
Allah SWT banyak
mengabulkan doa Habib Utsman Al-Aydarus. Pernah terdapat seorang anak umur 8
tahun yang terkena kanker otak dan divonis dokter dari Rumah Sakit Singapura
dan Jerman bahwa anak tersebut tidak akan bisa bertahan hidup lebih dari 2
bulan setelah diagnosa.
Orang tua anak
tersebut disarankan oleh dr. Misbah (salah seorang dokter kepresidenan) untuk
meminta saran para ulama di Jakarta. Orang tua itu mendatangi KH Syafi’i
Hadzami, tokoh NU Jakarta. Orang tua disarankan menemui Habib Utsman Al-Aydarus
di Bandung.
Orang tua itu pun
membawanya ke Bandung. Habib Utsman membacakan Shalawat Nariyah sebanyak 4444
kali di sebuah ruangan khusus dan memberikan air yang telah dibacakan shalawat
Nariyyah tersebut untuk diminumkan dan dipercikkan pada kepala anak yang
terkena kanker otak itu.
Sungguh ajaib,
seminggu kemudian anak tersebut pulih dan sembuh kembali. Kanker otaknya hilang
begitu saja atas izin Allah SWT.
Orang tua anak
tersebut karena penasaran memeriksakan keadaan anaknya ke Rumah sakit di Singapura
dan Jerman, maka terkejutlah para dokter-dokter yang sebelumnya mendiagnosa
anak tersebut hingga berkali-kali mereka membandingkan foto rontgen antara
sebelum anak tersebut dibacakan Shalawat Nariyah oleh Habib Utsman dan
sesudahnya.
Diceritakan setelah
sembuh anak tersebut tumbuh dewasa dan menjadi salah satu dosen di Universitas
Indonesia serta meninggal dunia dalam usia 52 tahun.
Makam Habib Utsman
Al-Aydarus terletak di daerah Taman Pemakaman Assalam di dekat Pasar Induk
Caringin Bandung. Di kompleks pemakaman tersebut tersebut banyak dimakamkan
mulai para habaib serta ulama dan murid-murid Habib Ustman, di antaranya juga
terdapat pusara tokoh nasional H. Mahbub Djunaidi (tokoh NU, Ketua Umum pertama
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.)
Demikianlah sekelumit
kisah Habib Ustman Al-Aydarus yang dapat kami sarikan dari ceramah Putra beliau
Habib Syarief Muhammad Al-Aydarus pada Acara Haul ke 32 Habib Utsman Al Aydarus
(29 Maret 2016, di Masjid Assalaam, Sasak Gantung Kota Bandung). []
(Wahyul Afif
Al-Ghafiqi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar