Kisah Orang Gila
Menyembunyikan Identitasnya
Siapa dan bagaimana
ulama itu? Ulama secara literal merupakan bentuk jamak dari kata alim yang
berarti mengetahui. Sedangkan menurut pemahaman masyarakat bahwa ulama adalah
orang yang tinggi ilmu agamanya, baik budi pekertinya, dan peduli pada umat
seluruhnya.
Dengan demikian,
ulama bukanlah gelar yang didapatkan secara tiba-tiba oleh seseorang, tapi
lebih karena pengabdian dan pengamalan ilmu bersama masyarakat. Bukan karena
kepentingan pribadi, apalagi politis.
Di kalangan ulama
sendiri sebetulnya enggan menyatakan diri ulama. Hadratussyekh KH Hasyim
Asy’ari saja selalu menyebut dirinya sebagai orang yang fakir akan rahmat
Allah. Di kalangan ulama tasawuf, bahkan keulamaan disembunyikan serapat
mungkin. Tidak diumbar begitu saja.
Terdapat kisah menarik
yang didapat dari santri Kiai Hamid Pasuruan. Pada suatu hari datanglah seorang
kiai dari Kendal yang sowan kepada Kiai Hamid. Setelah sowan, Kiai Hamid
menitipkan salam kepada si 'fulan' yang tinggal di daerah Kendal.
Selepas pulangm Kiai
Kendal tersebut menanyakan kepada masyarakat tentang identitas si 'fulan'
yang sampai dikenal oleh Kiai Hamid. Walhasil, kiai tersebut terkaget
mendapatkan kabar bahwa si 'fulan' yang dimaksud ternyata orang-orang
menyangkanya sebagai orang gila yang berkeliaran di pasar Kendal.
Karena perintah Kiai
Hamid. Kiai tersebut mendatangi “orang gila” itu. Beliau sedang tidur di teras
toko dengan selimut sarung seadanya.
"Assalamualaikum,
Pak," sapa kiai.
"Wa’alaikum
salam," orang gila tersebut seketika bangun, karena mengetahui yang datang
adalah kiai masyhur di kota Kendal.
"Siapa yang
mengutusmu ke sini?" tanyanya.
"Mohon maaf,
saya datang diutus Kiai Hamid Pasuruan untuk menyampaikan salam dari beliau
untukmu, " jelasnya.
Seketika orang gila
itu berteriak
"Ya Allah, apa
dosaku sehingga engkau buka identitsku sebenarnya." sambil menangis.
Dari kisah di atas
kita bisa mengambil hikmah bahwa seorang ulama atau bahkan wali sering kali
tidak mau dirinya dikenal oleh publik. Sebab kiai, ulama dan wali adalah gelar
masyarakat bukan berasal dari politisi. Bahkan banyak ulama yang acap kali
menganggap popularitas hanya akan menganggu keintiman dengan Tuhan dan sering
menimbulkan penyakit hati seperti takabur dan riya.
Para ulama dan ulama
dan wali Allah lebih memilih jalan sunyi, mastur (tertutup). Mereka asing di
bumi tapi terkenal di langit. Waallahu alam. []
(Abdur Rouf Hanif
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar