Allah, Malaikat, dan Nabi
Bershalawat kepada Pembaca Shalawat
Ada banyak keistimewaan dan fadhilah dalam
membaca shalawat kepada Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Menurut
Syekh Abdullah Sirajudin Al-Husaini di dalam kitab As-Shalâtu ‘alan Nabiyyi
Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam ada banyak keutamaan dan keistimewaan membaca
shalawat di mana pena tak akan mampu menuliskannya dan buku tak akan bisa
mengungkapkannya. Berkaitan dengan topik bahasan tulisan ini ada 3 (tiga)
keutamaan shalawat yang disebut oleh Al-Husaini yang menunjukkan bahwa orang
yang bershalawat kepada Nabi pada hakikatnya ia bershalawat untuk dirinya
sendiri. Ketiga keutamaan dan keistimewaan itu adalah:
Pertama, orang yang bershalawat sekali kepada
Nabi akan dishalawati oleh Allah sepuluh kali.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam An-Nasai
Rasulullah bersabda:
مَنْ
صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ
Artinya: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku
satu kali maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.”
Kedua, orang yang betshalawat kepada Nabi akan
dishalawati oleh beliau. Rasulullah akan membalas shalawatnya orang yang
bershalawat kepadanya.
Sahabat Anas meriwayatkan sebuah hadits di mana
Rasulullah bersabda:
مَنْ
صَلَّى عَلَيَّ بَلَغَتْنِي صَلَاتُهُ وَصَلَّيْتُ عَلَيْهِ وَكُتِبَ لَهُ سِوَى
ذَلِكَ عَشْرُ حَسَنَاتٍ
Artinya: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku
maka shalawatnya sampai kepadaku dan aku bershalawat kepadanya dan ditulis
baginya selain itu sepuluh kebaikan.” (HR. Thabrani)
Ketiga, orang yang bershalawat kepada Nabi akan
dishalawati oleh para malaikat.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad
dituturkan bahwa Abdullah bin Amr pernah berkata:
مَنْ
صَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاحِدَةً صَلَّى الله
عَلَيْهِ وَمَلَائِكَتُهُ سَبْعِينَ صَلَاةً
Artinya: “Barangsiapa yang bershalawat kepada
Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam sekali maka Allah dan para
malaikatnya bershalawat kepadanya tujuh puluh kali.” (Abdullah Sirajudin
Al-Husaini, As-Shalâtu ‘alan Nabiyyi Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, [Damaskus:
Maktabah Darul Falah, 1990], hal. 97-98)
Dari ketiga keutamaan shalawat di atas
menujukkan bahwa orang yang membaca shalawat maka ia akan dishalawati oleh
Allah, Rasulullah dan para malaikat. Shalawat yang dibacanya untuk Rasulullah
akan berbalas shalawat untuk dirinya. Lebih dari itu satu shalawat yang ia baca
untuk Rasulullah bahkan berbalas sepuluh sampai tujuh puluh shalawat untuk
dirinya sendiri.
Bila shalawat bermakna rahmat maka orang yang
membaca shalawat pada hakekatnya sedang memohon rahmat Allah untuk dirinya
sendiri jauh lebih banyak dari rahmat yang ia mohonkan untuk Rasulullah.
Semakin banyak ia bershalawat maka akan semakin banyak dan berlimpah pula
rahmat Allah yang dianugerahkan kepadanya. Bisa dibayangkan, betapa dalam
keadaan yang sangat baik orang yang membiasakan diri memperbanyak shalawat
kepada Rasulullah Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Bila demikian adanya maka perintah Allah kepada
orang-orang mukmin untuk bershalawat kepada Nabi sesungguhnya bukan saja untuk
mewajibkan mereka memenuhi hak-hak Rasulullah dengan bershalawat namun juga
sebagai sarana bagi mereka untuk mendapatkan limpahan kebaikan dan keberkahan,
juga dengan shalawat.
Adalah sebuah keistimewaan luar biasa ketika
seorang hamba dishalawati oleh para malaikat, Rasulullah dan lebih-lebih oleh
Allah. Ketika seorang hamba mendapatkan shalawat dari Allah maka ia telah
mendapatkan keistimewaan yang luar biasa yang patut disyukuri. Mengapa
demikian?
Sebuah ilustrasi sederhana. Pernahkah Anda
mendapat hadiah dari seorang kekasih yang Anda cinta? Pernahkah Anda mendapat
hadiah dari seorang pejabat penting, seorang yang tinggi kedudukan dan sangat
dihormati oleh masyarakat karena kebaikannya? Bagaimana perasaan Anda ketika
mendapatkan hadiah dari orang-orang seperti itu? Tidakkah Anda merasa
tersanjung dan bangga mendapatkannya?
Bisa jadi mendapatkan hadiah adalah hal yang
biasa dan lumrah bagi setiap orang yang menerimanya. Tapi mendapatkan hadiah
dari orang-orang istimewa adalah satu keistimewaan tersendiri. Bukan karena
rupa hadiahnya yang membuat si penerima tersanjung dan bangga, tapi siapa
pemberinya yang membuat hadiah itu menjadi lebih istimewa.
Alhasil, bila menerima hadiah dari orang-orang
istimewa adalah sebuah keistimewaan, lalu bagaimana bila pemberi hadiah itu
adalah Allah Tuhan semesta yang maha segalanya? Bagaimana pula istimewanya bila
seorang menerima hadiah shalawat dari para malaikat, makhluk Allah yang hanya
melakukan ketaatan saja? Juga, bagaimana senang dan bahagianya orang yang
dishalawati oleh Rasulullah, mengingat bershalawatnya beliau kepada orang yang
membaca shalawat menunjukkan bahwa beliau mengenali orang tersebut. Tidakkah
bangga bila dikenali oleh Rasulullah?
Maka tidaklah heran mereka yang benar-benar
memahami hal ini selalu membiasakan diri membaca beribu shalawat kepada Nabi di
siang dan malam hari. Bagaimana dengan Anda, sudahkah banyak bershalawat hari
ini? Allâhumma shalli wa sallim ‘alâ sayyidinâ Muhammad.
Wallâhu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar