Rabu, 24 April 2019

Macam-macam Fitnah terhadap NU pada Awal Berdiri


Macam-macam Fitnah terhadap NU pada Awal Berdiri

Jika hari ini NU didera beragam fitnah dan hujatan di media sosial, pada awal berdiri pun NU mengalaminya. Menurut Kiai Saifuddin Zuhri orang yang memfitnah dan menghujat NU berawal dari tak memahami dan atau sengaja tak mau paham (Secercah Dakwah, 1983). Hal itu biasanya bersumber dari watak arogansi.  

Setelah NU berdiri, serangan-serangan terhadap ulama itu tidak mengendor. Ke kantor redaksi Berita Nahdlatoel Oelama datang buku yang berisi cacian dan hinaan atas ulama NU. Majalah NU itu pada edisi 15 Desember 1935, No. 4, tahun ke-5, hal. 46-47 menggambarkan,

Menghamburkan benih fitnahan, permusuhan dan perpecahan, bahkan pengkhiatanan atas agama, bangsa, dan tanah air. 

Kami menjadi heran, karena semenjak lahir, sebelum berdirinya NU serangan itu justru datang dari itu golongan. Mereka menyebut kaum sorban besar, kaum tahlil, kaum kolot, kaum penjual bangsa, dan macam-macam lagi, kaum membebek, kaum ekor kerbau.
Ulama-ulama yang mendapat hadiah (fitnah dan cacian) ini, akhirnya tak dapat membiarkan diri karena berkeyakinan tahlil, talqin, ziarah itu berdasarkan asas beragama yang benar. Ulama-ulama itu bangun, meniup terompet persatuan dan tunduk di bawah kebenaran.  
Mereka menentang taqlid, padahal mereka pada hakikatnya taqlid juga pada pendapat pemimpinnya. Dan pendapat-pendapat mereka yang kemudian berbeda dengan kebanyakan orang NU itu sebetulnya sudah ada pada zaman kuno.

NU juga harus menelan pil pahit berita hoax yang disampaikan oleh kalangan pembenci NU. Mereka meyebarkan berita bahwa Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari keluar dari NU. 

Lagi-lagi pengurus NU melalui Berita Nahdlatoel Oelama sibuk mengklarifikasi berita bohong tersebut yang termuat di edisi No 7, 1 Ferbruari 1936, halaman 15. Karena sebelumnya, atas berita tersebut, terjadi kegemparan warga NU di  Bondowoso. Seorang warga NU dari CIkarang pun mengirim surat langsung ke kantor NU di Surabaya menanyakan hal itu. 

Jika hari ini NU baik tokoh maupun gagasan dan organisasinya diserang fitnah di media sosial, dari kiri dan kanan, dari depan dan belakang, bisa jadi hal itu dilakukan anak cucu pembenci NU di saat awal berdiri. Dan NU selalu membuktikan, dari waktu ke waktu, tahan goncangan. Jika dulu mampu, hari ini pun harus mampu. []

(Abdullah Alawi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar