Macam-macam Fitnah
terhadap NU pada Awal Berdiri
Jika hari ini NU
didera beragam fitnah dan hujatan di media sosial, pada awal berdiri pun NU
mengalaminya. Menurut Kiai Saifuddin Zuhri orang yang memfitnah dan menghujat
NU berawal dari tak memahami dan atau sengaja tak mau paham (Secercah Dakwah,
1983). Hal itu biasanya bersumber dari watak arogansi.
Setelah NU berdiri,
serangan-serangan terhadap ulama itu tidak mengendor. Ke kantor redaksi Berita
Nahdlatoel Oelama datang buku yang berisi cacian dan hinaan atas ulama NU.
Majalah NU itu pada edisi 15 Desember 1935, No. 4, tahun ke-5, hal. 46-47
menggambarkan,
Menghamburkan benih
fitnahan, permusuhan dan perpecahan, bahkan pengkhiatanan atas agama, bangsa,
dan tanah air.
Kami menjadi heran, karena semenjak lahir, sebelum berdirinya NU serangan itu justru datang dari itu golongan. Mereka menyebut kaum sorban besar, kaum tahlil, kaum kolot, kaum penjual bangsa, dan macam-macam lagi, kaum membebek, kaum ekor kerbau.
Ulama-ulama yang
mendapat hadiah (fitnah dan cacian) ini, akhirnya tak dapat membiarkan diri
karena berkeyakinan tahlil, talqin, ziarah itu berdasarkan asas beragama yang
benar. Ulama-ulama itu bangun, meniup terompet persatuan dan tunduk di bawah
kebenaran.
Mereka menentang
taqlid, padahal mereka pada hakikatnya taqlid juga pada pendapat pemimpinnya.
Dan pendapat-pendapat mereka yang kemudian berbeda dengan kebanyakan orang NU
itu sebetulnya sudah ada pada zaman kuno.
NU juga harus menelan
pil pahit berita hoax yang disampaikan oleh kalangan pembenci NU. Mereka
meyebarkan berita bahwa Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari keluar dari NU.
Lagi-lagi pengurus NU
melalui Berita Nahdlatoel Oelama sibuk mengklarifikasi berita bohong
tersebut yang termuat di edisi No 7, 1 Ferbruari 1936, halaman 15. Karena
sebelumnya, atas berita tersebut, terjadi kegemparan warga NU di
Bondowoso. Seorang warga NU dari CIkarang pun mengirim surat langsung ke kantor
NU di Surabaya menanyakan hal itu.
Jika hari ini NU baik
tokoh maupun gagasan dan organisasinya diserang fitnah di media sosial, dari
kiri dan kanan, dari depan dan belakang, bisa jadi hal itu dilakukan anak cucu
pembenci NU di saat awal berdiri. Dan NU selalu membuktikan, dari waktu ke
waktu, tahan goncangan. Jika dulu mampu, hari ini pun harus mampu. []
(Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar