Penghormatan Luar Biasa Abu Bakar kepada Sang
Menantu
Mertua adalah sosok yang sangat disegani atau
bahkan “ditakuti” oleh menantu. Seorang menantu, ketika sedang berada bersama
mertuanya, umumnya dia akan menjaga ucapan maupun perangainya. Namun bagaimana
apabila ada mertua yang justru luar biasa hormat kepada menantunya?
Hal demikian bisa saja terjadi, jika sang
menantu memiliki keistimewaan yang luar biasa dibanding dirinya sendiri.
Sebagaimana kisah Sayyidina Abu Bakar ash-Shidiq radliyalllahu ‘anh yang tunduk
dan patuh kepada menantunya, Nabi Muhammad ﷺ.
Pada saat Abu Bakar menemani Rasulullah ﷺ berhijrah, beliau
sangat khawatir dan cemas akan keadaan sahabat yang sekaligus menantunya
tersebut. Sebab Nabi sudah menjadi incaran utama untuk dibunuh oleh kawanan
penjahat terkemuka dari golongan kafir Quraisy, termasuk pamannya sendiri, Abu
Lahab.
Malam itu, 27 Shafar, tahun 14 kenabian,
rumah Rasulullah ﷺ sudah dikepung oleh
sebelas pembunuh kelas kakap. Rencana keji ini dipimpin oleh Abu Jahal. Namun
atas mukjizat dari Allah ﷻ,
ketika Nabi keluar menuju rumah Abu Bakar, tidak ada satu pun dari pembunuh itu
yang dapat melihatnya.
Dari arah selatan Makkah, Abu Bakar bersama
Nabi berjalan menuju ke arah Yaman. Beliau menempuh jarak 5 mil, hingga sampai
di bukit Tsur, bukit yang tinggi, banyak bebatuan tajam dan terjal, sehingga
mengakibatkan kaki mulia Nabi menjadi lecet berdarah. Dengan penuh cinta, Abu
Bakar menuntun Nabi, hingga mereka sampai di gua yang berada dipuncak
bukit.
Sesampainya di depan gua, Abu Bakar
berkata:
والله
لا تدخله حتى أدخل قبلك، فإن كان فيه شيء أصابني دونك
“Demi Allah, janganlah engkau masuk, sebelum
aku masuk. Karena jika di dalam sana ada sesuatu yang membahayakan, biarlah aku
yang mengalaminya, bukan engkau.”
Dia masuk, lantas membersihkannya. Ia
menemukan beberapa lubang di dinding gua, lantas merobek bajunya untuk
menyumbat lubang-lubang yang ada. Ternyata kain yang di pakai tidak cukup untuk
menyumbat semua lubang di gua itu. Tersisa dua lubang, dan Abu Bakar
menutupinya dengan kedua kakinya.
“Masuklah,” kata Abu Bakar kepada Rasulullah ﷺ.
Nabi pun masuk ke gua, merebahkan kepalanya
di pangkuan sahabat setianya, hingga beliau tertidur. Beberapa saat kemudian,
ternyata kaki Abu Bakar digigit hewan berbisa di balik lubang yang ia tutupi.
Abu Bakar tidak berani bergerak sedikit pun, karena khawatir mengganggu
istirahat Nabi. Menahan rasa sakit yang luar biasa, tak terasa air matanya
jatuh mengenai wajah mulia Rasulullah ﷺ.
Rasul pun terbangun dan bertanya, “Apa yang
terjadi, wahai Abu Bakar?”
“Aku tersengat, wahai Rasulullah. Bapak dan
Ibuku menjadi tebusanmu,” jawabnya.
Lantas, Nabi meludahi kaki Abu Bakar, hingga
rasa sakit yang ia rasakan menjadi hilang seketika.
Demikianlah sekelumit kisah ketawadhuan Abu
Bakar kepada Nabi. Meskipun ia lebih tua,tetapi ia tetap rendah hati. Semoga
kita tidak menjadi orang angkuh seperti Abu Jahal, tetapi menjadi orang yang
tawadhu’ seperti Abu Bakar. []
Tulisan ini disarikan dari kitab
"al-Rahiq al-Makhtum" karya Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar