Masih Banyak Tokoh NU
yang Terlupakan
Penulis
: Tim Pustaka Tebuireng
Judul
: Membuka Ingatan; Memoar Tokoh NU
yang Terlupakan
Cetakan
: Ke-1, Maret 2017
Tebal
: XIII+497
Penerbit
: Pustaka Tebuireng
ISBN
: 978-602-8805-47-6
Peresensi
: Abdullah Alawi
Sebagai organisasi
terbesar di Indonesia, bahkan dunia, banyak tokoh yang terlibat dalam
membesarkan Nahdlatul Ulama. Secara bersamaan, tokoh-tokoh tersebut terlibat
pula dalam pergerakan kebangsaan seperti Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dan KH
Wahab Hasbullah. Perjuangan tokoh-tokoh itu dilanjutkan generasi NU
berikutnya dengan cara dan dalam bentuk berbeda karena yang dihadapi pun
berlainan.
Kini NU berusia
hampir seratus tahun. Tokoh-tokohnya, bersama anak bangsa dari elemen lain,
telah turut menorehkan perjuangannya untuk umat Islam dan bangsa Indonesia.
Tentu saja, jangkauan perjuangan seorang tokoh berbeda dengan tokoh lain. Ada
yang fokus di daerahnya masing-masing, ada yang tarafnya nasional dan
internasional. Bidangnya pun berbeda-beda. Begitu juga durasinya.
Selama hampir seratus
tahun itu ada perjuangan tokoh NU yang ditulis, tapi justru lebih banyak yang
tidak terdokumentasikan. Di dalam buku Membuka Ingatan; Memoar Tokoh NU yang
Terlupakan, orang sekaliber Mahbub Djunaidi dan Subchan ZE saja, dianggap
terlupakan. Lalu bagaimana tokoh lain seperti Raden Mas Sugeng Yudadiwirya,
Sunaryo, dan lain-lain?
Bukti nya, ketika
Kiai Syam’un ditetapkan sebagai pahlawan nasional, warga dan tokoh NU seperti
terkaget dengan pertanyaan, apakah kiai tersebut pernah aktif di NU? Kalau iya,
bagaimana kiprahnya? Tentu banyak yang tidak tahu karena memang belum ada yang
menuliskannya secara utuh.
Setelah ditelusuri di
data-data lama milik PBNU, yaitu di perpustakaan, ternyata dia pernah aktif di
NU Serang sebagai seorang yang duduk di syuriyah. Setidaknya, berdasarkan
penelusuran catatan absensi muktamar ke muktamar NU, dia pernah mengikuti
muktamar NU di Pekalongan 1930 dan Muktamar NU kesebelas di Banjarmasin
1936.
Selain berjasa dalam
perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, KH Syam’un pernah
berhasil membangun NU Serang dalam bidang kesehatan. Pada laporan perwakilan NU
dari Serang di Muktamar kesebelas itu, NU Serang menyatakan memiliki dua klinik
yang berjalan dua tahun.
Data seperti ini
jelas tenggelam, tak diketahui lagi warga NU, apalagi khalayak umum. Sungguh
sangat disayangkan. Dan tentu saja, kiai atau tokoh NU yang di daerah lebih
banyak lagi yang terlupakan. Dan tentu saja sebagaimana judul buku tersebut,
kita harus membuka ingatan untuk tokoh-tokoh yang terlupakan.
Enam Tokoh NU yang
Terlupakan
Buku ini mengupas
enam tokoh NU yaitu Fahmi Djafar Saifuddinm, Asmah Sjahruni, Mohammad Zamroni,
KH Tolchah Mansoer, H. M. Subchan Z. E., H. Mahbub Djunaidi. Keenam tokoh ini
bukan main jasanya, dan sangat dikenal pada masanya, tapi karena tidak banyak
dituliskan, dianggap terlupakan.
Dari keenam tokoh
tersebut, sebetulnya Mahbub Djunaidi masih dikenal. Sebagai ketua umum pertama
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), ia setidaknya sering disebut di
acara penerimaan anggota baru. Namanya diabadikan di ruangan kantor pengurus
besar.
Tak hanya itu, esai
dan segala macam jenis tulisannya, mulai dari mars, puisi, terjemahan, novel,
dan terutama kolom-kolomnya. Serta pergaulannya yang luas, ia masih diingat di
lintas kalangan, terutama kalangan jurnalis senior.
Pengasuh pondok
pesantren Tebuireng KH Salahudin Wahid dalam pengantar buku tersebut
mengatakan, tujuan penerbitan buku ini adalan menumbuhkan kembali ingatan warga
NU akan adanya tokoh NU yang terlupakan, bahkan mungkin sudah tidak banyak
ingat lagi yang ingat nama mereka.
“Tokoh-tokoh di buku
ini masing-masing memiliki profesi yang berbeda dan karakter yang berbeda, tapi
mereka mempunya hal yang sama, semangat pengabdian untuk Indonesia, Islam, dan
NU,” katanya. (Pengantar, halaman XII).
Dengan demikian,
upaya yang dilakukan Pesantren Tebuireng ini harus didukung dengan cara
melakukan hal serupa oleh pesantren lain. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar