1936, NU Bandung
Laporkan Kursus Bahasa Belanda dan Hukum
Sejak awal berdiri NU
memang menyatakan sebagai organisasi keagamaan yang bermazhab salah satu dari
mazhab empat. Itu pokok utama. Namun, untuk mencapai itu, NU mengembangkan
bidang-bidang lain seperti pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.
Dalam bidang pendidikan,
sebelum NU berdiri pun para pendirinya telah bergerak lama dalam bidang itu
melalui pesantren dan madrasah.
Dalam bidang ekonomi,
sebelum NU berdiri, salah seorang pendirinya, KH Wahan Hasbullah mendirikan
Nahdlatut Tujjar pada 1924. Lalu, setelah tiga tahun berdiri, NU mendirikan
Coperatie Kaoem Moeslimin (CKM) yang diinisiasi KH Abdul Halim Leuwimunding.
Dalam bidang
kesehatan, tercatat pada 1937, NU Cabang Serang (Banten) telah mengupayakan dua
klinik. Pada tahun 1938 Jombang mengupayakan hal serupa. Disusul kemudian NU
Cabang Bandung mendirikan poliklinik di Ciparay pada tahun 1941.
Tiga bidang itu tidak
dipilah-pilah, tapi dilakukan berbarengan. Namun, ada skala prioritas. Pada
waktu itu, pendidikan menjadi fokus utama. Tidak hanya pendidikan agama, tetapi
umum. Salah satunya menguasai hukum yang berlaku di Hindia Belanda dan Bahasa
Belanda itu sendiri.
KH Zainul Arifin
merupakan salah seorang tokoh NU yang ahli dalam bidang hukum dan bahasa
Belanda, di samping ilmu agama dan menyukai seni. Dalam bidang hukum, ia
dikenal sebagai seorang pokrol bambu, penasihat hukum tanpa bayaran di
Jakarta.
Memahami hukum dan
bahasa hukum itu dinilai amat penting oleh Cabang NU Bandung. Karena kalau
tidak memahaminya, NU dan anggotanya bisa termakan oleh hukum itu sendiri.
Karena itulah, secara bersamaan NU Bandung mengadakan kursus Bahasa Belanda dan
Hukum.
Hal ini dijelaskan
perwakilan Cabang NU Bandung pada muktamar NU kesebelas di Banjarmasin,
Kalimantan Selatan tahun 1936. Sepertinya ini merupakan respon NU Bandung akan
pentingnya memahami bahasa Belanda yang semakin banyak digunakan di daerah itu.
Namun sayang, laporan itu tidak menyertakan bagaiman prosesnya, tempatnya, guru
dan peserta, serta berlangsung sejak kapan.
Kursus yang dilakukan
NU Cabang Bandung pada masa itu, merupakan kemajuan. Masih jarang –untuk
mengatakan tidak ada- cabang-cabang NU di daerah lain yang mengusahakan kursus
semacam itu. Apalagi ini dilakukan oleh organisasi yang didirikan orang-orang
pesantren.
Perlu
diketahui, Bandung, merupakan salah satu daerah yang ditargetkan para kiai
untuk segera berdiri Cabang NU-nya. Hal itu terbukti, daerah-daerah tempat
penyelenggaraab muktamar dari tahun ke tahun semakin ke barat. Muktamar pertama
hingga ketiga di Surabaya. Keempat, di Semarang 1929. Kelima, di Pekalongan
1930. Keenam, di Cirebon 1931. Ketujuh, di Bandung 1932. Kedelapan, di Jakarta
1933. Setelah itu kembali lagi ke timur. []
(Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar