Hikmah Moralitas dalam Maulid Nabi
"Alangkah agungnya Rasul yang selalu
dihiasi oleh budi pekerti yang sangat mulia itu. Kepribadiannya selalu
diselimuti kebaikan. Wajahnya selalu dihiasi oleh senyum keramahan yang
menawan. Dia lemah lemah lembut ibarat bunga, mengundang pesona ibarat bulan
purnama, luas kedermawanannya ibarat samudera, dan sangat pasti cita-citanya
ibarat perjalanan masa." Demikian gambaran Imam al-Busyiri tentang
kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW.
الحمد
لله الذي له ما في السماوات والأرض وهو على كل شيء قدير. والصلاة والسلام على معلم
الناس الخير محمد بن عبد الله الذي أوتي القرآن ومثله معه، وجعل الله طاعته من
طاعته هو سبحانه. أما بعد، أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا
وأنتم مسلمون
Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah,
Marilah kita bersama-sama berdo’a kepada
Allah SWT agar kita senantiasa berada di bawah naungan rahmat-Nya. Marilah kita
bersama-sama meningkatkan taqwa kita kepada-Nya, Sebab taqwa merupakan jembatan
bagi kita untuk menggapai ridha dan kemulian di sisi-Nya, baik di dunia maupun
akhirat. Sebagaimana firman Allah:
إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di
sisiku ialah orang yang bertaqwa.” (QS: al-Hujurat, 14)
Beberapa hari yang lalu, tepatnya Selasa 12
Rabi’ul Awal 1435 H, kita bersama-sama memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Adalah sudah menjadi tradisi mayoritas umat Islam merayakan hari
kelahiran Nabi tersebut. Bagi muslim Indonesia, tradisi maulid sudah membumi di
benak kolektif masyarakat. Peringatan maulid merupakan salah satu bukti
kecintaan kita terhadap Nabi SAW. Ungkapan cinta itu diluapkan dengan ekpresi
yang beraneka ragam. Misalnya, di Yogyakarta dan Surakarta kita menemukan
sekaten, di banjar ada istilah Baayun Maulid, demikian pula di daerah-daerah
lain, mereka memiliki istilah dan tradisi sendiri dalam memperingati maulid
Nabi SAW.
Peringatan maulid Nabi memiliki dampak
positif dalam pembentukan karakter umat Islam. Pada acara itu kita bisa
mendengar berbagai macam ceramah yang menjelaskan tentang sosok Nabi Muhammad
SAW. Mungkin saja, bayangan Nabi SAW itu sudah terlupakan dalam benak kita,
lantaran kesibukan dunia. Seorang pemimpin bisa jadi sudah lupa bagaimana cara
memimpin masyarakat yang benar, wakil rakyat mungkin saja lupa dengan
janji-janjinya selama ini, para pejabat yang sudah lupa bagaimana cara
menyimpan uang rakyat, sehingga banyak uang rakyat yang tercecer ke kantong
pribadinya, dan bisa jadi sebagai muslim kita sudah lupa bagaimana berakhlak
mulia. Momentum maulid Nabi ini sangat tepat dijadikan sarana untuk melawan
penyakit amnesia yang tengah mewabah itu.
Jama’ah Jum’at yang berbahagia,
Ada banyak contoh yang dapat kita tiru dari
Rasulullah SAW. Jika al-Qur`an diibaratkan mutiara yang memantulkan beraneka
ragam warna cahaya, demikian pula dengan Nabi SAW. Kita bisa memetik hikmah
apasaja yang terdapat dalam diri beliau. Terutama perihal akhlak dan budi
pekertinya. Allah SWT berfirman.
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
(QS: al-Ahdzab ayat 21)
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
وأنك
لعلى خلق عظيم
Dan sesungguhnya, kamu (muhammad) benar-benar
berbudi perketi yang agung (QS. Al-Qalam 68: 4)
Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa
dalam diri Nabi tertanam akhlak yang mulia. Keelokan perangainya itu tidak
hanya diakui kalangan Islam saja, non-muslim pun memuji akan akhlaknya
tersebut. Tak heran di usia belia rasul dijuluki dengan gelar al-Amin, dan
kejujurannya tersohor ke saentaro dunia. Kebaikan akhlaknya itu digambarkan
Imam al-Bushiri dalam gubahan syairnya: “Alangkah agungnya Rasul yang selalu
dihiasi oleh budi pekerti yang sangat mulia itu. Kepribadiannya selalu
diselimuti kebaikan. Wajahnya selalu dihiasi oleh senyum keramahan yang
menawan. Dia lemah lemah lembut ibarat bunga, mengundang pesona ibarat bulan
purnama, luas kedermawanannya ibarat samudera, dan sangat pasti cita-citanya
ibarat perjalanan masa.”
Kaum muslimin yang dirahmati Allah.
Misi utama diutusnya Nabi SAW ke permukaan
bumi ini ialah untuk memperbaiki akhlak manusia. Syeikh Yusuf al-Qardhawi dalam
bukunya berjudul kaifa nata’amal ma’a al-Qur`an, menyebutkan salah satu tujuan
dari syari’at Islam ialah untuk menyucikan hati manusia dan meluruskan akhlak.
Dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah disampaikan bahwa Nabi bersabda:
إِنما
بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus hanyalah
untuk menyempurnakan (memperbaiki) akhlak manusia.” (HR: al-Baihaqi)
Dengan modal akhlak yang mulia itu pula Islam
menyebar dalam tempo yang sangat singkat di Jazirah Arab. Praktik kehidupan
Nabi, baik di Mekah ataupun Madinah, memberi gambaran kepada kita bahwa peranan
akhlak dalam kehidupan ini sangatlah urgen. Penerimaan masyarakat terhadap
kebenaran yang disampaikan sangat berkaitan dengan moral si penuturnya.
Kebenaran akan meresap cepat ke dalam hati sabubari apabila disampaikan dengan
cara-cara yang santun seperti yang dicontohkan Nabi SAW.
Hadirin yang berbahagia
Berbicara mengenai moral atau akhlak pada
hari ini membuat air mata kita menetes. Bagaimana tidak, hampir setiap hari
media cetak maupun elektronik mengabarkan kepada kita perihal kemungkaran
sosial yang terjadi di negeri ini. Bukan berati negeri ini penuh dengan
penjahat, tidak. Namun, suara kejahatan lebih masih ketimbang kebaikan.
Menengok kembali kepribadian Nabi SAW adalah solusi nyata untuk keluar dari
jeratan masalah ini. Rasul telah mencontohkan kepada kita bagaimana mengatur
negara yang baik dan masyarakat yang bermoral. Dalam menjalankan kekuasaan
Rasulullah SAW selalu menekankan aspek kebaikan, kejujuran, kaselahan, dan keadilan
bagi semua kalangan tanpa memandang warna kulit, keyakinan, serta ras.
Selain itu, Rasulullah SAW selalu
mewanti-wanti agar umatnya tidak selalu menuruti hawa nafsunya. Karena hawa
nafsu sumber kemungkaran dan kemerosotan akhlak. Orang akan mudah terjerumus
untuk korupsi, menipu, dan kemungkaran sosial lainnya jika terlalu menuruti
nafsu rakusnya. Bahkan Rasulullah mengancam status keimanan umatnya yang tidak
bisa mengendalikan hawa nafsunya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan ‘Amr bin
al-‘Ash, Nabi berkata:
لا
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ
“Tidak sempurna iman seseorang di antara
kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.”
Jama’ah jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Demikianlah khutbah jum’at kali ini. Semoga
dengan peringatan maulid Nabi ini dapat membawa perubahan dalam tingkah laku
kita. Peringatan maulid bukan hanya sekedar formalitas atau seremonial belaka.
Lebih dari itu, peringatan maulid sebagai sarana bagi kita untuk menambah
wawasan tentang kehidupan Nabi SAW, kemudian mengamalkan dan mengkontekstualkan
dalam kehidupan sehari-hari.
باَرَكَ
اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ
والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ
رَحِيْمٌ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ.
Penulis: H. Ferdiansyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar