Pisang
Mulai Diekspor, Jambu Citra Menyusul
Senin, 10 Februari 2014
Tanyalah tentang pisang, pepaya,
atau jambu citra kepada Dirut PTPN VIII Dadi Sunardi. Dia akan menjawab dengan
gaya seorang marketing perusahaan buah. Kini dia sudah menguasai secara detail
persoalan buah tropis. Sama dengan kalau Anda bertanya tentang semen kepada
Dirut PT Semen Indonesia Dwi Soetjipto, yang sejak membeli pabrik semen di
Hanoi dia punya nama Vietnam Vu Van Qui.
Begitulah,
sudah kian banyak Dirut BUMN yang menguasai persoalan detail bidang usaha
masing-masing. Mungkin sudah lebih 80 persen yang seperti itu. Sudah sangat
berbeda dengan suasana masa lalu.
Dulu saya
sering menemukan direksi yang tidak bisa menjawab persoalan detail bidang usaha
mereka. Setiap kali saya bertanya detail, sang Dirut selalu minta stafnya untuk
menjawab.
Sejak itu
saya minta kalau saya berkunjung ke BUMN, hanya direksi yang boleh hadir di
ruang rapat. Direksi tidak bisa lagi bertanya kepada staf untuk memberikan
jawaban.
Saya
lihat sekarang ini para direksi umumnya sangat asyik kalau bercerita tentang
usaha masing-masing. Sudah jarang yang kesibukannya hanya bermanuver politik,
baik di lapangan golf, di kafe-kafe, di lobi hotel, atau di acara-acara
politik.
Tentu
masih ada satu-dua yang melakukan kasak-kusuk. Tapi, itu segera mudah ketahuan
dan terlihat noraknya.
Kini juga kian banyak buku yang terbit mengenai Dirut BUMN. Baik ditulis sendiri maupun yang ditulis orang lain. Bahkan, banyak yang best seller. Seperti buku Ignasius Jonan tentang transformasi kereta api sejak dia jadi CEO-nya. Juga buku yang ditulis sendiri oleh CEO Telkom, Arief Yahya. Bahkan, dia menulis dua buku, dua-duanya best seller.
Dirut
Pelindo II R.J. Lino dan Angkasa Pura I Tommy Soetomo tidak ketinggalan. Belum
lama ini terbit juga buku tentang Dirut Bulog Sutarto Alimoeso. Terakhir,
minggu lalu terbit buku yang ditulis sendiri oleh Vu Van Qui tentang
transformasi perusahaan Semen Indonesia.
Buku-buku
itu terbit dengan format buku komersial yang didesain untuk laku dijual di toko
buku. Bukan lagi buku-buku dengan format “buku instansi” yang wajib beli karena
tidak akan laku di toko buku.
Tentu
saya tidak akan memuji terbitnya buku yang ditulis oleh pimpinan perusahaan
yang perusahaannya sendiri tidak mengalami kemajuan. Untuk yang seperti itu
saya akan memuji kalau mereka memilih bekerja saja dulu mati-matian untuk
memajukan perusahaan. Jangan sampai justru ada yang menilai “bukunya lebih baik
daripada kinerjanya”.
Atau
ejekan lain: bisanya hanya menulis, tapi tidak bisa menjalankan yang dia tulis.
Yang harus dinomorsatukan tetaplah “buku asli” yang tidak ditulis itu: Kinerja.
Prestasi. Capaian. Bukan bikin buku, tapi bikin sejarah. Seberapa pun kecilnya.
Dirut
PTPN VIII termasuk yang masih harus bikin sejarah itu: buah tropis. Yakni,
bagaimana agar buah tropis menjadi raja di negeri tropis. Untuk menumbangkan
mitos “bagaimana negara tropis dijajah buah tropis dari negara subtropis”.
Dan, Dadi
Sunardi, Dirut PTPN VIII, sudah memulainya. Bukan “baru akan”. Untuk pisang dia
mulai ekspor ke Singapura. Bahkan, sudah empat kali. Dan akan berlanjut. Kini
dia finalisasi kontrak ekspor pisang ke Hongkong. Sebagai rintisan masuk ke pasar
besar di Tiongkok.
Meski
baru tahun pertama, Dadi sudah berhasil memproduksi 870 ton pisang. Tahun ini
produksi itu akan naik drastis menjadi 65.000 ton. Dan akan terus meningkat.
Kini pisangnya mulai membanjiri supermarket.
Semoga
segera bisa mengalahkan pisang impor. Mohon doa restu. Lima tahun lagi, insya
Allah, PTPN VIII akan memiliki kebun pisang. Jangan kaget, 5.000 hektare.
Melebihi dari yang saya minta tempo hari.
Pisang
dan pepaya memang bukan tujuan akhir. Tapi, pisang dan pepaya bisa membuat uang
lebih cepat. Tahun pertama ini sudah menghasilkan 53 ton. Dan pada 2014 akan
mencapai 10.000 ton! Dan akan terus naik.
Dari bisnis baru buah tropis ini PTPN VIII sudah berhasil meraih laba pada tahun pertama!
“Mesin
cepat pencetak uang” ini akan ditambah dengan satu komoditas lagi: jambu citra.
Inilah jambu air warna merah yang selama ini diimpor dari Thailand dan
membanjiri supermarket kita.
Kini PTPN
VIII sudah menanamnya. Bahkan, akhir tahun ini sudah bisa panen pertama. Kerja
sama teknologi buah antara PTPN VIII dan Institut Pertanian Bogor (IPB) sungguh
sangat konkret hasilnya.
Pisang,
pepaya, dan jambu citra bukanlah tujuan utama. Buah yang diprioritaskan adalah
manggis dan durian. Masing-masing 3.000 hektare. Penanaman sudah dilakukan,
tapi manggis dan durian itu baru bisa panen pada 2019. Kalau hanya menanam
manggis dan durian, PTPN VIII bisa rugi pada enam tahun pertama. Ini terlalu
berat.
Untung
ada buah yang cepat menghasilkan seperti pisang, pepaya, dan jambu citra.
Bahkan, kebun pisang ini ternyata lebih menguntungkan dibanding kelapa sawit.
Tahun
depan, kalau Anda ke supermarket dan menemukan buah-buah tadi, insya Allah, itu
bukan buah impor lagi. Itu buah dari sini: Jawa Barat. Hatur nuhun sadayana!
Dahlan
Iskan, Menteri BUMN
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar