Mengenal Mujiz
Dalailul Khairat dari Kudus
Judul
Buku : KH Yasin Bareng: Sang Mujiz
Dalailul Khairat dari Nusantara
Penulis
: Amirul Ulum
Pengantar
: KH. Muhammad Mujib
Penerbit
: Global Press, Yogyakarta
Cetakan
: I, Maret 2018
Halaman
: 116 + xviii
Peresensi:
: Rosidi, Guru MANU Tasywiquth
Thullab Salafiyah (TBS) Kudus dan Koordinator Gubug Literasi Tansaro
Bagi kalangan santri
atau kaum pesantren, tirakat (riyadhah) sudah menjadi hal umum. Tirakat
dilakukan sebagai ikhtiar bathiniyah, supaya jalannya dalam menuntut ilmu
diberi kemudahan oleh Allah SWT.
Di Kabupaten Kudus,
ada satu pesantren yang bahkan dikenal sebagai Pondok Riyadhah, yakni Pondok
Bareng yang didirikan oleh KH Yasin. KH Yasin adalah satu dari kiai di Bareng
yang mula-mula mengembangkan pondok pesantren di kawasan Kecamatan Jekulo, Kudus.
Di balik sukses KH
Yasin mengembangkan pondok pesantren, ada dua sosok lain yang sangat berjasa
mendukungnya dalam membangun dan mengembangkan Pondok Bareng, yaitu KH Sanusi
(Mbah Sanusi) yang tak lain adalah guru dari KH Yasin serta KH Yasir, sang ayah
mertua.
KH Yasin yang
memiliki nama kecil Soekandar, lahir di Kabupaten Pati, Jawa Tengah sekitar
tahun 1890-an. Ada yang mengatakan tempat kelahirannya adalah Desa Cebolek, dan
ada yang mengatakan di Desa Kajen. (hal. 16).
Nama Yasin sendiri
baru 'disandangnya' usai menunaikan ibdaha haji di Haramain. Ayahnya adalah
Tasmin, yang setelah menunaikan ibdah haji berganti nama menjadi Haji Amin.
Sedang ibunya bernama Nyai Salamah.
Sekitar usia enam
tahun, ayahanda Soekandar meninggal dunia di Makkah saat menunaikan ibdaha
haji. Soekandar pun kemudian diasuh oleh Kiai Abdussalam yang merupakan
ayahanda dari para kiai besar keturunan KH Mutamakkin di Kajen. Putra-putra
Kiai Abdussalam yaitu Kiai Mahfudz, Kiai Abdullah Salam dan Kiai Ali Mukhtar.
(hal. 28)
Soekandar pun tumbuh
menjadi pribadi dengan pendidikan agama yang baik di bawah asuhan Kiai
Abdussalam. Antara lain mengaji al-Quran, Nahwu-Sharf, Fikih, Tauhid, Tafsir,
Hadits, dan lain sebagainya. (hal. 29)
Selain kepada Kiai
Abdussalam, Soekandar juga belajar kepada para ulama Nusantara berpengaruh,
yakni KH. Kholil Bangkalan, Kiai Nawawi Noer Hasan Sidogiri, Kiai Sholeh Darat,
Kiai Amir Idris Pekalongan, Kiai Khalil Harus Kasingan dan Kiai Idris Jamsaren.
Dan kepada Kiai
Sanusi, Soekandar atau Kiai Yasin belajar ilmu rabbaniyah, kesufian atau jalan
mendekatkan diri kepada Allah. Kiai Sanusi sendiri merupakan mursyid Tarekat
Naqsabandiyah, yang sanad keilmuannya bersambung degan Syaikh Bahauddin
al-Naqsabandi.
Dan Pondok Bareng
yang didirkan oleh KH Yasin, dikenal masyarakat luas terkait dengan persebaran
ijazah Dalailul Khairat. Pondok Bareng pun kemudian dikenal sebagai pondok
riyadhoh.
Santri yang menjalani
riyadhoh Dalailul Khairat meyakini akan keberkahannya, terlebih Dalailul
Khairat karya Syaikh Abu Abdillah bin Sulaiman Al-Jazuli Al-Simlali Al-Syarif
A-Hasani tak lain adalah sebuah wirid yang berisi shalawat yang mengagungkan
Baginda Nabi Muhammad Saw. (hal. 93 – 94)
Dari Pondok Bareng
yang didirikan dan diasuh KH Yasin itu, berhasil 'mencetak' para santri yang
menjadi kiai-kiai berpengaruh yang sangat dikenal masyarakat, antara lain Kiai
Hambali, Kiai Makmun, Kiai Ahmad Basyir dan Kiai Hanafi (Kudus); Kiai
Muhammadun (Pondowan, Pati), Kiai Muhammad Zen (Cebolek, Pati); Habib Muhsin
(Pemalang); dan Kiai Shaleh (Sayung, Demak). (hal. 67)
Ingin tahu lebih
banyak tentang KH Yasin Bareng? Silakan pembaca simak lembar demi lembar buku
''KH. Yasin Bareng: Sang Mujiz Dalailul Khairat dari Nusantara'' karya Amirul
Ulum. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar