Kisah Akhir Hayat
Majusi yang Hormati Orang Puasa
Siang itu, matahari
Ramadhan cukup terik. Guyuran cahayanya berhasil membuat suhu udara kota
semakin memanas. Sudah barang tentu kondisi ini semakin menambah lemah nan lesu
kaum Muslimin yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Di tengah kering
kerontangnya kerongkongan, di kejauhan terlihat seorang anak yang tengah asyik
menyantap makanan ketika kaum Muslimin yang menahan lapar dan dahaga. Oh
ternyata, maklum saja, ia adalah putra seorang Majusi, penganut agama penyembah
api.
Syahdan, ketika
melihat putranya menyantap makanan dengan lahapnya tanpa menghiraukan kaum
Muslim di sekitar, sang ayah lantas memukul anaknya seraya berujar,
"Mengapa engkau tidak menjaga kehormatan kaum Muslimin pada bulan
Ramadhan?"
Tak selang berapa
lama, pascakejadian tersebut, sang ayah kemudian meninggal dunia di pekan itu
juga. Lantas ada seorang shalih di daerah tersebut berjumpa dalam mimpi dengan
si ayah yang beragama majusi itu sedang berada di surga, dikelilingi nikmat tiada
tara.
"Wahai fulan,
bukankah anda seorang Majusi?" tanya orang shalih keheranan melihat ia di
surga.
"Memang, tapi
itu dulu. Sebelum aku meninggal, Allah memuliakanku dengan memberi hidayah
sehingga aku memluk agama Islam sebab aku memuliakan bulan Ramadhan dengan
menjaga kehormatan kaum Muslimin yang menjankan ibadah puasa," tutur si
Majusi.
Subhanallah, betapa
Ramadhan begitu melimpah akan rahmat. Seorang non-Muslim pun akhirnya
mendapatkan kasih sayang berupa hidayah. Sehingga di akhir hayatnya ia meraih
husnul khatimah, akhir hayat yang baik, oleh sebab ia menghormati hak-hak orang
Islam yang sedang berpuasa.
Lantas, bagaimana
jadinya kita sebagai kaum Muslimin sendiri andai mau menyadari dan memuliakan
bulan Ramdhan. Maka maha benar Allah dan rasul-Nya yang berkata dalam salah
satu hadits yang menerangkan bahwa tiada ganjaran puasa melainkan Allah sendiri
yang akan membalasnya. Ya, karena makhluk tak akan sanggup menghitung keutamaan
di bulan Ramadhan. []
Dinarasikan dari
kitab "Nuzhatul Majalis", sebagaimana disampaikan pula oleh Pengasuh
Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo KH Muhammad Shofi Al Mubarok pada momen
khutbah Jumat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar