Ketika Nabi Muhammad
Terluka
Ketika hijrah pertama
ke Thaif (bukan hijrah ala generasi zaman now) Nabi Muhammad dilempari batu,
sampai kakinya terluka dan bercucuran darah. Bocor. Orang yang selama ini tidak
suka dan menghina nabi pun semakin senang: ternyata nabi bisa luka, nggak kebal,
nggak jadog. Berarti ini nabi palsu, nggak seperti nabi-nabi terdahulu.
Padahal, nabi-nabi
sebelumnya terkenal sakti semua. Nabi Ibrahim dibakar tidak mempan, Nabi Isa
sakti, Nabi Nuh sakti, Nabi Dawud sakti. "Ini ada orang mengaku nabi
kok dilempar kakinya bocor, ah berarti nabi palsu ini," kata mereka.
Mereka nggak
mengerti, bahwa Allah SWT sudah merubah model dakwah nabi yang lama-lama,
yang galak-galak, ke nabi yang penuh kasih sayang.
Makanya kalau
sekarang ada sebagian kecil umat Islam yang keras-keras, itu mestinya umatnya
nabi dulu, bukan umat Nabi Muhammad. Sedikit-sedikit teriak, mengepalkan
tangan. Ini cocoknya jadi umatnya Nabi Musa, yang jadog dan sangar.
Nabi Muhammad itu
dibikin Allah seperti manusia biasa. Maka sosok pribadi nabi direkam dalam
al-Quran: Qul Innama ana basyarun mislukum yuha ilayya... [Sesungguhnya
aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku...]" - (QS.
Al-Kahfi, 18 :11O).
Nabi dibikin seperti
manusia biasa, sampai waktu itu banyak orang yang "kecelik", tak bisa
mengidentifikasi. Nabi-nabi yang galak-galak model kuno itu sudah expired,
kadaluarsa. Diganti dengan nabi yang penuh kasih sayang. Nah, kasih sayang dan
akhlak inilah senjata utama Nabi Muhammad. Dari sini beliau mengajari
manusia pelan-pelan, mulai dari dalam hatinya, dirubah akhlaknya.
Malaikat Jibril
sampai emosi, melihat bagaimana nabi menerima dengan legowo perlakuan tak
mengenakkan, tak mau membalas. Padahal Jibril sudah membantu bagaimana
menghajar umat-umat nakal dari nabi terdahulu.
Umat Nabi Nuh ndableg
dibunuh semalam, habis. Umat Nabi Musa - beserta Firaun - ditenggelamkan laut,
habis. Umat Nabi Ibrahim, dilepasin sekardus nyamuk, mati semua. Umatnya Nabi
Isa, libas semua.
"Mana umatmu
yang nakal, saya masih punya bom Gunung Uhud," kata Jibril.
Namun Nabi Muhammad
bersabar: menolak bantuan Jibril. Beliau lebih menekankan cinta, kasih sayang
dan akhlak daripada cara-cara yang keras, radikal dan cenderung ofensif.
Semoga kita disanggupkan untuk meneladari akhlak beliau yang agung, meskipun
sedikit. Amin. Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad. []
Disarikan dari
ceramah Kiai Ahmad Muwafiq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar